Sore harinya setelah selesai sholat ashar,
Shania dan Syauqi berangkat ke makam ibu Sarinah yang terletak sekitar kurang
lebih lima ratus meter dari rumah tinggal pak Amir.Mereka berangkat ke makam itu dengan mengendarai sepeda motor Honda scoopy berwarna merah strip hitam milik pak Amir.Syauqi ingin suasana romantis dengan membonceng Shania dimotor itu,
apalagi Shania tidak keberatan menaiki sepeda motor berdua dengannya.
Shania memakai baju gamis warna hitam yang senada dengan warna kerudungnya,
dengan lipstick tipis dan riasan sederhana diwajahnya yang bersemu merah merona.
Sedangkan Syauqi memakai kemeja model koko berwarna hitam dan bergaris mocca tua hampir sepadan dengan gamis yang dipakai oleh Shania.Sepasang pengantin baru itu sangat kompak dan serasi.
Syauqi mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang,melintasi jalanan yang mulai ramai oleh orang yang berlalu lalang.
Shania memeluk pinggang Syauqi dengan erat dan menyandarkan dagunya dipundak Syauqi dengan mesra,meskipun terkesan malu malu.Bau harum tubuh Syauqi yang maskulin sangat terasa menyeruak hingga menusuk hidung mancung Shania.
Shania mempererat pelukannya manakala
Syauqi mengerem sepeda motornya secara mendadak,sehingga bahu Shania menumpu dan membentur punggung Syauqi seolah ada gesekan magnit antara tubuh kedua
pengantin baru itu.Beberapa anak kecil yang menyebrang jalan sambil bercanda tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan pada kendaraan yang sedang melintas sangat mengganggu konsentrasi Syauqi.Hampir saja Syauqi menabrak salah satu dari anak anak itu,kalau tidak mengerem mendadak.
"Ada apa kak...."ucap Shania cemas sambil mencengkram baju suaminya.
"Anak anak itu menyebrang jalan tanpa melihat kearah kiri dan kanan"sahutnya sambil menunjuk ke arah anak anak yang masih saja bercanda dipinggir jalan itu.
"Hati hati kak.....aku takut!"ucap Shania.
Shania menggelengkan kepalanya melihat tingkah polah anak anak itu yang menurut Shania sangat lucu dan menggemaskan.
Akan tetapi Shania merasa heran,mengapa anak anak tersebut lolos dari pengawasan para orang tuanya?Mengapa orang tuanya membiarkan mereka bermain ditengah jalan?Entahlah!gumam Shania dalam hati.
Syauqi terus melaju mengendarai sepeda motor itu dengan perasaan yang berdebar, sentuhan tangan lembut Shania melekat dipinggangnya dan mengalirkan energi hangat keseluruh tubuhnya.Syauqi tidak ingin momen ini segera berlalu,sepertinya pemuda tampan itu tidak ingin berhenti mengendarai sepeda motornya dan ingin berduaan dengan istrinya yang cantik.
Selang beberapa menit keduanya sudah sampai diarea pemakaman keluarga yang sangat luas dan asri itu,keduanya berjalan
dengan bergandengan tangan mendekati makam ibu Sarinah.Shania memandang tulisan pada batu nisan ibunya itu dengan tatapan sayu,ada rindu yang mendalam dibalik bola matanya yang teduh.Shania memungut beberapa helai daun yang jatuh dan sudah mengering diatas makam ibu yang sangat dicintainya.Syauqi mencabut rumput kecil yang tumbuh liar disekitar makam ibu mertuanya,dan membuangnya bersamaan dengan daun daun kering yang dipegang oleh istrinya.
Setelah itu Shania dan Syauqi pun mencuci kedua tangannya sampai bersih,lalu Syauqi dan Shania mengambil air wudhu sebelum menggelar tikar lipat yang telah disiapkan dari rumah.Syauqi duduk bersimpuh diatas pusara ibu mertuanya menghadap ke arah kiblat memimpin pembacaan doa dengan khidmat dan khusyu' dengan diamini oleh Shania yang berada disampingnya.
"Assalamu'alaikum ahlad-diyaar minal mu'miniina wal muslimin. Yarhamulloohul mustaqdiminia minna wal musta'khiriin. Wa inna insya Allohu bikum la-laahiquun wa as alullooha lana walakumul 'affiyah"
Artinya:"Semoga keselamatan tercurah kepada kalian,wahai penghuni kubur,dari golongan orang yang beriman dan orang orang Islam,semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Kami insya Allah akan menyusul kalian,aku meminta keselamatan untuk kami dan juga kalian."
Shania menabur bunga diatas pusara sang ibu,dan berkata diatas batu nisan hitam itu dengan suara bergetar menahan isak tangis dengan airmata yang berlinang.
"Ibu....aku datang bu,bersama dengan kak Syauqi suamiku!Aku sudah menikah ibu....
Aku tidak sendiri lagi,ada seseorang yang akan selalu menjagaku dan melindungiku, semoga ibu berbahagia dengan pernikahan kami,semoga ibu bahagia selalu disana."
Syauqi memeluk istrinya dengan perasaan terharu,lalu pemuda itupun mengelus batu nisan ibu Sarinah dan mengatakan sesuatu bahwa dirinya akan selalu mencintai dan menyayangi Shania dengan sepenuh jiwa dan raganya dan dia berjanji akan selalu menjaga dan melindungi Shania melebihi nyawa dirinya sendiri.Shania adalah cinta pertama dan terakhirnya,cinta yang selalu dirindukannya.
Hari mulai gelap ketika Shania dan Syauqi meninggalkan area pemakaman keluarga,
dan kembali kerumahnya pak Amir sebelum maghrib menjelang.Dengan berhati hati Shania duduk diatas motor dan memeluk pinggang suaminya dengan erat,Syauqi merasakan debaran jantung Shania yang hangat menempel dibelakang tubuhnya,
darahnya berdesir.Syauqi menikmati tiap sentuhan tangan Shania yang melingkar diperutnya dan tak ingin melepaskannya.
Sesampainya dirumah pak Amir mereka berdua langsung masuk kedalam kamarnya lalu membersihkan diri dengan mengganti pakaian masing masing,Shania menyimpan pakaian yang kotor kedalam keranjangnya.
Lantas Shania pergi kedapur membuatkan secangkir teh untuk suaminya,Syauqi yang sedang membereskan kamar pengantinnya tersenyum melihat Shania menghampiri dirinya dengan wajah cerah kemerahan.
"Kak,diminum dulu tehnya"ucap Shania
"Terima kasih sayang....kamu baik sekali"
Syauqi terharu mendapatkan perhatian yang tulus dari istrinya itu,dia tak pernah menyangka Shania melakukannya tanpa di minta,usianya memang masih sangat belia namun Shania sudah bisa mengurus suami. padahal Syauqi mau mengambilnya sendiri kedapur,karena dia memang sudah merasa kehausan sejak kembali dari pemakaman.
Pada malam itu keluarga pak Amir sedang makan bersama dengan Shania dan Syauqi serta Shakila dan ibu Halimah yang masih berada dirumah pak Amir.Mereka makan dengan hangat dan penuh kekeluargaan,
Bu Halimah akan kembali ke Jakarta pada keesokan harinya.Selama berada dirumah itu,ibu Halimah selalu tidur berdua dengan Shakila dikamarnya.Shakila juga merasa nyaman tidur dengan bu Halimah meskipun bukan ibu kandungnya.
"Sayang,besok ibu mau pulang ke Jakarta,
kamu baik baik saja dirumah ini ya? jaga
ayah dan Shakila juga putra ibu dengan baik!"ucap ibu Halimah pada Shania.
"InsyaAllah bu...."Jawab Shania renyah.
"Kok,cepat cepat pulang sih bu?"tanya Syauqi menimpali.
"Ada yang harus ibu urus,nak!kasihan bibi kamu sendiri dirumah."sahut bu Halimah.
"Terima kasih banyak bu,atas bantuannya selama ini pada keluarga kami"kata pak Amir.
"Tidak usah sungkan pak,kita ini keluarga"
tukas bu Halimah.
"Shakila belajar yang rajin ya nak,bentar lagi kamu akan ujian!"tegas bu Halimah.
"Iya ibuku...!"jawab Shakila dengan manja.
Setelah menyelesaikan makan malam dan berbincang bincang sebentar merekapun
kembali ke kamarnya masing masing.Pak Amir tidur dikamar yang paling belakang,
sedangkan Shakila dan bu Halimah tidur dikamar tengah yang terhalang ruangan keluarga dengan kamar pengantin Shania.
○○☆○○