Sembari menunggui istrinya yang sedang terlelap tidur karena kelelahan mendapat serangan yang bertubi tubi darinya,Syauqi membuka laptop untuk mengecek beberapa
email tentang laporan hasil pekerjaannya.
Selama Syauqi masih cuti selama seminggu ini,dia mempercayakan semua pekerjaan tersebut kepada seorang asistennya yang bernama Irham.
Syauqi mengelola bisnis dalam bidang jasa eksport import dan transportasi darat di Jakarta bagian utara menggantikan posisi kakeknya sebagai seorang direktur utama perusahaan yang sudah lama dirintis oleh sang kakek.Pada awalnya Syauqi menolak untuk mengelola perusahaan kakek karena merasa dirinya lebih muda dan belum siap menjadi pemimpin perusahaan sang kakek.
Namun kakeknya terus berusaha merayu dan membujuknya,Syauqi adalah harapan terakhirnya karena kedua kakak lelakinya sudah memiliki jabatan tinggi pada kantor pemerintahan Daerah Khusus Ibukota.
Syauqi tidak bisa berkutik lagi yang pada akhirnya menerima perusahaan tersebut mengingat kakek yang sudah semakin tua. Setelah lulus kuliah dan menyandang gelar Sarjana Ekonomi,Syauqi diangkat menjadi direktur utama pada perusahaan "Lintas Nusantaraya" milik kakek Ahmad Syakirin.
Syauqi mampu menjalankan perusahaan tersebut dengan sangat baik,ditangannya
perusahaan itu berkembang pesat dan maju sampai sekarang.Padahal belumlah genap dua tahun Syauqi memimpin sebuah perusahaan tersebut.
Shania belum mengetahui pekerjaan suami yang baru dinikahinya itu,dia tidak pernah
bertanya apapun yang bukan urusannya. Shania hanya mengetahui Syauqi sudah bekerja di Jakarta.Ketika hendak menikah seminggu yang lalu,ibu Halimah berkata kepada Shania kalau Syauqi sudah bekerja dan memiliki rumah dan hidup mandiri.
Sementara itu diatas ranjangnya,Shania menggeliatkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri meregangkan semua urat syarafnya agar lebih santai. Syauqi yang berada tak jauh dari Shania menghampiri istrinya dan mengecup keningnya.
"Selamat pagi sayang....kamu pasti lapar,
aku ambilkan sarapan ya?"ucap syauqi
"Selamat pagi suamiku.....tidak usah kak!biar aku saja yang meng...hempp...." Shania belum menyelesaikan kalimatnya itu,akan tetapi Syauqi membungkam mulut Shania dengan sebuah ciuman yang intens,
membuat gadis itu meronta dan kehabisan nafas.Hatinya berbunga tatkala Shania memanggilnya dengan sebutan suamiku,
begitu manis dan enak didengar.
Syauqi melepaskan ciuman bibirnya dan membopong tubuh Shania ke kamar mandi.
"Mandi dulu sayang,biar lebih segar...!"
"Siap boss!"ucap Shania sambil menaruh
lima jarinya didahinya.
Syauqi tersenyum sendiri melihat tingkah konyol dari istrinya yang masih remaja itu,
Shania yang lugu ternyata bisa bercanda.
Sembari menunggu istrinya yang sedang mandi itu,Syauqi pergi kedapur mengambil sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh ibu Halimah,yang sedang membuatkan segelas susu hangat untuk Shania dan secangkir teh susu untuk Syauqi.
"Nak,ibu berangkat sekarang ya?nanti terlambat naik keretanya"ungkap ibunya.
"Tolong tunggu Shania sebentar ya,bu...!
Kasihan Shania,kalau tidak ketemu ibu" jawab Syauqi pada ibu Halimah.
"Biar ibu yang kekamar kalian saja,ayo!"
ajak bu Halimah yang sangat memahami kondisi menantunya itu.Pasti Shania akan merasa kesulitan untuk berjalan,karena ulah putra bungsunya itu,dalam pikirnya. Syauqi dan ibu Halimah masuk kedalam kamar Shania yang tidak dikuncinya itu.
"Eh ibu....emmm...!"ucap Shania gugup,
pipinya merona merah seperti tomat.
"Tidak apa apa sayang,ibu ingin bertemu kamu sebelum pulang."sahut bu Halimah
Shania menghamburkan dirinya kedalam pelukan ibu Halimah,mereka berpelukan dengan erat.Shania pun menangis tersedu sedu seperti anak kecil,hatinya merasa berat berpisah dengan ibu Halimah yang sudah dianggap seperti ibu kandungnya sendiri menggantikan ibu Sarinah.Dengan penuh kasih sayang,ibu Halimah membelai rambut Shania dan menciuminya dengan perasaan trenyuh.Tetapi ibu Halimah harus tegar dihadapan anak anak mereka,dirinya tidak bisa berlama lama lagi dirumah itu.
Kini statusnya sudah berbeda,dia hanyalah mantan istrinya pak Amir.Meskipun mereka saling mengikhlaskan demi kebahagiaan Shania dan Syauqi.Apakah yang dikatakan oleh tetangga dan masyarakat sekitarnya nanti apabila dia tinggal serumah dengan pak Amir,hal itu akan menimbulkan fitnah.
"Ibuu...jangan pergi bu!jangan tinggalkan aku dan Shakila bu.....huhuhuhu"tangisan pilu Shania membuat hati Syauqi tersayat.
"Shania sayang...."jangan khawatir nak!ibu akan sering kesini kok menjenguk kalian.
Atau kalian bisa datang kerumah ibu kapan saja bersama dengan Suamimu dan juga shakila."Bu Halimah berusaha meyakinkan Shania dengan tenang dan tersenyum.
"Benarkah yang dikatakan oleh ibu, kak?"
"Benar sayang....aku akan membawamu kerumah ibu seperti yang kamu inginkan" timpal Syauqi menghibur istrinya.
"Sudahlah sayang,jangan menangis lagi...
sekarang kamu sudah punya Syauqi, dia suami kamu yang selalu menjagamu dan
melindungimu,ibu sangat percaya dengan putra ibu ini,Syauqi tidak akan pernah mengecewakanmu,percayalah sayang....!"
Ungkapan kata Bu Halimah menentramkan hati Shania,Syauqi menghapus airmatanya dengan penuh kasih sayang.Lalu Syauqi memeluk Shania dan membenamkan kepala istrinya dengan mesra agar Shania lebih
tenang.Syauqi tidak merasa malu bersikap demikian dihadapan ibu kandungnya.
Setelah puas memeluk ibu Halimah,Shania dapat melepaskannya dengan berat hati.
Shania harus bersikap dewasa,dia bukan lagi seorang ABG seperti Shakila adiknya.
Ibu Halimah tetaplah menjadi seorang ibu bagi dirinya,hanyalah statusnya saja yang kini telah berubah.Seminggu yang lalu dia menjadi ibu sambungnya,istri dari ayah
yang sangat dicintainya.Namun sekarang ibu Halimah menjadi ibu mertua Shania, ibu kandung dari suaminya.
Shania dan Syauqi mengantarkan ibunya sampai kehalaman depan rumahnya,disana ada pak Amir dan Shakila juga ada nenek Romlah serta kerabat lain yang sengaja
sudah menunggunya.
"Saya pamit pulang dulu ya,saudaraku...."
pamit ibu Halimah pada semua orang,lalu mereka saling berpelukan dan berjabat tangan.
"Hati hati dijalan,Halimah...jangan lupa kasih kabar kalau sudah sampai dirumah!" ujar Nenek Romlah dengan khawatir.
"InsyaAllah bi!"sahut bu Halimah
"Hati hati bu!"ucap pak Amir berkaca kaca
"Tenang saja pak....."
"Ibu.....jangan lupakan aku ya,bu!"ucap Shakila sambil memeluk ibu Halimah.
"Ibu selalu mengingatmu dalam doa,nak!" kata bu Halimah sambil mencium kedua pipi Shakila.
"Terima kasih atas kebaikan dan perhatian kalian semuanya,aku tunggu kedatangan kalian dirumahku ya!"ujar ibu Halimah kepada semua orang yang berada disana.
Selang beberapa menit,sebuah mobil sedan berwarna abu abu tiba didepan rumah pak Amir,dan berhenti persis dihadapan Syauqi
untuk menjemput bu Halimah.Syauqi tidak
memberitahu ibunya kalau salah seorang sopir perusahaannya disuruh datang atas perintahnya.Pak Didi sudah diberitahu oleh Syauqi semalam,untuk menjemput ibunya yang lebih senang naik KRL itu daripada naik mobil sendiri.
Bu Halimah memang seorang wanita yang sangat bersahaja meskipun tergolong kaya raya,dia lebih suka naik angkutan umum seperti kereta api.Akan tetapi untuk kali ini Syauqi tidak akan membiarkan ibunya berkelana seorang diri,ibunya harus ada yang menemani.
○○☆○○