"HAI MOM!! ALVIRA UDAH PULANG, YUHUUU!"
El menatap Alvira yang kini tengah berlari ke arah mommy-nya dengan heboh, jangan lupakan juga kedua tangannya yang sudah direntangkan lebar-lebar. Cewek itu memang selalu saja bersemangat, jarang sekali bersedih. Tapi kalau sudah ngambek susah sekali untuk di bujuk, bahkan dirinya sendiri pun nyerah.
Almira Tunggadewi Adalard. Sosok wanita yang sangat hebat, selalu memberikan yang terbaik untuk kedua anaknya. Bahkan ia tidak pernah melarang jika El ataupun Alvira ingin pergi hangout bersama teman-temannya, tidak ada larangan asal hal baik. Ia hanya akan mengingatkan untuk pulang tidak terlalu larut malam, dan menjaga diri sebaik mungkin, itu saja. Karena baginya, seorang anak juga butuh kebebasan untuk beradaptasi selagi berada di lingkungan yang positif. Orang tua yang sangat pengertian.
"Hai anak Mommy yang paling cantik! gimana sekolahnya? lancar-lancar aja kan?" ucap Mira sambil mengelus puncak kepala putrinya, tatapan sayang mulai tersirat jelas dari kedua manik matanya.
Alvira menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Lancar dong, Mom. Kan aku primadona di sekolah, udah pasti sekolah ku lancar-lancar aja. Siapapun yang berani nyentuh aku, bakalan di hajar habis-habisan sama Kak Bara." ucapnya dengan semangat sambil membuka box pizza yang dibawa Mira bersamaan dengan makanan lezat lainnya, ini yang ditunggu-tunggu. Ia sudah duduk di kursi makan, menikmati potongan pizza di tangannya.
Mira tersenyum manis dengan sifat Alvira yang memang tidak pernah luntur keceriaannya, merasa terhibur dan sangat puas dengan apa yang diucapkan oleh sang putri kecilnya. Lalu ia menatap El yang hanya berdiri tegak tanpa berniat menyapa dirinya. Ah, putranya yang satu ini memang seperti itu, berwajah dingin tanpa ekspresi yang seolah-olah menunjukkan perasaannya.
"Bara, sini makan dulu bersama adikmu. Pasti kamu lapar kan? bekal yang Mommy buat pasti tidak di makan lagi, iya kan?" ucap Mira sambil menghampiri El. Ia menarik kursi di seberang Alvira, lalu menuntun putranya untuk duduk disana.
El hanya diam, ia duduk di kursi makan.
Mira menghela napasnya pelan, selalu saja putranya itu diam mematung kalau merasa percakapan mereka tidaklah penting. Entah kenapa El memang berbeda jauh dengan Alvira. Padahal mereka lahir di satu rahim yang sama. "Ngomong sedikit dong, Bara. Masa mommy di diemin kayak gini, barusan Mommy bertanya loh masa iya gak di jawab." ucapnya lembut sambil meraih pundak El, ia mengelusnya dengan sayang.
El tersenyum simpul. "Iya Mom." jawabnya singkat sambil meraih sepotong pizza yang tengah dinikmati Alvira dengan sangat serius. Kini adiknya itu sudah terhanyut ke dalam media sosial, yang tentu saja dapat dioperasikan pada sebuah benda berbentuk pipih yang telah menjadi candu bagi banyak orang.
Mira tersenyum manis lalu mengecup puncak kepala El dengan sayang. "Makan yang banyak ya Bara tubuh kamu bukan lagi six pack loh tapi kurus gitu, Mommy mau mandi dulu." ucapnya sambil pergi meninggalkan kedua anaknya.
Kurus-kurus gini juga seorang Elbara itu idaman para cewek di sekolah, tubuhnya benar-benar pas namun terlihat jangkung walaupun begitu tetap saja masih banyak cewek mengantri untuk mendapatkan hatinya yang beku berlapis-lapis es.
El masih memasang wajah datarnya sambil menganggukkan kepala, ia melihat punggung Mommy-nya yang sudah menjauh. Ia benar-benar tidak bisa merespon kasih sayang yang Mira berikan lebih dari sebuah senyuman simpul.
"Kak Bara, piwwit." panggil Alvira sambil menatap El dengan sorot mata penasaran, ia berlagak seperti bersiul memanggil.
Bara menolehkan kepalanya ke arah Alvira, lalu menaikkan sebelah alisnya. "Hm?" Hanya deheman kecil saja yang terucap dari mulutnya.
"Kok following kakak di Instagram cuma tiga orang doang sih?" tanya Alvira dengan heran, ia benar-benar penasaran dengan hal yang satu ini. Dirinya benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikir kakaknya ini. Padahal pengikut cowok itu di Instagram sudah beribu-ribu, tapi hanya dirinya, Mario, dan Reza saja yang di followback.
"Penting?" tanya El sambil meminum minuman soda yang ternyata di belikan juga oleh Mira. Ia meneguknya sedikit, lalu kembali memakan pizza di tangannya.
Alvira menatap foto-foto yang di post oleh El ternyata ia sedang stalking akun sosial media milik sang kakak, terlihat banyak postingan foto dengan muka datar tapi memiliki banyak penyuka dan komentar. Ia heran, memangnya apa yang spesial dari wajah dingin El?
"Kak Bara, aku mau buat snapgram di akun kakak boleh gak?" tanya Alvira sambil mengganti akunnya menjadi akun milik El. Dengan segala rengekan dan rajukan, ia berhasil memegang akun Instagram milik El. Ia hanya penasaran seberapa banyak cewek yang mengirimi pesan genit untuk kakaknya. Dan dengan seenaknya, ia membalas semua pesan itu. Tapi El tidak peduli.
"Iya, terserah."
"OKE DEH!! ALVIRA SAYANG BANGET SAMA KAK BARA SUER GAK BOHONG BOS.."
Dengan cepat, Alvira langsung sama mengubah tampilan menjadi kamera. Ia menekan tombol di tengah ponselnya. "Jadi hari ini aku lagi sama Kak Bara yang super duper dingin kayak kutub selatan. Kak Bara, bilang hai!" ucapnya sambil mengarahkan ponselnya kearah El.
El menatap datar ke arah kamera. "Hai." ucapnya yang hanya mengatakan satu kata saja, tanpa embel-embel apapun.
Sudah dapat di pastikan, besok kemungkinan besar snapgram ini akan menjadi pembicaraan terhangat di SMA Adalard hanya karena seorang El yang bilang 'hai' ke hadapan kamera, dapat diartikan pasti di lihat oleh para pengikutnya yang kebanyakan cewek.
Alvira terkekeh lalu melihat hasil rekaman video yang diambilnya. "Ternyata aku gak kalah cakep sama Kak Bara, aku bangga karna aku cantik." ucapnya sambil kembali duduk manis di kursi makan. Ia menekan tombol untuk mengirim vidio tersebut. "Selesai, besok pasti aku hits nih! Dinyatakan seorang Alvira populer karena memasang status dengan Elbara yang kabarnya selalu menjadi incaran orang-orang, wiuh pasti seru!" ucapnya dengan nada penuh kepuasan.
El tersenyum simpul. "Oh jadi punya tujuan pegang akun gue, biar lo hits gitu?" tanyanya dengan alis yang menyatu sempurna.
"Enggak kok gak kayak gitu. Kan sekalian gitu biar pengikut aku juga setara sama Kak Bara, padahal aku cantik harusnya banyak cowok-cowok yang ikutin akun aku tapi kakak tolak semua huh!"
"Iya, terserah gue."
"Aku sayang Kak Bara."
"Iya."
"Kak Bara gak sayang ya sama aku?" tanya Alvira dengan sorot wajah yang sendu. Ia menekuk senyumnya, karena El tidak menjawab ucapan sayangnya yang benar-benar tulus.
El yang melihat wajah adiknya yang berubah murung pun langsung melahap bagian terakhir dari pizza yang berada di tangannya, minum, dan langsung menatap Alvira dengan serius.
"Gue sayang juga sama lo juga, jelek."
Senyum Alvira mengembang sempurna, lalu ia beranjak dari duduknya. Dan langsung memeluk El dengan erat. "Manisnya kakak ku yang satu ini!" ucapnya dengan gemas mengacak-acak rambut El.
Jika siapapun yang melihat ini tapi tidak tau status mereka, mungkin banyak orang yang menyimpulkan jika mereka adalah sepasang kekasih yang sangat romantis. Tapi sayangnya mereka hanya adik kakak. Lagipula Alvira juga sedang dekat dengan seseorang, ia bahkan tidak pernah berpikir gila untuk menyukai kakaknya sendiri. Sangat konyol.
El tersenyum simpul. "Dasar manja," gumamnya yang ternyata terdengar oleh Alvira.
"Kakak juga manja!"
"Darimananya?"
"Dari langit turun ke hati aku! karena Kak Bara adalah kakak yang paling keren sedunia! bagaikan film kartun tentang pahlawan super gitu..."
"Bohong."
"Ih aku gak pernah bohong ya!!"
Alvira melepaskan pelukannya pada tubuh El, lalu mencubit gemas pinggang cowok itu. "Rasain!"
"Gak sakit." ucap El dengan datar.
Alvira menjulurkan lidahnya. Ia kembali duduk pada posisi semula. "Mending aku makan aja ah. Kak Bara dingin banget, gak bisa di ajak bercanda."
El hanya mengangkat bahunya acuh. "Gue ke kamar." ucapnya sambil beranjak dari kursi. Membenarkan letak tasnya, lalu berjalan meninggalkan Alvira yang menatap dirinya dengan perasaan menahan kesal.
"KAK BARA SI KULKAS BERJALAN DASAR GAK PEKA! ADIKNYA KESEL MALAH DI TINGGAL, AWAS AJA NANTI TUNGGU PEMBALASAN!"
El hanya tersenyum simpul. Walaupun ia tidak bisa mengekspresikan apapun di wajahnya secara benar, tapi ia cukup terhibur dengan sifat Alvira yang sangat kekanak-kanakan.
Ia membuka pintu kamar yang bertuliskan 'never give up trying to smile', pertanda kalau dirinya tidak akan pernah bisa salah kamar karena memiliki ciri khas tersendiri.
El menutup pintunya kembali dan langsung melempar tasnya dengan sembarang. Ia menghempaskan tubuhnya di kasur king size, melepas lelah yang melanda.
Ia merogoh saku celananya, mengambil ponsel untuk memberitahukan kepada kedua sahabatnya jika ia tidak akan kembali kesana.
ruang pesan |
Fans Elbara!
El : Sorry gue balik duluan.
Mario : Gapapa bro lagian gue sama Reza juga masih mau nongkrong, kali aja kan disini dapet jodoh gitu, Iya gak? @Reza
Reza : Yoi @Mario wajarlah El, putri Alvira itu paling utama. Kalau gue jadi lo, gue juga bakalan milih Alvira lah karena dia prioritas.
El : Gak jelas lo semua.
Reza : Gue mah jujur aja, El. Gue lagi nabung masa depan buat Alvira, gue mau pinang dia loh serius sejuta serius.
Mario : Digiling nanti pala lo sama El baru tau mampus deh lo, jodoh Alvira tuh modelan artis Hollywood lah.
El : Mimpi lo dapetin ade gue
Mario : Belom ngegas udah dapet lampu merah, nasib lo jelek banget, Za.
Reza : Ngajak ribut nih bocah. Sini lo gelut sama gue!
ruang pesan berakhir |
El mematikan ponselnya, ia tidak habis pikir bagaimana jalan pikir Mario dan juga Reza saat ini. Padahal mereka berdua duduk sebelahan, tapi di pesan pun mereka bertengkar.
Pikirannya kini menerawang langit-langit di kamar, tatapannya benar-benar kosong seperti tidak ada tujuan. Sebenarnya, apa yang ia butuhkan di dunia ini? padahal hidupnya sudah sangat sempurna, tapi seperti ada yang kurang.
Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu beranjak dari tidurnya dan segera melepas sepasang sepatunya dengan logo ceklis dengan tulisan nike yang baru di belikan Mira untuk dirinya dua hari yang lalu. Dengan malas, ia memasuki kamar mandi berharap setelah ini pikirannya sudah tidak menjalar kemana-mana.
...
Next chapter