Perkenalkan nama aku Nemoria Adelia Putri Wijaya. Aku kerap dipanggil Momo. Namu aku tidak menyematkan nama Wijaya di belakang namaku. Aku selalu menyingkat dengan W. Ayahku bernama Angga Bagus Wijaya namun ayah tidak menyematkan nama Wijaya di belakang namanya. Ayah bekerja sebagai nelayan dan bundaku bernama Maya Putri Wiguna. Begitu juga dengan bunda yang tidak pernah menyematkan nama Wiguna di belakang namanya. Ibuku sebagai ibu rumah tangga. Aku anak tunggal. Aku tinggal di pesisir pantai Kejora. Kehidupanku sangat sederhana tetapi tidak kekurangan apapun. Semua kebutuhanku tercukupi. Aku sangat bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada keluargaku. Sekarang aku sudah kelas XII di SMA Pena Pelita, yang merupakan sekolah favorit. Meski ayahku seorang nelayan, tetapi perawakannya tinggi , wajah yang tampan dan memiliki aura sebagai pemimpin yang tegas, sabar dan wibawa. Begitu juga bundaku meski hanya seorang ibu rumah tangga, tetapi auranya seperti perempuan yang berwibawa, sabar, dan cantik meski tidak memakai make up sekalipun.
Sebenarnya ayahku adalah seorang CEO perusahaan ABW yang sedang menyamar menjadi nelayan. Ibuku juga seorang CEO dari perusahaan MPW. Perusahaan ABW maupun MPW merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Kedua perusahaan tersebut sangat terkenal di seantero negeri. Mereka meninggalkan semua kehidupan mewah untuk melindungi ku dari orang-orang yang menculikku 10 tahun yang lalu. Dengan terpaksa harus menyamar dan menyembunyikan jatidiri kami.
Nemo memiliki tiga sahabat yang bernama Rara Putri Ariyadi, Dara Dwi Lesmana, dan Rania Putri Setiawan.
Sebenarnya ayah Nemo, Dara, Rania dan Rara bersahabat. Namun mereka menyembunyikan dari anak-anak nya untuk melindungi Nemo dari keluarga Baskara. Ayah dari Chelin. yang merupakan musuh untuk keluarga Wijaya. Karena bermusuhan Baskara dan Wijaya masih berlanjut hingga putri mereka yaitu antara Chelin dan Nemo. Akankah peristiwa 10 tahun yang lalu menghampiri Nemo. Siapakah yang akan menjadi pasangan Nemo. Ikuti terus kisahnya.
Kumandang azan subuh telah terdengar, ku bergegas untuk mengambil air wudhu. Sholat merupakan kewajiban seluruh umat islam. Dikeluarga sangat menjunjung tinggi nilai islami. Ayah dan Bunda selalu mengingatkanku untuk tidak meninggalkan rukun islam. Ayah selalu pergi ke masjid terdekat, aku dan Bunda sholat subuh dirumah.
Selesai sholat subuh, aku kembali merapikan buku pelajaran. Selanjutnya aku mandi dan bersiap ke sekolah.
Tok-tok terdengar pintu diketuk. "Masuk Bun, tidak dikunci." kataku.
"Anak Bunda sudah besar sekarang, ayo kita sarapan, ayah sudah menunggu" senyum bunda yang menghiasi wajah cantiknya.
"Baik bundaku sayang"sambil memeluk bunda. Ketika sampai diruang makan.
"Morning Yah", sambil memeluk Ayah.
"Morning too, my angle" Seru Ayah dengan membalas pelukanku.
"Wah enak sekali Bun, menu hari ini, ada sayur bening, cap jay, ayam crispy dan bakwan"seruku dengan bahagia.
"Iya sayang, ini menu kesukaanmu semua" Bunda menjawab dengan senyuman yang menyejukkan jiwa.
Acara sarapanpun sudah selesai. Aku berpamitan kepada ayah dan ibu. Tak lupa aku mengambil kunci sepeda motor kesayanganku yang ku beri nama "mabi" (matic biru). Motor tersebut hadiah dari ayah dan bunda ketika aku berusia 17 tahun. Aku memiliki 3 sahabat yaitu Rara Putri Ariyadi, Dara Dwi Lesmana, dan Rania Putri Setiawan. Mereka kerap disapa Rara, Dara dan Rania. Aku dan mereka bersahabat dari orok. Begitu juga dengan kedua orang tua kami yang bersahabat dari SMA hingga sekarang. Ketiga sahabatku termasuk keluarga yang disegani di kotaku. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga Ariyadi sebagai pengusaha properti. Keluarga Lesmana sebagai pengusaha Garment dan keluarga Setiawan pengusaha manufaktur. Dan ada salah satu pengusaha yang bergerak dalam bidang jasa yang telah mendunia serta tidak tercium media Keluarga W orang nomor satu di Provinsi Intan. Keluarga W sama sekali tidak tercium media. Ada yang mengatakan kalau keluarga W ada di Provinsi sebelah dan ada juga yang mengatakan di Luar Negeri. Tak ada satupun yang mengetahui tampang keluarga W. Ayah dari ketiga sahabatkulah yang mengetahui identitas keluarga W. Namun ketiga sahabatku tak ambil pusing dengan berita yang beredar.
Meski mereka dari keluarga kaya tetapi mereka mau berteman dengan aku yang notabene anak seorang nelayan. Mereka tidak memandang kekayaan dari tali persahabatan. Aku sangat bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang menyanyangiku apa adanya. Bukan ada apanya. Tak bisa dipunggkiri aku dapat mengeyam pendidikan di sekolah elit karena aku mendapat beasiswa. Banyak yang memandang rendah aku, karena pekerjaan ayahku seorang nelayan. Meski pun begitu orangtuaku mengajarkan aku untuk tidak memiliki rasa dendam kepada orang lain. Karena hanya Allah SWT yang berhak menilai seseorang itu. Selain itu ibu setiap hari Jumat selalu mengajarkan aku untuk selalu saling berbagi antar sesama manusia tanpa memandang bulu. Aku dan bunda setiap hari Jumat selalu mengunjungi panti asuhan "Kasih Bunda". Disana aku dan bubda selalu membagikan makanan pokok, obat-obatan, peralatan tulis dan lain-lain. Ibu panti yang bernama bunda Ratih menyambut kami dengan ramah. Entah ibu dan ayah selalu memiliki stok makanan yang melimpah ruah meski ayah kadang tidak mendapatkan ikan sama sekali.
Lama perjalanan rumah ke sekolah yaitu 20 menit. Sesampai disekolah aku segera menuju parkiran khusus siswa. Ketiga sahabat ku menyabutku dengan muka masam. "Hai" sapaku dengan suara lantang. "Ah Mo, sudah dari tadi aku menunggu kamu, kemana saja baru kelihatan?" seru ketiga sahabatku.
"Maaf tadi aku di parkiran bertemu dengan Pak Kepala Sekolah, bahwa akan ada tes masuk jalur prestasi di Universitas X dan akan mendapat beasiswa sampai lulus S-1" ceritaku dengan tidak ada titik koma.
"Oh, begitu, memangnya kamu sudah ada rencana ingin kuliah di Universitas X?" Tanya Rara.
"Sudah Ra, tetapi ayah belum mengijinkan aku, kata beliau masih ingin di diskusikan dengan bunda" kataku dengan nada sedih.
" Memangnya kamu mau mengambil jurusan apa Mo?" tanya mereka serentak"
"Aku mau mengambil jurusan management bisnis, karena aku bercita-cita memiliki perusahaan di bidang jasa seperti perusahaan ABW grup yang terkenal seantero negeri" jawabku dengan nada lantang dan senyum.
Tak terasa bel masukpun berbunyi. Kami melaksanakan proses belajar dengan lancar.
Bel istirahatpun berbunyi. Kelompokku merupakan most wanted. Namun kami berempat tidak menghiraukan julukan kami. Sesampai dikantin, aku dan ketiga sahabat memasan bakso dan teh manis. Pesanan kamipun tiba dan langsung memakannya dengan lahap. Tanpa diduga, kelompok racun datang dan menyiram aku dengan es teh manis. Akupun kaget dan baju seragamku basah. Lebih parahnya lagi bajuku jadi pres body, tanpaku duga datanglah Akbar yang langsung memberikan jaketnya untuk ku pakai, karena baju abu-abu yang basah menjadi transparan. "Terimakasih Bar, saya pinjam jaketmu" ucapku
"Pakai saja putri ikan, aku sudah tidak mau memakai barang yang sudah dipakai orang lain" sambil pergi dari kantin.
"Hmmm menyebalkan si pangeran kerang itu"gerutuku dalam hati.
"Cel, mau kamu itu apa tiba-tiba nyiram Nemo" sergah Dara.
"Bukan urusan kamu" jawab Chelin dengan ketus.
"Aku peringatkan jangan dekati Akbar, putri ikan yang tidak tahu diri, kamu itu hanya anak seorang nelayan yang tidak pantas untuk seorang Akbar Putra Anggara Dirja. Akbar itu seperti mutiara dan kamu hanya ikan tenggiri yang kecil. Kamu tidak cocok dengan keluarga Akbar" ucap Chelin dengan sombong.
Kelurga Dirja merupakan keluarga sekelas dengan Keluarga W. Sedang keluarga Chelin Lestari Baskara. Keluarga Baskara setara dengan keluarga Ariyadi, Lesmana dan Setiawan. Tanpa mereka ketahui padahal Nemo adalah keluarga W yang sedang menutup indentitas supaya tidak di konsumsi masyarakat. Karena apabila keluarga W muncul di khalayak umum, maka keamanan mereka akan terancam lagi seperti 10 tahun yang lalu oleh keluarga Baskara. Selain itu Keluarga Dirja dan Keluraga Wijaya juga menjalin kerjasama sejak ayah menjadi CEO "ABW Grup". Sedangkan keluarga Dirja memiliki perusahaan "GDD Grup". Papa Akbar bernama Gilang Dwi Dirja dan Mama Akbar bernama Miranti Putri Saputra. Keluarga Saputra bergerak dalam bidang otomotif. Kelurga Dirja bergerak dalam bidang properti.
Setelah Chelin berbicara panjang lebar, akupun meninggalkan kantin dan bergegas ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi. Semua orang tidak mau berurusan dengan Chelin karena orang tua dia merupakan penyumbang dana terbesar di sekolah kami. Jadi bagi yang membuat gara-gara dengan Chelin pasti akan dikeluarkan dari sekolah.
Kegiatan pembelajaran sudah berakhir. akupun langsung menuju parkiran, dan pulang kerumah, karena aku ingin mengajari anak panti membuat hasta karya yang dapat di jual. Ketiga sahabatku sudah mengetahui jika setiap hari Senin aku selalu ke panti. Jadi mereka tidak mengajakku belajar sama. Sesampai di rumbah aku, siap-siap dan segera berangkat kepanti. Tak lupa aku ijin kepada bunda. Di tengah perjalanan tanpa kuduga aku melihat seorang Nenek yang terserempet, tapi pengendara tersebut malah lari dari tanggung jawab. Akupun berhenti dan mengajak beliau membeli minum air mineral, di warung terdekat. Kemudian aku bertanya pada nenek tersebut.
"Nama nenek siap?" tanyaku.
"Aku nenek Rosalia, panggil nek Ros saja cu" jawabnya
"Rumah nenek dimana?" ucapku.
"Aku lupa cu, tadi aku ingin makan rujak di seberang jalan" jawabnya dengan nada lemah.
Akupun membelikan nenek rujak, beliau memakan sampai habis rujak tersebut. Aku segera pergi ke kantor polisi terdekat untuk melaporkan bahwa ada seorang nenek yang tersesat. Tanpa kuduga nenek menangis, aku jadi tidak tega untuk meninggalkan beliau di kantor polisi. Selanjutnya aku meninggalkan nomor hp ku jika ada keluarga yang melaporkan bahwa kehilangan seorang nenek dapat menghubungi nomor ku.
Aku langsung menuju ke panti asuhan. Sesampai disana halaman panti tanpa sepi dan tidak seperti biasanya.Aku bergegas menuju kantor ibu panti. Bagai disambar petir disiang bolong aku ketika mendengar panti asuhan ini akan digusur oleh perusahaan milik pak Baskara, tak lain ayah Chelin. Air mataku menetes begitu saja di depan pintu kantor ibu panti. Aku tidak bisa membayangkan anak-anak panti akan tinggal dimana. Akupun mengajak nenek ke mushola panti untuk menunaikan kewajiban sholat ashar. Selain itu untuk menenangkan pikiran yang berkecamuk mengenai panti yang akan digusur. Setelah itu aku menuju kantor Bu panti.
"Tok-tok, Bu boleh aku masuk?" tanyaku di depan pintu.
"Boleh nak, masuk saja tidak ibu kunci" jawab beliau dengan suara lemah.
Akupun masuk bersama nenek Rosa. selanjutnya berbincang-bincang mengenai yang kudengar tadi. Namun ibu panti tidak mau memberi tahukan masalah detail nya tentang penggusuran tersebut. aku sama sekali tidak keberatan jika memang ibu Rosa belum mau berkata jujur padaku. Aku mengajak nenek membuat kerajinan bersama anak-anak panti.Kali ini materinya yaitu membuat kotak pensil dari kain flanel. Mereka sangat antusias sekali. Nenek sangat bergembira itu terlihat dari mimik muka nenek yang selalu tersenyum.Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB. Aku berpamitan kepada ibu panti.
Selama kurang lebih 30 menit aku sampai di rumah, nenekpun ikut denganku. Sesampai dirumah aku langsung mengajak nenek masuk.
"Assalamu'alaikum ayah dan bunda ku sayang" sapaku.
"Waalaikusalam anak my angel" seru ayah dan bunda.
"Lho nak , itu siapa?" tanya ayah.
"Nenek Rosalia, yah aku bertemu dengan beliau di jalan dekat panti yang mau terserempet mobil" ucapku.
"Astaghfirullah, tapi nenek baik-baik saja kan?" tanya ayah.
"Alhamdulilah baik yah, namun tadi nenek hanya kaget saja" jawabku.
Ayah dan bunda menerima kehadiran nenek Rosalia dengan tangan terbuka. Selanjutnya kami mandi untuk bersiap siap menunaikan ibadah sholat magrib. Kali ini ayah ingin berjamaah dirumah. Kami menjadi makmum ayah. Setelah itu ibu menyiapkan makan malam. Di keluarga ku selalu tidak melewatkan makan malam bersama, karena dengan adanya ini kita menjadi lebih dekat. Kemudian kami melanjutkan sholat berjamaah isya'. Selanjutnya kami bercengkrama di ruang tamu dengan nenek. Tanpa kami duga, nenek menceritakan semua keluh kesahnya. Beliau merasa ingin pulang kerumahnya. Tapi kami tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menunggu kabar dari polisi.
"Yah, ada yang ingin Momo sampaikan" ucapku.
"Iya nak ada apa, seperti nya penting sekali".
"Ini mengenai panti, akan digusur oleh perusahaan Baskara Yah " ucapku.
"Apa Mo, ayah tidak salah dengar" tanya ayah dengan nada khawatir.
"Tidak yah, aku mendengar sendiri dari orang suruhan Pak Baskara" ucapku.
"Baik ayah akan bertanya sendiri kepada Bu Rosa, sekarang kamu pergi ke kamar segera istirahat besok kamu bisa terlambat" jawab ayah dengan suara yang hangat.
"Siap ayahku sayang, tak lupa aku mencium ayah dan bunda" memeluk dan mencium mereka.
Keluargaku selalu melakukan kegiatan yang menggambarkan keharmonisan. Mereka selalu memberikan kasih sayang yang tulus