Sinar pagi mengintip malu - malu menerpa wajah cantik. Sapuan hangat yang menggelitik permukaan kulit pun memaksa iris hitam terbuka sempurna berpadukan geliatan tubuh. Uh, terlihat gemulai beriringan dengan otot - otot yang mulai meregang.
Setelah dirasa cukup rileks diliriknya jam yang menggantung di dinding. Seketika menegakkan duduknya ketika dihadapkan pada satu kenyataan bahwa saat ini sudah jam enam pagi.
Huh, dasar bodoh, bodoh, bodoh. Aku ketinggalan sholat subuh. Ah, Amira kau ini gimana sih. Kebodohan mu ini telah menodai keimanan ku. Gumamnya sembari menjitak kepalanya sendiri berulang kali.
Sungguh inilah penyesalan yang tiada tara. Baru kali ini seorang Amira Anindita Tanzel melewatkan kewajibannya sebagai umat muslim. Direngkuhnya kedua lutut dengan menenggelamkan kepala di antaranya.
Kini, hembusan nafas lelah telah mengiringi deru nafasnya. Belum juga reda rasa kesal. Pintu kamar sudah terbuka dengan menampilkan Inem yang mengintip ke dalam.