Pras sudah meninggal!
Lututku melemas. Rasanya aku sudah tidak sanggup berkata-kata lagi. Teriakan panjang tadi pertanda kalau Pras sudah menghembuskan nafas yang terakhir. Aku terduduk di lantai. Begitu mudahnya aku dipermainkan sama mereka sampai harus kehilangan orang yang kusayang. Iya, Pras adalah orang yang laing kusayang.
Pintu kamar itu terbuka. Terlihat sosok tambun itu berdiri menampakan seringai iblisnya.
"Hahaha, tidak ada yang mampu melawanku, tidak ada yang mampu menandingiku, aku bisa melakukan apapun yang aku mau. hahahaha.." teriaknya lantang tanpa merasa bersalah sama sekali. Seketika amarah berkobar dihati ini.
"Kenapa? Kamu tidak terima hah?" ujarnya dengan nada mengejek. Semakin menyulutkan emosi di dalam jiwaku.
Emosiku bener- bener sudah meluap-luap. Memenuhi ubun-ubun. Energi panas memenuhi tubuhku. Aku memicingkan mata ke arahnya. Pak Sugeng yang semula tergelak pun terdiam, mimik mukanya berubah menjadi panik.