Dua mobil itu berhenti tepat di depan rumah tua yang terletak di pinggir kota Surabaya. Mungkin masih daerah Tandes. Seketika Pak Sugeng menyeretku keluar mobil dan membimbingku menuju rumah tua itu. Rumah peninggalan belanda dengan warna putihnya yang tampak usang termakan usia dan debu. Rumah itu di kelilingi pagar yang cukup tinggi dan jauh dari keramaian orang. Sehingga tidak seorangpun yang tahu kalau ada dua orang pria yang sedang menyeret wanita bugil kedalam rumah itu.
"Ayo jalan!" bentak Pak sugeng sembari menarik tanganku dengan kuat. aku yang tersentak pun mempercepat langkahku.
Sesampainya di sebuah kamar, dia menarikku lagi sampai aku terjerebab dikasur . pandanganku mengelilingi sekitar. ruangan bernuansa hitam itu banyak terpampang foto wanita yang yang berpose panas. Ada juga sebuah meja yang terdapat sebuah laptop di atasnya.
Pak Sugeng yang tidak sabar pun melucuti pakaiannya lalu menindih tubuhku. Aku hanya merintih tatkala dengan ganas dia mencumbui tubuhku. Sepertinya dia tidak bisa menahan konaknya sedari tadi di jalan. Aku berusaha mendorongnya karena tubuhnya yang menghimpitku sehingga aku sulit untuk bernafas. Sementara aku melihat Anton sama sekali tidak memperdulikanku. Dia duduk di kursi sembari membuka laptopnya.
Puas mencumbui tubuhku, dengan gerakan tiba-tiba mulutnya menyentuh liang kemaluanku. Aku yang seperti tersentak pun melenguh pelan. dia sangat lihai memainkan lidahnya hingga aku menggelinjang. Sesekali dia menyedot cairan yang keluar dan melahapnya dengan nikmat.
"hentikan..hentikan!" Ceracauku yang tidak membuatnya lekas berhenti, malah semakin giat mengerjai liang kemaluanku.
"Nikmati Jalang, ini kan yang kamu inginkan!" godanya sembari matanya nakal melihatku dari bawah sana. aku menggeleng-gelengkan kepala, tidak mau ketahuan kalau aku sebenernya juga menikmatinya.
Setelah puas mengerjai liangku, dia beralih ke rudalnya yang sudah menegang. Ukurannya tidak terlalu besar. panjangnya hanya sekitar 13 centi saja. sama sekali tidak terasa buat liangku yang terbiasa dengan yang lebih besar.
"Siap Jalang?" komandonya. Aku sama sekali tidak perduli. Sejenak dia meludahi liangku dan mengoleskannya ke kepala rudalnya. Dengan sekali hentakan, rudalnya berhasil menerobos liangku.
"Ah." Erangku. Dia melakukan posisi misionary. Posisi yang umum di gunakan oleh semua orang. Sangat membosankan. Sekarang tubuhnya berada tepat di atasku. Aku hanya menutup mata, menghindari kontak dengan penglihatannya. Tapi aku sempat melirik ke arah sosok dengan punggung kokoh itu yang sedang berkutat dengan laptopnya itu. Sosok idaman sekaligus kubenci itu sama sekali tidak berniat menyentuhku. Bahkan dia membiarku begitu saja di hajar oleh tua bangka tidak tahu diri ini.
"Ahh. Enak sekali punya kamu Jalang, aku mau keluar!" ceracau Pak Sugeng sembari dengan susah payah menggenjotku. Hentakannya sama sekali tidak membuat otot kewanitaanku berdenyut-denyut hebat atau menjepit lebih kuat. biasa saja. Sampai akhirnya terasa lahar itu muncrat ke dinding rahimku.
Dia kepayahan. Tubuhnya bergeser ke samping dan telentang di sana, tepat di sampingku. Pria dengan kepala botak di depan itu sangat kelelahan sepertinya. Memaksakan tenaga yang tidak berimbang dengan nafsunya.
Setelah pergumulan itu, kini giliran Anton yang melirik ke arahku. Dengan refleks aku menutup tubuhku dengan selimut yang tidak terlipat. Dia berdiri lalu berjalan ke arahku.
"Pak Sugeng, tolong bawa dia ke bawah." Titahnya. Aku mengernyit dahi. Di bawah kemana? Bukanya ini lantai satu? Pak Sugeng yang masih kepayahan pun bangkit lalu menarik tanganku. aku tidak tahu kenapa Pak Sugeng begitu menurut dengan apa kata Anton. Seakan-akan Anton adalah bos besar. padahal faktanya Pak Sugeng adalah seorang pengusaha, sementara Anton adalah preman pasar setahuku.
Benar saja, ternyata ada sebuah tangga menuju ke bawah di dekat dapur. Ruang bawah itu tampak gelap sekali. aku berusaha meronta.
"Gila kamu membawaku ke bawah sana!" hardikku.
Plak
"Jangan kurang ajar ya kamu. kamu itu budak jadi tempat itu lebih pantas untukmu." Gelaknya setelah menamparku. Aku meliriknya sembari memegang pipiku yang memerah. Aku bersumpah kalau aku sudah bebas dari jeratan mereka, akan kubunuh Pria tua ini!
"Kenapa lihatin saya seperti itu hah? Nantangin?" dia berkacak pinggang. Mimik mukanya meremehkan.
"Kenapa kalian tidak berhenti menyiksaku hah!"
Plakkk
"Dengar Jalang! Akar masalahnya ada di kamu, karena kamu sok jual mahal kepada semua lelaki termasuk aku dan Anton. padahal aslinya kamu adalah wanita kesepian yang Binal. Makanya kami memberikanmu Pelajaran!" sekali tamparan keras melayang dan perkataan yang menohokku. Dia menyeretku kebawah, mendorongku ke dalam ruangan itu dan mengunci pintunya.
Untuk kesekian kalinya, netraku menghangat. Di dalam ruangan pengap dan gelap yang mirip gudang itu. Tercium bau kotoran Tikus dimana-mana serta kecoak yang berlarian. Aku meratap, menyesal atas kecantikan yang aku miliki. Disisi lain, aku sudah bersuami. Aku bersikap cuek supaya tidak ada lelaki yang mendekatiku. Bahkan, bisa dibilang terlalu cuek atau lebih tepatnya jual mahal. Tapi siapa sangka, justru sikapku itu yang mendatangkan petaka tidak berkesudahan di hidupku.
Buat kalian yang merasa cantik, berhati-hatilah.
***
Byur
Guyuran air membuatku tergeragap. Rupanya Pak Sugeng yang membangunkanku dengan seember air. Ketika air habis, dia melemparkannya empernya serampangan.
"Gimana nyenyak tidurnya?" pertanyaannya yang begitu menjengkelkan. Aku masih terduduk, mengumpulkan segenap kesadaran. Sekujur tubuhku terasa sakit dan ngilu karena tidur diatas ubin. Kemudian, dia menarik rambutku sampai aku berdiri.
"Kamu memang wanita sial! Kamu yang bikin istri dan anakku bertengkar hebat. Imbasnya, istriku memarah-marahiku habis-habisan sampai dia tidak mempercayakan tempat gym itu lagi kepadaku, tau kamu!" Matanya mendelik seakan mau keluar dari kelopaknya. Aku hanya diam seribu bahasa.
"Kau apakan anakku sampai dia bisa bertekuk lutut denganmu hah! Sampai dia membelamu mati-matian di depan istri saya. Bahkan dia sekarang mempekerjaanmu di restorannya. Hebat bener ya kamu!" imbuhnya lagi.
"Itu karena Pras suka denganku." sahutku singkat yang membuatnya tersenyum sinis, meremehkan.
"Ternyata selain jalang, kamu juga ular ya." Ucapnya sembari menggeleng-gelangkan kepala."Tapi ingat akan satu hal jalang, kamu bisa saja memperdaya anakku. Tapi di hadapanku, kau tidak lebih dari sampah!" Seketika aku memicingkan mata ke arahnya. Aku tahu di kegelapan seperti ini, dia tidak dapat melihatku terlebih matanya yang rabun dekat.
"Sekarang, persiapkan dirimu untuk pergi bekerja. bersikaplah seolah tidak ada apa-apa. Jangan sampai semua orang tahu kamu menghilang dan di sekap disini. tapi ingat sepulang dari bekerja kamu harus kembali ke sini jalang!" ujarnya mewanti-wanti.
"Bagaimana bisa aku bekerja sementara sehelai bajupun aku tidak punya?"
"Pulang saja ke rumahmu sekarang! lagipula ini baru jam empat subuh. Udah ya jangan banyak bicara! atau kusebar videomu sekarang!" cercanya lagi. Tanpa menunggu dia ngomel lagi, aku bergegas keluar dari ruang bawah tanah itu dan menuju mobilku. Seenaknya sekali dia mengatur-atur hidupku, Awas saja nanti.
Bersambung