Tubuh Diah menjadi kaku saat dia digendong oleh Rifan, dia bisa merasakan nafasnya yang tersengal-sengal dan merasa canggung saat digendong. Apakah tubuhnya seberat itu hingga membuatnya kelelahan?
Ia menatap tubuh kecilnya dan tidak melihat ada masalah, dengan tubuh kecilnya pasti berat badannya tidak terlalu berat atau mungkin ini karena fisik Rifan yang terlalu lemah bahkan sampai harus disemangati Pak Eko saat di berlari tadi.
"Jika kamu tidak kuat kamu bisa menurunkanku, aku bisa berjalan," tawar Diah saat melihatnya semakin lelah.
Rifan mendelikan mata sambil menggertakan giginya, ia merasa harga dirinya sebagai laki-laki tersinggung. "Aku masih kuat!" ucapnya tegas.
Diah hanya diam melihat tatapan tidak ramahnya dan berusaha meringankan tubuhnya agar tidak membebani Rifan, untung saja UKS berada di lantai satu dan Rifan tidak perlu menaiki tangga.
Mereka diam sepanjang perjalanan dan tidak ada yang ingin memulai percakapan, mereka sangat canggung bersentuhan fisik apalagi pertemuan pertama mereka yang cukup buruk, tidak ada hal baik yang bisa dibicarakan.
Tanpa disadari mereka, sepanjang perjalanan menuju UKS mereka diawasi oleh murid-murid lain yang sangat penasaran melihat Rifan menggendong perempuan, mereka bertanya-tanya siapa perempuan itu yang berani menarik perhatiannya hingga membuat Rifan menggendongnya.
Mereka mencoba mencari informasi di forum sekolah dan melihat postingan yang baru membahasnya, mereka tertawa saat melihat foto Rifan yang berlari paling belakang dan wajah memerahnya saat menggendong anak perempuan itu.
oOo
Diah membantu Rifan membuka pintu UKS karena tangannya ia gunakan untuk menahan tubuhnya. Mereka memasuki UKS dan melihat betapa sepinya di sana dan hanya melihat satu guru yang tengah berkutat dengan dokumen.
Guru tersebut menurunkan dokumen dan melihat ke arah pintu. "Rifan?" ia menaikan sebelah alisnya dan melihatnya tengah menggendong seseorang. "Kenapa dia?"
Rifan menurunkan Diah di ranjang UKS dan menjelaskan keadaannya. "Kakinya terkilir saat menabrakku."
Guru tersebut bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Diah untuk melihat keadaan kakinya. "Hmmm… sepertinya akan membengkak."
"Ambilkan obat di laci no 4 dan perban di lemari sebelah sana," tunjuknya pada tempat perban berada.
Rifan melaksanakan perintahnya dan membuka laci kemudian berjalan menuju lemari lalu, dia menyerahkan benda-benda tersebut kepada Bu Sana guru prakarya sekaligus penjaga UKS.
Bu Sana segera mengobati kaki Diah dengan hati-hati kemudian membalutnya dengan perban, selama proses tersebut dia melemparkan pertanyaan pada Rifan. "Apa yang terjadi?"
Rifan mengulangi perkataannya di awal. "Kakinya terkilir saat menabrakku."
"Menabrakmu?" alis Bu Sana naik sebelah merasa tidak yakin. "Dia tidak terlihat seperti perempuan yang melemparkan dirinya pada laki-laki sepertimu."
Diah mencoba menahan matanya agar tidak memutar ketika mendengar perkataan guru tersebut, apa maksudnya melemparkan diri?
"Apa maksud Bu Sana?" Rifan pura-pura tidak mengerti dan menyandarkan tubuhnya ke tembok.
Bu Sana tertawa kecil dan mengalihkan tatapannya pada Diah. "Hei apa kamu menyukainya?"
Diah menggelengkan kepalanya dengan kuat dan menatap horror pada Bu Sana karena mengiranya menyukai Rifan, bahkan jika semua laki-laki di dunia ini habis dia tidak akan menyukai anak berandalan seperti Rifan!
"Aku hanya bercanda, lihatlah wajah ketakutanmu," goda Bu Sana melihat tatapan horrornya.
Diah merasa canggung karena Bu Sana menggodanya, ia terlihat masih muda dan tidak bersikap seperti guru kebanyakan, tetapi ia malah seperti kakak kelas yang ramah, Diah tidak tahu harus bersikap seperti apa terhadap guru seperti itu.
"Ahhh… juga jangan pernah menirunya, dia bukan orang yang patut di tiru," katanya memperingati, sudah cukup ada anak seperti Rifan dan para guru tidak ingin murid adnormal lainnya.
Diah mengangguk mengerti dengan mata tegas.
Bu Sana tertawa kecil karena Diah terlihat menggemaskan, ia membereskan barang-barangnya dan meminta Rifan untuk mengembalikannya ke tempat semula. "Nah sudah selesai, Rifan tolong kembalikan lagi ya."
Rifan mengangguk dan mengembalikannya ke tempat semula.
"Kakimu sudah aku obati, selama beberapa hari kedepan berhati-hatilah saat berjalan agar tidak memperburuk kakimu, jika semakin parah langsung saja bawa ke rumah sakit karena aku takut jika ada cidera serius."
"Baik bu, terima kasih sudah mengobatinya," ucap Diah sambil tersenyum.
Bu Sana membalas senyumnya dan mengalihkan perhatiannya kepada Rifan. "Rifan jangan lupa mengembalikannya ke sekolahnya."
Rifan menahan tawanya ketika mendengar ucapan Bu Sana, ia melemparkan pandangan ke arah Diah yang masih terteguh.
"Sekolahnya?" tanya Diah ragu.
Melihat sikap mereka berdua yang terlihat aneh Bu Sana sangat bingung. "Bukankah kamu murid SMP sebelah?"
Bu Sana tidak bisa di salahkan karena kesalahpahaman tersebut, seragam SMP sebelah cukup mirip dengan SMA ini karena SMP tersebut masih bagian dari SMA Bunga Bangsa, apalagi perawakan tubuh Diah yang kecil mendukung asumsinya.
"Bu, dia adalah teman sebangku ku," jelas Rifan sambil terkikik.
"Ah benarkah?" Bu Sana sangat terkejut mendengarnya. "Maaf aku kira kamu murid SMP sebelah," katanya meminta maaf.
Diah memaksakan senyumnya dan memaafkannya. "Tidak apa-apa bu."
"Baguslah kalau kalian teman sebangku, tolong perhatikan dia selama masa penyembuhannya." Bu Sana menepuk bahu Rifan dan mempercayakan Diah padanya.
"Aduh." Rifan meringis ketika Bu Sana menepuk tubuhnya, rasa sakit yang ia tahan sejak tadi akhirnya menjalar ke tubunya.
"Ada apa?" Bu Sana panik melihat Rifan kesakitan.
"Ia jatuh ke tanah dengan keras karena aku tidak sengaja menabraknya," jelas Diah merasa bersalah.
"Kamu menabraknya?" tunjuknya pada Rifan. "Aku kira dia hanya bercanda."
Diah mengangguk dan melemparkan tatapan pada Rifan. "Benar bu, apakah ada obat untuk mengobati lukanya?"
Bu Sana berjalan mendekati Rifan dan mencoba melihat lukanya. "Tolong angkat sedikit kaos olahragamu agar aku bisa melihat lukamu."
Rifan mengangkat sedikit kaos olahraganya dan terlihatlah perut halus dengan kulit putih pucat ternoda warna merah kebiruan.
"Sepertinya ini hanya memar, tunggu sebentar." Bu Sana berjalan menuju lemari dan mencari obat untuk menyembuhkan memar di tubuh Rifan.
"Ah ini dia." Dia mendekati Rifan dan menunjukan obatnya. "Coba lepaskan kaos olahragamu agar aku bisa mengoleskan obatnya."
Diah memalingkan wajahnya melihat dinding dan mencoba menghindari menatap tubuh Rifan, ia merasa bersalah setelah melihat memar di kulit pucatnya.
Drtttt~~~ drrrrrttttt~~~
Bu Sana mengeluarkan ponselnya dan melihat Bu Anisa tengah menelponnya, ia meletakan obat di atas meja dan menjawab panggilannya.
"Hallo Bu Anisa."
"…"
"Saya sedang kosong."
"…"
"Baiklah, sekarang anda dimana?"
"…"
"Baik saya akan ke sana."
Bu Sana mengembalikan ponselnya dan menyerahkan obat pada Diah. "Bisakah kamu menolongnya mengoleskan obat ini, ada keperluan dengan Bu Anisa dan aku harus menemuinya sekarang."
Dengan kaku Diah menerima obat tersebut dan mengangguk pada Bu Sana.
"Baiklah aku pergi dulu."
Kemudian Bu Sana meninggalkan mereka berdua sendiri dengan Rifan yang bertelanjang dada dan Diah yang tidak berani menatapnya.
Suasana sangat canggung hingga terdengar bunyi jam di ruangan sunyi tersebut, Rifan mengulurkan tangannya dan meminta obat dari Diah.
"Berikan obatnya aku bisa menggunakannya sendiri."
Dengan telinga memerah Diah memberikan obat tersebut sambil menundukan kepalanya. "Maafkan aku."
Suara Diah sangat pelan namun ruangan itu sangat sunyi dan Rifan bisa mendengarnya. "Tidak apa-apa, tetapi kamu harus bertanggung jawab."
"Hah bertanggung jawab?" Diah mendongakan wajahnya dan melihat Rifan.
Dengan senyum seringai Rifan mengulangi perkataannya. "Ya kamu harus bertanggung jawab."
oOo
Diah duduk dengan kaku di kursinya, sekarang dia telah kembali ke kelas dengan Rifan yang mengantarkannya. Ia teringat percakapan mereka beberapa saat yang lalu dan menyesal dalam hatinya, seandainya waktu bisa diputar lagi dia tidak akan menabrak Rifan dan membuatnya cidera hingga harus mendatatangani perjanjian setan ini.
Diah mengacak-acak rambutnya dengan kesal sambil meruntuki dirinya sendiri, bukankah dia mengatakan tidak ingin terlibat dengan Rifan tetapi lihat sekarang dia harus berhadapan dengannya selama beberapa waktu ke depan hingga kakinya sembuh dan juga mengkompensasi kerugian Rifan.
Diah tidak tahu kerugian apa yang harus dia kompensasi.
Krekkkk~~~
Suara pintu terbuka dan terlihatlah teman-teman sekelasnya telah menyeelesaikan olahraga dengan wajah lelah memasuki kelas. Maja datang menghampirinya dan bertanya mengenai cidernya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya khawatir.
Diah tersenyum menenangkannya. "Aku tidak apa-apa, hanya terkilir dan sudah di obati, mungkin beberapa hari lagi akan sembuh."
Lailun yang datang bersama Nadzifah berjalan mendekati mereka. "Apa kaki lo terluka parah?"
Diah menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa ini hanyalah cidera kecil nanti akan sembuh dengan cepat setelah di obati."
"Lalu di mana Rifan?" tanya Nadzifah.
"Dia kembali lagi ke UKS untuk tidur," jelas Diah sambil meruntuki tukang tidur itu.
Nadzifah menggelengkan kepalanya mendengar hal tersebut, Rifan sudah menganggap sekolah seperti rumahnya sendiri dan dia bisa tidur kapanpun dia mau.
"Kamu ingin makan apa? Aku akan membelikannya ke kantin," tawar Maja karena melihat Diah tidak nyaman dengan cidera kakinya.
"Aku ingin makanan ringan dan es teh saja, maaf merepotkanmu." Diah menyerahkan uangnya pada Maja.
Maja mengibaskan tangannya merasa tidak keberatan. "Tidak apa-apa kakimu akan semakin parah jika kamu pergi ke kantin, biarkan saja aku yang membelikanmu makanan."
Diah tersenyum senang mendapatkan teman baik sepertinya.
"Baiklah tunggu sebentar disini."
-TBC-
~Forum Sekolah~
Sub Forum : Murid SMA Bunga Bangsa
Pengirim : @LeaderToFeature
Topik : Sub forum baru
Silakan yang ingin bergabung dengan subforum baru membukan link di bawah, subforum ini akan digunakan untuk bergosip mengenai Rifan sehingga dia tidak akan mengetahui keberadaan kita. Harap segera mendaftar untuk mengakses subforum dan simpan link ini atau kalian bookmark agar tidak hilang.
[LINK]
NB : Postingan ini akan terhapus otomatis setelah 24 jam
Komentar :
@MyLove hahahahaha akhirnya ada subforum khusus untuknya *tertawa jahat*
@HuaHua dengan ini kita tidak akan ketahuan dan postingan kita tidak akan dihapus olehnya hahahahaha
@YouWantIt gue juga senang ada subforum ini *senyum evil*
@suarahatimerindukannya Hei poster jangan lupa memperkuat keamanan subforum agar dia tidak bisa mengaksesnya
@LeaderToFeature tenang saja gue telah memperkuatnya, bahkan gue menggunakan program dari perusahaan TFP
@GoGoSquid bukankah itu perusahaan keamanan jaringan yang baru-baru ini booming karena produknya
@SupermanReturn woahhh bahkan poster menggunakan program dari perusahaan tersebut, dengan ini Rifan tidak akan merentas subforum nanti *senyum evil*