Setelah gurunya keluar dari kelas, Diah mengeluarkan seragam olahraga yang akan dia gunakan. Setelah pelajaran ini adalah pelajaran olahraga yang akan berlangsung selama dua jam pelajaran, tetapi ada jeda 15 menit yang bisa mereka gunakan untuk mengganti seragam.
Dari luar jendela terlihat jelas cuaca sangat cerah dan sinar matahari terlihat terik tanpa ditutupi awan sama sekali. Ia sedikit mengeluh karena mendapatkan jam olahraga pada siang hari, siapapun akan merasa tidak semangat sepertinya. Lagipula mereka telah menjalani kelas dari pagi dan terlalu malas jika harus panas-panasan di bawah sinar matahari, mereka lebih suka mendengarkan materi di dalam kelas dengan AC.
Walaupun sejak kecil dia telah diajari oleh ayahnya dan kakaknya, bahkan memasuki kelas beladiri walaupun sebentar, dia tetap tidak menyukai olahraga di siang hari. Sejak kecil tubuhnya memang tidak terlalu baik dan sering sakit, oleh karena itu orang tuanya menganjurkannya agar berolahraga untuk memperkuat tubuhnya.
Dia meruntuki siapapun yang membuat jadwal kelasnya pada siang hari untuk pelajaran olahraga, apakah tidak ada waktu lain yang bisa mereka jadwalkan?
Drrrrrtttttt~~~
Diah sedikit tersentak ketika mendengar suara di dekatnya, ia melihat ke arah Rifan yang telah bangun dan melihat ponselnya dengan linglung, ia menguap kemudian memasukan ponselnya ke dalam saku lalu beranjak dari bangkunya tanpa memandanginya.
Diah menaikan sebelah alisnya dan melihat kepergian Rifan dari kelas.
"Diah Ayo ganti baju." Suara Lailun menyadarkan Diah.
"Ayo!"
oOo
Pak Eko berdiri didekat pohon dan melihat satu persatu muridnya mulai berkumpul di lapangan, matanya dengan awas mencari murid yang memiliki tampang mengantuk setiap kali kelasnya berlangsung. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk muridnya satu itu, ia mengakui prestasinya sangat hebat tetapi kemampuan fisiknya cukup buruk dan tidak ada yang memperhatikannya, jika terus seperti itu kondisi fisiknya akan memburuk dan mudah sakit, oleh karena itu dia memberikan perhatian ekstra untuk murid khususnya.
Rifan muncul dari balik lorong dengan wajah mengantuknya sambil mengenakan pakaian olahraga yang sedikit longgar di tubuhnya. Sebenarnya itu bukanlah pakaiannya tetapi meminjam dari Abi saat pagi tadi sebab pakaian olahraganya sendiri masih kotor dan belum sempat ia cuci.
Merasakan tatapan yang diarahkan padanya, Rifan menoleh dan melihat Pak Eko tengah menatanya tajam seolah-olah tidak ingin dia menghilang dari pandangannya. Dia meruntuk di dalam hatinya karena dari semua pelajaran yang dia negosiasikan dengan kepala sekolah hanya pelajaran olahraga inilah yang tidak bisa dia lewatkan. Apalagi pak Eko mengetahui perjanjianmya dengan kepala sekolah dan hanya setuju jika dia mengikuti pelajaran olahraga dengan sungguh-sungguh.
Dengan murung Rifan berjalan mendekati Pak Eko dan merasakan tatapannya semakin menusuk seolah-olah ingin melubangi tubuhnya dengan tatapan tajam.
"Aku kira kamu tidak akan datang pada pelajaran ini setelah kejadian minggu lalu." Pak Eko dengan bangga menepuk bahunya dengan keras dan mengingatkannya dengan kejadian minggu lalu saat dia melempar bola basket dan mengenai tower speaker hingga merusak salah satu speaker disana.
"Bahkan murid perempuan paling buruk tidak akan seburuk kamu."
Rifan hanya bisa memendam kekesalannya dalam hati mendengar ejekan Pak Eko dan mengeluarkan senyum yang bukan senyum. "Bapak terlalu meremehkanku."
Pak Eko mengibaskan tangannya pelan dan menyangkal perkataannya. "Bagaimana aku berani meremehkanmu, bahkan seluruh sekolah mengetahui prestasimu dan mendapatkan julukan 'Cendekia' dikalangan anak muda."
"Pak kurangi melihat hal tidak berguna di forum sekolah dan perbanyaklah membaca berita aktual," ucap Rifan dengan pelan sambil mendengus ketika mengingat Pak Eko sering bergabung dengan para penggosip kurang kerjaan saat ia rutin memperbaiki bug di forum sekolah.
"Ah apa yang kau ucapkan?" tanya Pak Eko karena dia tidak mendengarnya terlalu jelas.
"Tidak apa-apa." Rifan segera beranjak meninggalkan Pak Eko karena tidak ingin mendengar perkataannya yang berujung ejekan.
Pak Eko hanya menatap kepergian Rifan sambil mendengus kesal kemudian membuka ponselnya untuk masuk ke forum sekolah sambil menunggu murid-muridnya yang lain berkumpul di lapangan. Ia mengirim pesan kepada kepala sekolah dan mendesaknya untuk menyetujui pembuatan subforum untuk guru agar bisa dengan bebas mengekspresikan diri tanpa memperdulikan formalitas seperti di forum utama guru.
Setelah mengirim pesan kepada kepala sekolah dia melihat jam yang tertera pada ponselnya dan menyadari bahwa waktunya telah selesai dan dia harus memulai pelajaran. Ia menghampiri murid-muridnya dan menghitung jumlah mereka untuk memastikan tidak ada yang membolos pada pelajarannya.
Ia mengerutkan dahinya karena kurang satu orang yang belum datang, sebelum dia bertanya pada ketua kelas dia mendengar suara lari ke arahnya dan melihat dua murid perempuan tengah berlari menghampirinya.
"Terlambat 5 menit." Pak Eko melihat jam tangannya lalu menatap dua muridnya yang terlambat.
"Hoshh..hoshh... maaf... pak... tadi masih ganti baju," kata Lailun sambil mengatur nafasnya.
"Pergantian jam jeda 10 menit dan saya memberikan tambahan waktu 10 menit lagi, masih kurang?" Pak Eko tidak menerima alasan apapun karena terlambat tetap terlambat.
Tubuh Lailun menjadi kaku karena mendengar hal tersebut, ia mengetahui bahwa Pak Eko adalah orang yang tegas dan tidak akan mentolerir orang yang terlambat dan akan menghukum muridnya agar jera.
"Maaf pak tadi Lailun menemani saya ke koperasi dulu untuk mengambil pakaian olahraga karena saya murid baru dan belum mengenal tempat ini," kata Diah berbohong, sebenarnya dia sudah mengambilnya saat pertama kali datang ke sekolah ini tetapi dia terpaksa berbohong agar mereka lolos dari hukuman.
"Oh murid baru." Pak Eko telah mendengar ada murid baru di salah satu kelas yang dia ajar.
"Siapa namamu?" Pak Eko mengeluarkan buku nilainya untuk mencatat nama murid barunya.
Diah tersenyum melihat Pak Eko melunak terhadapnya. "Nama saya Diah pak, Diah Ajeng Anjani."
Pak Eko mengangguk dan menulis namanya paling bawah dari daftar murid kelas IPA 2. "Lain kali jangan terlambat lagi kalau tidak akan mendapatkan poin," katanya memperingatkan.
"Sekarang bergabunglah dengan teman-temanmu untuk pemanasan!"
"Baik pak terima kasih." Diah segera menyeret Lailun sebelum Pak Eko berubah pikiran dan menghukum mereka.
Lailun melemparkan senyum pada Diah karena telah menolongnya bebas dari hukuman Pak Eko.
Pak Eko berjalan mendekati ketua kelas dan mengintruksikannya. "Ketua kelas maju dan pimpin anak buahmu."
"Baik pak." Nadzifah keluar dari barisan dan berjalan ke depan agar teman-temannya mengikuti gerakan pemanasannya, sedangkan Pak Eko berjalan menuju bawah pohon sambil menunggu mereka selesai pemanasan.
Nadzifah berdiri dengan kaki tegak selebar bahu kemudian memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri secara bergantian sebanyak 8 kali, ia melakukannya sekali lagi dengan arah berlawanan, semua teman-temannya mengikutinya dan menghitung secara bersamaan. Setelah itu ia merentangkan tangannya dan mengangkatnya ke atas kemudian ke bawah sebanyak 8 kali agar punggung tidak kaku saat berolahraga. Ia juga merenggangkan tubuhnya dengan mengangkat lengan di atas dada kemudian merenggangkannya ke dalam dan ke luar sebanyak 8 kali.
Suara keras terdengar di lapangan karena murid lain mengikuti Nadzifah berhitung, suara keras mereka terdengar lantang dan Pak Eko tidak mempermasalahkannya lagipula mereka berolahraga di lapangan belakang sehingga tidak mengganggu kelas lain.
Sekarang Nadzifah mengangkat kakinya sedikit ditekuk di depan dada dan menahannya sebanyak hitungan 8 kali, lalu mengganti posisi kakinya dengan menekuknya sejajar dan menahannya, setelah itu ganti posisi ke belakang. Banyak anak-anak lain terutama perempuan yang tidak dapat menjaga keseimbangan dan malah mengganggu teman di sampingnya.
"Hei Sit jangan menaruh tangan lo di bahu gue," kata Lailun memarahi Siti karena membuat tubuhnya tidak seimbang.
"Maaf maaf." Siti melepaskan tangannya dari bahu Lailun dan mencoba menjaga keseimbangannya sendiri.
Pak Eko tersenyum senang karena tidak ada yang membolos pada pelajarannya apalagi murid istimewanya tengah berdiri dengan wajah mengantuk seolah-olah akan tumbang kapan saja dan dia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia sedikit heran dengannya, dia sangat baik dalam semua pelajaran tetapi mengapa dia sangat buruk dalam olahraga?
"Cukup dan lanjutkan dengan berlari," perintahnya untuk menghentikan pemanasan mereka.
Nadzifah menginstruksikan anak di barisan paling depan di ujung kanan untuk lari terlebih dahulu dan teman-teman lain mengikutinya di belakang.
oOo
Diah berlari melewati teman-temannya dan meninggalkan Lailun yang berlari paling lambat, dia telah menolak ajakan Lailun untuk berlari paling belakang karena dia masih lelah saat mereka berlarian untuk menuju lapangan. Sebenarnya dia tidak terlalu lelah karena sebelumnya dia telah lari lebih jauh saat bersama kakaknya untuk mengelilingi kompleks. Dia sudah biasa melakukannya pada saat akhir pekan dan sepertinya dia akan melakukannya sendiri setelah pulang ke rumah sebab kakaknya akan segera menikah.
Kemungkinan besar dia akan bangun kesiangan dan lebih suka berada dikamar setelah menikah.
Disisi lain barisan paling belakang, Rifan berlari pelan dengan wajah mengantuk dan sesekali menguap lebar, ia berkali-kali menyeka keringat dari dahinya dan merasa tidak nyaman dengan sinar matahari yang menyengat kulitnya. Ia meruntuki siapapun yang membuat jadwal kelas dan membuat kelasnya mendapatkan jam olahraga saat menjelang siang hari, tidak kah mereka berfikir tidak ada yang mau keluar saat matahari bersinar terik-teriknya dan lebih nyaman di dalam kelas yang ber-AC.
Melihat Rifan yang berlari sangat lambat bahkan hampir di lewati oleh anak perempuan membuat Pak Eko tidak bisa tinggal diam dan berteriak menyemangatinya. "Ayo Rifan terus belari jangan kalah dengan anak perempuan!"
Rifan menutupi wajahnya merasa malu mendengar teriakan Pak Eko, ia menatap tajam perempuan yang tengah melewatinya dan memberinya peringatan agar dia tidak berlari mendahuluinya.
Lailun yang merasakan tatapan tajam dari balik punggungnya langsung membeku dan tanpa sadar memperlambat larinya, dia membiarkan Rifan berlari melewatinya.
Diah juga mendengar teriakan Pak Eko, dia melihat ujung barisan dan terlihat Rifan tengah mengitimidasi Lailun. Ia menggertakan giginya kesal dan jiwa penolongnya bangkit. Untung saja lapangan ini berbentk melingkar dan dia berada dibarisan paling depan dan cukup dekat dengan mereka. Lagipula mereka berlari sangat lambat dimata Diah.
Diah berencana berlari melewati Rifan sebagai bentuk ejekan karena dilewati oleh perempuan, dia memang tidak bisa melawannya secara langsung tetapi dia bisa memberikan perlawan mental untuk mengetuk harga dirinya sebagai laki-laki.
Tapi sayangnya Rifan tiba-tiba bergerak dan menghalangi jalur larinya, tanpa bisa dicegah dia akan segera menabraknya sebab dia tidak bisa menghentikan laju larinya sendiri.
Bukkkk~~~
Suara benturan terdengar keras hingga mengejutkan semua orang, mereka menoleh ke asal suara dan melihat Diah tengah menindihi Rifan lalu mereka jatuh ke tanah. Mata mereka melebar karena terkejut dan dengan hati khawatir memikirkan Diah karena telah menabrak Rifan. Siapapun disekolah tahu bahwa tidak ada yang berani menyinggungnya!
Rifan menguntuk dalam hatinya dengan keras, dia merasa hari ini sangat sial karena selain ada masalah dengan proyeknya dan ada pelajaran olahraga pada hari ini, sekarang dia sangat kesal karena ada yang berani menabraknya dengan keras dan menggunakan tubuhnya sebagai bantal mendarat.
Apakah tidak ada yang tahu akibat jika menyinggungnya?
Dengan kesal Rifan menoleh ke belakang dan merasa terteguh ketika melihat wajah Diah yang cukup dekat dengannya, ia menelan ludahnya kasar dan tidak tahu harus berbuat apa.
Sepertinya dia tidak kesal lagi.
"Bisakah kamu menyingkir dulu." Rifan merasa ada yang aneh dengan dirinya sendiri saat mendengar suaranya yang lembut.
Mendengar perkataan Rifan, Diah buru-buru bangkit dari tubuhnya dan dengan canggung menyingkir ke sampingnya, ia ingin membantu Rifan berdiri tetapi dia menyadari kakinya terkilir dan dia tidak bisa berdiri.
Rifan bangkit dari berbaringnya dan menepuk-nepuk seragamnya untuk membersihkan pasir yang menempel, ia menurunkan pandangannya dan melihat Diah tengah terduduk sambil memegang kakinya.
Pak Eko menghampiri mereka dan melihat keadaannya, ia mendekati Diah dan melihat kakinya yang terkilir dan mulai membengkak. "Bagaimana kakimu? Apakah bisa di gerakan?"
Diah mencoba menggerakan kakinya tetapi dia langsung meringis kesakitan, ia menggelengka kepala menjawab pertanyaan Pak Eko. "Tidak pak."
"Rifan kamu ke sini!" Pak Eko menunjuk ke arah Diah dan memberinya perintah. "Bawa dia ke UKS untuk mengobati kakinya, kamu harus bertanggung jawab terhadapnya."
"APA?!?!?"
-TBC-
~Forum Sekolah~
Sub Forum : Murid SMA Bunga Bangsa
Pengirim : @toohandsome
Topik : Kesialan lain saat Rifan berolahraga
Sudah gue duga kali ini Rifan akan sial lagi saat pelajaran olahraga, dia baru saja ditabrak oleh cewek dan membuat kakinya terkilir. Sekarang dia membawanya ke UKS untuk bertanggung jawab.
Sial gue tertawa saat melihat wajah memerahnya ketika menggendong cewek itu. *tertawa setan*
[PIC]
Komentar :
@terbangkelangitke-7 hahahahahaha Rifan sangat sial
@RunDevilRun pfttttt dia benar-benar buruk saat olahraga, bagaimana bisa dia berlari paling belakang
@MyMy akhirnya gue bisa melihatnya saat olahraga, mulai sekarang gue gak percaya dengan cowok yang terlihat keren saat olahraga.
@toohandsome hei komentator di atas akhirnya lo sadar bahwa dia gak kelihatan seperti karakter utama di novel-novel roman
@LeaderToFeature apa lo sudah memblokir IP nya Rifan?
@toohandsome sial gue lupa memblokir alamat IP nya, sebentar gue akan memblokirnya agar dia gak bisa melihat postingan ini *kabur ke ruang komputer*
@penjalankaki kenapa tidak buat saja subforum baru untuk membahasnya dan hanya anggota terdaftar yang bisa mengakses
@terbangkelangitke-7 ide bagus +1
@RunDevilRun ide bagus +2
@MyMy ide bagus +9999
@LeaderToFeature gue akan membuatnya