"Di hatiku hanya ada kamu, bagaimana bisa aku berpikir tentang wanita lain."
Telinga Diah memerah dan merambat hingga wajahnya, dia merasa malu setelah mendengar perkataan Rifan. "Dasar receh."
Rifan hanya terkekeh melihat Diah, ia merebut kantong kresek di tangannya dan berjalan menemaninya untuk menyebrang jalan. Ketika mereka sudah sampai di gerbang kompleks perumahan Diah, Rifan menghentikan langkahnya karena tidak berniat masuk.
"Aku akan mengantarmu sampai sini," ucapnya.
"Kau tidak berniat mampir?" tawar Diah, ia berpikir bahwa Rifan sudah mulai dekat dengan keluarganya dan pastinya ibunya tidak keberatan jika Rifan mampir.
Rifan menggelengkan kepalanya dan menolak tawarannya. "Lain kali saja, setelah ini aku harus bekerja."
"Bukankah ini akhir pekan? Mengapa kau malah bekerja?" Diah mengerutkan keningnya heran.