Pria itu bertubuh tinggi dan ramping, kakinya juga terlihat ramping dan tubuhnya terlihat seksi. Saat pria itu mendekat, Pei Yunge pun bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Tatapan matanya tampak dalam dan dingin, namun terlihat sedikit lesu. Pupilnya yang pucat menunjukkan bahwa pria itu pikirannya sedang kacau. Namun entah kenapa tatapan matanya itu mampu menarik perhatian orang lain yang melihatnya.
Hanya saja pada saat ini, tatapan pria itu tertuju pada Pei Yunge. Tiba-tiba pria itu pun berkata, "Lihat ke sana! Orangnya ada di sana!"
Di belakangnya tampak ada beberapa orang dengan tubuh yang kekar, berbadan besar dan kuat. Mereka sambil membawa tongkat, berlari dengan ganas.
Namun, setelah melihat pria yang ada di depan Pei Yunge, tanpa sadar mereka semua langsung berhenti seketika.
Pria yang ada di depan Pei Yunge itu wajahnya tampak malas dan lelah. Meskipun ia hanya berdiri saja, namun seolah sudah bisa membuat orang lain merasa tertekan karena keberadaannya.
"Tuan, dia pasien sakit jiwa di rumah sakit kami. Jika Tuan tidak ada masalah dengannya, saya akan segera membawanya pergi." Tidak lama kemudian salah satu penjaga keluar, dengan gugup ia berkata demikian.
"Tuan, bisakah Anda menelepon polisi? Pihak dari rumah sakit ini sering sekali menganiaya pasien di bawah umur." Pei Yunge tidak sadar bahwa ada orang lain yang bernama 'Tuan Du' di sini.
Dengan polosnya ia mengangkat matanya dan berkata demikian. Yang ada di dalam pikiran Pei Yunge saat ini, jika pria yang ada di depannya ini membantunya melaporkan kejadian itu kepada polisi, maka itulah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya saat ini.
Tapi jika pria yang ada di depannya itu ternyata sarang ular, maka ia seperti tikus yang siap untuk di mangsanya. Pei Yunge menggaruk bagian bawah matanya sambil memegang erat belati yang ada di tangannya.
"Tuan, dia itu gila! Jangan dengarkan omong kosongnya!"
Wajah penjaga keamanan itu terlihat sangat panik. Kemudian ia pun segera berkata, "Cepat bawa dia pergi!"
Pei Yunge yang saat itu sedang memegang belati dengan erat, hanya bisa pasrah menunggu penjaga keamanan datang dan mendekat padanya. Namun tiba-tiba ada seseorang yang datang di depannya.
"Tuan, Anda…"
Penjaga keamanan tampak sangat khawatir. Sebenarnya penjaga keamanan itu hanya ingin menghentikan aksi Pei Yunge, namun tiba-tiba ia dicegah oleh asistennya.
Kemudian Pei Yunge mengangkat kepalanya dan menatap mata gelap pria yang ada di depannya itu sembari berkata, "Tuan, rumah sakit ini…"
"Siapa yang kau panggil Tuan?"
Pria itu tersenyum dengan santai, lalu ia mengulurkan jari telunjuknya yang ramping ke arah dahi Pei Yunge, dengan suaranya yang elegan ia berkata dengan santai, "Ayo, panggil Kakak."
Suara pria tersebut terdengar berat, bahkan lebih seperti rayuan yang ambigu. Sedangkan jari yang menempel di dahi Pei Yunge terasa hangat, seolah membuat tengkorak Pei Yunge terasa terjebak dan tidak bisa bergerak dalam waktu yang lama.
Apakah aku sedang diejek? Batin Pei Yunge.
Tidak hanya Pei Yunge, tetapi juga asisten Huo Shidu yang bernama Asisten Zeng, tiba-tiba berbalik dengan tatapan terkejut. Apa Tuan Du dirasuki hantu gunung? Batin mereka.
Selama lebih dari 20 tahun dia hidup, sifatnya selalu dingin dan mendominasi. Namun sekarang dia malah menggoda pasien gangguan jiwa? Tapi gadis ini terlalu aneh… Wajahnya seolah penuh warna, layaknya bunga yang bermekaran di musim semi, batin Asisten Zeng.
Tiba-tiba Pei Yunge pun berkata, "Kakak, apa kamu bisa membawaku pergi dari sini?" Gadis itu tidak hanya bibirnya yang manis, namun sepasang matanya cukup jelas untuk memikat orang lain. Meskipun demikian, belati yang ada di tangannya itu tetap ia pegang dengan sangat erat.
Pupil pucat pria itu tampak begitu dalam, dan alisnya yang tampak sedikit mengerut seolah tetap tidak menunjukkan perasaan yang baik. Tanpa menunggu reaksi Pei Yunge, tiba-tiba pria itu mengambil belati yang ada di tangan Pei Yunge.
Gadis kecil ini benar-benar pemberani, batin pria itu.
Seketika Pei Yunge langsung menatap pria yang setengah jongkok di depannya itu sembari berkata, "Kamu…"
"Zeng Xu, panggil polisi."
Pria itu berkata perlahan, namun penjaga keamanan yang ada di sana tampak mulai panik, "Tuan, apakah Anda percaya dengan orang gila itu?"
Ketika penjaga keamanan itu baru saja bicara. Tiba-tiba terdengar suara sirene dari arah luar pintu.
"Apa yang sedang terjadi?" Seseorang bertanya dengan panik.
Bukankah pria itu masih belum menghubungi polisi?!
Orang-orang yang berada di dalam rumah sakit merasa panik, dan ketika mendengar suara sirine polisi mereka semakin merasa panik.
"Zeng Xu, bawa anjing itu kembali."
Asisten Zeng mengangguk dan ingin mengambil talinya, tapi ia tidak menyangka Aras si anjing itu malah menggonggong padanya, sehingga membuatnya merasa ketakutan.
"Anjing, kemarilah."
Ketika anjing itu mendengar suara Pei Yunge, seketika Aras si anjing itu segera menghampirinya, dan dengan pintar ia menggosok-gosokkan badannya ke tubuh Pei Yunge.
Tatapan mata anjing itu tampak cerah, kemudian anjing itu pun berbaring sambil melingkarkan tubuhnya di kaki Pei Yunge. Seolah Aras si anjing itu ingin Pei Yunge menyentuh perutnya.
Melihat tingkahnya, Asisten Zeng pun langsung mengerti. Ternyata, anjing Alaskan yang dipungut Tuan Muda bukanlah anjing liar, namun anjing tersebut adalah hewan peliharaan gadis itu.
Tiba-tiba Pei Yunge tertawa, suara tawanya terdengar sangat riang seolah tidak tertahankan, "Kakak jangan merampas anjingku ini, bukankah termasuk perbuatan buruk jika merampas sesuatu milik orang lain?"