Mobil Bentley itu terguling dan akhirnya berhenti terbalik di atas rumput, asap putih terlihat keluar dari bagian depan mobil. Suara sirine mobil polisi bercampur dengan suara hujan deras terdengar memekakkan telinga. Wen Qiao merasa jantungnya seolah berhenti berdetak untuk sesaat.
Wen Qiao berpikir, 'Jika Fu Nanli meninggal, apa aku juga akan meninggal?'
Dia mengambil payungnya dan membuka pintu taksi, saat baru berjalan 2 langkah dia kembali lagi dan berkata, "Pak, tolong hubungi ambulans."
"Kamu tidak mau ke bandara lagi?"
"Cepat hubungi ambulans!"
"Baik, baik, baik."
Wen Qiao menutup pintu taksi kemudian dia berlari ke arah mobil Bentley yang terguling keluar jalur, mobil itu tertabrak dengan keras dan keadaan mobilnya rusak parah. Bensin menetes keluar, ditambah dengan air hujan yang membasahi tanah. Arus lalu lintas menjadi terhambat dan ada banyak orang yang mengerumuni tempat terjadinya kecelakaan itu.
Wen Qiao melihat seorang laki-laki yang ada di kursi belakang, tapi karena hujan dan jendela dia tidak bisa melihat wajah orang yang ada di dalam mobil itu dengan jelas. Dia hanya tahu bahwa laki-laki itu tidak sadarkan diri dan dahinya penuh dengan darah yang mengucur keluar.
Wen Qiao mencari sebongkah batu kemudian dia menghancurkan kaca jendela mobil itu dan membuka pintu mobil dengan kuat.
Laki-laki itu mengenakan seragam kapten. Walaupun laki-laki itu seperti berada di ambang kematian, dia tidak bisa menahan diri untuk menghela nafas, 'Supir taksi itu tidak berbohong, dia memang seorang kakak tampan.'
Dia mendekatkan tubuhnya ke arah laki-laki itu dan membuka sabuk pengamannya.
Kemudian ada seorang laki-laki yang ada di belakangnya berteriak, "Nona, mobil itu sepertinya akan meledak, cepat kembali kemari."
Wen Qiao tentu saja tidak bisa tidak memperdulikannya, sabuk pengamannya macet dan sama sekali tidak bisa terbuka. Dia dapat mendengar suara bensin yang mengucur keluar dan asap yang keluar dari mobil ini semakin lama semakin banyak, sedangkan laki-laki yang ada di depannya ini sama sekali tidak bergerak.
Wen Qiao merasa panik hingga merasa dia akan menjadi gila. Dia berbaring di atas tanah kemudian 1 kakinya menginjak tempat duduk dan dengan sekuat tenaga menarik sabuk pengaman itu secara paksa. Kemudian terdengar suara keras dan akhirnya sabuk pengaman itu berhasil terbuka, laki-laki itu seketika langsung terjatuh dan berada di dalam pelukannya.
Laki-laki yang terlihat tidak sadarkan diri itu perlahan-lahan membuka matanya. Darah yang ada di matanya seolah tercuci bersih karena air hujan yang turun, luka di kepalanya terlihat kembali mengeluarkan darah. Lalu dia melihat ke arah Wen Qiao dan dengan bersusah payah berkata, "Kamu, kamu …"
"Aku Wen Qiao."
Laki-laki itu memejamkan matanya dan kembali kehilangan kesadarannya.
Wen Qiao tidak berani untuk menghambat waktu. Dia meletakkan kedua tangannya di bawah tangan laki-laki itu kemudian dengan bersusah payah menyeretnya menjauh dari mobil itu, tapi sebelum dia membawanya sejauh 10 meter, suara ledakan mobil terdengar. Dia melihat supir mobil itu berada di dalam kobaran api dan dia tidak bisa menyelamatkannya.
Wen Qiao tidak memiliki waktu untuk mengulur waktu lagi sehingga dia terus menyeret tubuh laki-laki itu hingga kembali ke jalanan utama, kemudian mobil ambulans tiba dan para petugas dengan cepat mengangkat Fu Nanli. Salah seorang petugas bertanya kepada Wen Qiao, "Apakah kamu anggota keluarganya?"
Wen Qiao dengan kebingungan menjawab, "Benar… benar, aku adalah keluarganya."
"Kalau begitu silahkan ikut juga, cepat, luka pasien ini sangat parah."
Wen Qiao juga ikut naik ke dalam mobil ambulans dan pergi ke rumah sakit bersama dengan yang lainnya.
Di dalam mobil ambulans, para petugas melakukan penanganan pertama. Mereka memasang masker oksigen, menggunakan alat untuk mengembalikan denyut jantung, menghentikan pendarahan hingga ada setumpuk kapas dan perban yang penuh dengan darah di atas nampan besi, semua hal itu membuat Wen Qiao terkejut.
Lima belas menit kemudian mereka tiba di rumah sakit terdekat. Fu Nanli langsung dibawa ke dalam ruang operasi. Sedangkan seorang perawat di meja perawat memberikan Wen Qiao sebuah seragam perawat yang bersih karena melihat pakaian Wen Qiao yang basah.
Setelah mengganti pakaiannya, Wen Qiao menunggu di depan ruang operasi selama 1 jam dan akhirnya pintu ruangan operasi terbuka. Dokter utama keluar dan melepaskan maskernya kemudian dia bertanya kepada Wen Qiao, "Kamu adalah keluarga pasien?"
"Bagaimana keadaannya? Apa keadaannya kritis?"
"Keadaannya tidak kritis."
Saat mendengar itu Wen Qiao seketika merasa lega, 'Jika Fu Nanli baik-baik saja maka aku juga akan baik-baik saja.'
"Luka utama pasien itu ada di bagian otaknya, kami sudah melihat hasil foto CT otaknya, setelah dia sadarkan diri mungkin akan ada efek samping yang terjadi."
"Contohnya?"
"Hilang ingatan."
Wen Qiao tersenyum mendengar itu, "Dokter bilang, hilang ingatan?"
Dokter itu melihat Wen Qiao dengan tatapan curiga, 'Apa dia benar-benar keluarga pasien? Kenapa dia terlihat senang saat mendengar pasien ini bisa saja mengalami hilang ingatan?'