Chereads / The Strange Feeling / Chapter 3 - Ch 2. Si Tampan Bastian

Chapter 3 - Ch 2. Si Tampan Bastian

Bastian Keenan Valentino terlahir dari keluarga yang berada dengan wajah tampan turunan dari papanya. Dahulu papa Bastian merupakan idola sekolah sampai membuat mama Bastian menyukainya. Bisa dibilang kehidupan sekolah kedua orangnya membahagiakan layaknya anak remaja pada umumnya.

Selama ini mereka merupakan keluarga idaman. Kaya, tampan dan yang terpenting harmonis sampai suatu hari terjadi kesalahpaham antara keduanya.

Pak Doni, selaku papa Bastian cemburu dengan sekretaris laki-laki bu Kia, ibunya Bastian. Padahal jika ditelusuri lagi, sekretaris bu Kia sudah memiliki istri. Dikarenakan sikap pak Doni akibat kecemburuannya membuat bu Kia sudah lelah untuk menjelaskan yang sebenarnya, lalu tibalah hari dimana pak Doni membawa wanita lain ke rumah.

Wanita itu sangat menempel pada pak Doni, laganya sudah seperti nyonya besar. Bastian sudah memarahi bahkan hampir memukul papanya kalau saja sang ibu tidak menghalanginya. Bu Kia menghalangi Bastian bukan karena cinta melainkan ia sudah tidak peduli lagi, bu Kia tidak ingin anak semata wayangnya membuang-buang tenaga. Bagi bu Kia pernikahannya ini hanyalah sekedar status tanpa ada rasa cinta lagi.

"Heh! Kenapa bengong gitu? Bingung lo mau pilih cewek yang mana? Hahaha ..." tegur Raka sahabat Bastian.

"Ngapain bingung? Kalau ada Aurel cewek cantik yang selalu nempel sama gue? Hahaha ..." balas Bastian.

"Bener juga hahaha ... eh udah jam 4 bro, waktunya jalan sama Nikita. Gue cabut ya," ucap Raka menepuk pundak Bastian.

"Yo, hati-hati ketauan Wendy," ucap Bastian sedikit teriak.

"Santai, udah tau ini doi hahaha ..." balas Raka teriak sembari berjalan.

Raka adalah playboy jujur, kenapa dikatakan playboy jujur? Karena ketika Raka mengajak seorang perempuan untuk menjalin hubungan pasti Raka bilang bahwa ia sudah memiliki pacar. Berbagai macam reaksi ia terima, ada yang menamparnya, ada yang langsung menolak dan ada yang menerima. Saat ini Raka sudah menjalin hubungan dengan 3 orang perempuan. Julukan playboy jujur pun didapat dari pacar pertamanya, Maya. Tentu saja Bastian sudah biasa melihat Raka jalan bersama banyak wanita di hari yang sama, namun di waktu yang berbeda.

Bastian hendak beranjak pergi, lalu matanya menangkap cewek manis, Nara. Bastian akan membuat Nara terpesona dengan wajahnya.

"Hai Nara," sapa Bastian menepuk pundak Nara.

Nara mengabaikan Bastian, melirik saja tidak.

"Cih, sok jual mahal!" gerutu Bastian dalam hati.

"Nara mau ke kelaskan? Bareng ya!" ucap Bastian yang lagi diabaikan oleh Nara.

Bukan Bastian namanya jika menyerah begitu saja.

"Nara ... balas perkataan gue napa, gue bukan patung," ujar Bastian gagal mendapatkan tanggapan dari Nara.

Baru saja Bastian mau mengajak Nara ngobrol lagi, Nara sudah berlari kecil menghampiri Nathan.

"Ra, lo sama siapa?" tanya Nathan penasaran siapa lelaki yang bersama Nara.

Nara mengerti maksud dari pertanyaan Nathan, "ohh dia, ngga tau. Udahlah bairin aja. Yuk!" Nara berjalan duluan yang diikuti Nathan.

"Sial!" umpat Bastian tidak terima dengan perlakuan Nara.

***

Bastian terus memandangi Nara yang tengah sibuk mencatat materi, Nara memang anak yang rajin. Tidak heran jika dahulu ia selalu peringkat pertama. Berbanding terbalik dengan Bastian, ia tidak suka belajar namun selalu dapat nilai bagus. Setidaknya Bastian selalu masuk 5 besar di sekolahnya dulu.

Aurel sadar dengan tatapan Bastian. Aurel juga tidak terima, anak seperti Nara dapat perhatian dari Bastian. Mau dilihat darimana pun Aurel lebih cantik.

"Untuk hari ini cukup sampai disini dulu, jangan lupa kerjakan tugas yang telah Bapak berikan," ucap sang dosen sebagai penutup kelas hari ini.

Nara langsung membereskan buku, tak lama Alya menghampiri Nara.

"Ra, makan yuk! Laper nih," ajak Alya.

"Yuk! Aku juga laper, padahal udah sarapan," balas Nara.

"Udah lewat 6 jam, ya kali ngga laper hahaha ..." ujar Alya.

"Mau makan apa ya?" tanyaku.

"Mie ayam depan kampus aja, udah nyoba belum?"

Nara menggelengkan kepala.

"Nah pas banget! Lo harus nyobaa karena enak banget, ada mie ayam bakso juga. Aduh ayo cepet Ra ... perut gue udah bunyi nih," terang Alya.

"Hahaha iya," Nara beranjak dari kursi, lalu Bastian menahan tangan Nara.

Nara berbalik melihat siapa yang menariknya, wajah datarnya kembali ditunjukkan.

"Bisa lepas?" ucap Nara kelewat jutek.

"Eh sorry, gue cuma mau makan bareng lo. Ngga apa-apa, kan? Soalnya gue ngga sengaja denger kalau lo mau makan mie ayam depan, pas banget gue juga pengen makan mie ayam," jelas Bastian seraya melepaskan tangannya.

Nara tidak percaya ucapan Bastian, tapi berhubung mereka di kelas yang sama, Nara membiarkan Bastian makan bersamanya.

"Boleh aja," Nara kembali berbalik meninggalkan Bastian.

"Yes!" Bastian bersorak dalam hati.

Aurel menyaksikan itu semua, ia langsung mengikuti mereka. Akibatnya mereka telah menjadi pusat perhatian.

"Eh lihat ada cogan kampus."

"Ganteng banget sih."

"Eh itu cewek yang disebelahnya siapa? Cantik banget."

"Pacarnya pasti orang cocok gitu."

"Visualnya ngga kuat, gini nih kalau cogan dan cecan bersatu."

"Kalian terlalu sibuk merhatiin cogan dan cecan sampai tak sadar kalau ada cewek manis yang duduk di depan cogan."

"Hmm ... manis sih, tapi masih kalah cantik sama cewek yang di sebalah cogan."

Aurel senang dengan ucapan orang sekitar, apalagi yang membandingkan kecantikan ia dengan Nara. Memang Nara bukan tandingannya.

"Ra, lo punya buku akuntansi dasar ngga?" tanya Alya ditengah-tengah aktivitas makannya.

"Punya kok, mau pinjem?" tawar Nara.

"Iya, biar gue lebih paham kalau dijelasin," terang Alya.

"Ok deh, besok ya," ucap Nara.

"Sipp ..." balas Alya.

Sementara itu, sesekali Bastian melirik Nara.

***

Nara sampai rumah dan kaget melihat kakaknya sedang membaca buku di sofa.

"Kakak!" panggil Nara riang. Ia berlari memeluk kakak tersayang.

Adrian Ivander adalah anak pertama dari dua bersaudara. Kini Adrian menjadi Manager disalah satu perusahaan besar. Adrian cukup sibuk sampai pagi tidak dapat bertemu Nara karena masih tidur dan malam Nara sudah tidur.

Adrian menerima pelukan Nara. Adrian sangat menyayangi Nara, ia berjanji akan melindungi Nara. Adrian tidak ingin merasakan pedihnya kehilangan anggota keluarga.

"Gimana kuliahnya?" tanya Adrian mengelus rambut Nara.

"Hmmm ... biasa aja ka, ngga ada yang menarik. Kaya kuliah pada umumnya gitu," jawab Nara mengeratkan pelukannya manja. Ia sangat merindukan sang kakak.

"Hahaha ... ngga ada yang seru nih? Pacar gitu?" ucap Adrian santai.

"Emang boleh gitu?"

"Ngga boleh sih, tapi kalau kamu suka dia dan dia bisa jagain kamu kaya kakak jagain kamu, kenapa ngga?" jelas Adrian.

"Kakak dulu aja," balas Nara duduk disebelah Adrian.

"Kakak ngga akan mencari pasangan sebelum kamu, kamu adalah segalanya untuk kakak," sahut kakak menyenderkan kepalanya dibahu sang adik.

"Ih kakak! Udah 26 tahun juga, masa masih ngejomblo," ledek Nara.

"Ngejomblo karena kamu mah kakak ngga masalah hahaha ...."

"Terserah kakak deh! Ka, Nara mau mandi dulu, nanti makan malam bareng ya!" ucap Nara.

Adrian kembali ke posisinya semula, "ok, kamu mau makan apa? Biar kakak pesenin."

"Ngga usah ka, aku mau masak aja ... ada ayam sama tempe, sayangkan kalau kebuang," ujar Nara.

"Ok deh! Kakak tunggu ya, sana mandi."

"Siap!"

Adrian senang dengan keputusannya untuk pulang lebih cepat. Beruntung asistennya mau membantu mengerjakan segala dokumen yang menumpuk.

***