Lidah Jasmina kelu. Ia menatap Devon yang juga berdiri terpaku sambil menyandang tas berisi baju-baju mereka, sementara tangan kanannya memegang makanan take-away. Rania juga tidak kalah terkejutnya. Baru saja ia akan memotret suasana di sekitar villa yang yang hampir senja. Siapa yang tidak kaget coba? Mereka ribual kilometer dari Jakarta, tapi yang mereka temui orangnya itu-itu saja!
"Kak Miko, kok bisa ada disini?" tanya Jasmina hati-hati. Entah kenapa ada perasaan bersalah yang luar biasa yang ia tujukan kepada Rania dan Devon. Lagipula ini liburan keluarga Burnwood, Jasmina disini saja sudah cukup merepotkan. Kenapa harus ada makhluk yang satu ini?
"Kok kakak tau kita nginep disini?", tanya Devon datar. Sedatar mungkin tanpa ekspresi.
"Gampang banget kok. Tinggal ikutin aja nih postingan mereka berdua", jawab kak Miko sambil menunjuk Rania dan Jasmina.
Sedetik kemudian Jasmina sadar. Rania dan ia selalu mengabadikan tiap suduh villa dan resort itu bila menemukan sudut instagramable. Mereka akan mempostingnya di Instagram. Akan mudah sekali bagi seseorang untuk mengetahui posisi mereka, apalagi bila mereka menyalakan fitur "location" di HP mereka. Lagipula resort itu memang sangat terkenal di daerah Uluwatu. Jasmina langsung menepot jidatnya dan mulai mengutuk dirinya. Sedangkan Rania yang tidak paham situasi, menunjuk hidungnya dengan telunjuknya sendiri sambil kebingungan. "Me? What did I do wrong?", tanyanya pelan sambil menatap Devon. Tatapan Devon setajam elang menusuk mata Rania.
"Oh heyyy kalian semua! Sudah pulang ya, capek gak? Yuk kita makan malam dulu yuk. Tadi mama ada pesen dikit-dikit dari restoran. Kita makan di villa aja ya", tiba-tiba mama Burnwood memergoki mereka berempat. "Eh siapa ini? Teman Devon kah?", tanya sang mama.
"Eh iya tante. Tante pasti mamanya Devon dan Rania ya. Halo, saya Miko, saya ini seniornya Devon dan Jasmina di SMA. Saya juga lagi nginep disini sama mama. Mama mau ketemu klien. Mama saya pengacara. Kita nginep di villa yang itu tuh tante", jelas kak Miko sambil menunjuk Villa 2 kamar yang letaknya tidak begitu jauh.
"Aiihhh kalo gitu hayuuu ikutan masuk sama kita. Yuk makan malam di villa kita ya. Belum makan kan?", tanya sang mama. Kak Miko menggeleng. Sang mama langsung menyeret kak Miko memasuki villa mereka. Tinggalah Jasmina, Rania dan Devon yang saling berpandangan lemas. "Ohhhh liburan baru setengah jalan, sudah ada gangguan aja nih", batin Jasmina dalam hati.
---
Jasmina bergegas mandi dan mengeringkan rambutnya. Ia mengoleskan aneka krim untuk meredakan sensasi terbakar yang ada di muka dan seluruh tubuhnya. Tidak apa-apa sesekali terbakar begini. Yang penting hati puas. Ia mengenakan gaun dengan motif tropis tanpa lengan yang ia beli bersama Rania sehari sebelumnya. Gaun santai yang terbuat dari katun rayon lembut itu sudah selesai di laundry. Jasmina kelihatan sangat fresh mengenakannya, walau beberapa bagian kulit tangan dan lehernya terbakar. Ketika ia keluar dari kamar, mata Devon dan kak Miko tidak berhenti menatapnya.
Makan malam di Villa berlangsung hangat dan menyenangkan. Makanan oriental yang di pesan Rania berpadu dengan aneka dessert dan finger food yang di pesan mama di restoran resort. Bahkan kak Miko sendiri kelihatan begitu santai dan menikmati situasi. Iya, dia menikmati. Sebaliknya Devon dan Jasmina begitu tegang. Rania beberapa kali menyaksikan perang tatapan dan urat dari ketiga partai. Ia bolak-balik senyum membayangkan akan seseru apa liburan mereka nantinya dengan adanya kak Miko.
Ketika makan malam telah usai, mereka terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama yang terdiri dari mama papa Burnwood, langsung pamit untuk istirahat. Besok masih akan ada konferensi yang membosankan (menurut papa burnwood) yang harus mereka hadiri. Kelompok kedua terdiri dari Devon dan kak Miko, yang sudah duduk di depan televisi. Ada siaran ulang pertandingan sepak bola. Mereka menontonnya dengan enggan. Sedangkan kelompok ketiga yang terdiri dari Jasmina dan Rania, masih duduk di meja makan, berusaha menghabiskan remahan-remahan makanan sambil bergosip.
"Why do you think that guy followed us here?", tanya Rania. Jasmina menggeleng sambil mengangkat-angkat bahunya.
Ia sesungguhnya tidak mau ge-er kalo kak Miko benar-benar datang khusus untuknya, atau ya seperti katanya tadi. Kebetulan nemenin mama yang mau ketemu klien. Kebetulan aja nih nginep di hotel yang sama. Kebetulan aja villa mereka berdekatan. Trus kemana Gianni? Apa cewek itu tau kalo pacarnya ada disini? Atau... mereka sudah putus??? Jasmina tidak berani berspekulasi.
"I just don't want him to crash on our holiday", seru Jasmina lemas. Rania tersenyum dan menyentuh tangan Jasmina. Seakan-akan sang gadis ingin mengatakan "Everything will be alright".
"So, how do you feel right now? Do you still like him? Do you still like boy number 2, your boyfriend?", tanya Rania memborbardir.
"Nope. Not at all actually!", jawab Jasmina mantap. Ia menjelaskan kepada Rania bahkan akhir-akhir ini, terutama di Bali, ia bisa mengosongkan fikirannya dan benar-benar having fun. Ia menyadari bahwa akhir-akhir ini, ketika ia merasa sudah mengucuri dirinya dengan begitu banyak cinta, perhatian, dan berubah menjadi versi terbaik dirinya, itu tidak cukup. Ia ternyata masih memiliki rasa percaya diri yang rendah, sehingga akhirnya mudah sekali terseret-seret oleh masalah orang lain. Masalah yang harusnya bisa ia hindari, tapi justru malah menyakiti dirinya sendiri.
"That's right Jasmina. There are zillions boys out there. Not just Bagas and him", jawab Rania sambil menunjuk kepala kak Miko dari kejauhan dengan sendok es krim. Ia menyipitkan matanya seakan-akan mau melempar sendok itu benar-benar ke kepala sang cowok. Hihihihi
"Rania, Devon is kinda strange today, yak kan?", tanya Jasmina. Rania seketika membuka matanya yang menyipit dan melebarkannya. Ada senyum jahil disitu, seakan-akan ada rahasia super besar yang ingin ia bocorkan. Tapiiii… gak jadi ahhh….
"Is he mad at me? What did I do?", tanya Jasmina. Rania kemudian lemas. Ia paham perasaan Jasmina. Saat ini abangnya sedang dalam masa-masa sulit juga. Ia menyukai seseorang, namun tidak bisa mengutarakannya. Tapi ia juga tidak mau sang gadis dekat-dekat dengan orang lain, seakan-akan sudah jadi miliknya saja!
"You see Jasmina. Boy number 1. Handsome, great in music, have lots of fans, but extremely playboy and unfaithful. Boy number 2. You said, very clever, good leader, also handsome, but stupid with girls and arrogant, right?", tanya Rania. Jasmina mengangguk. Yaaa… kira-kira begitulah. Intinya mereka semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing bukan?
While this boy number 3, Also handsome, great in sport, faithful and trustworthy, but extremely possessive, extremely posesive, bad at dating girls, I mean, He has no clue at all, and have problem with bad temper. Hiiuufffff. There are so such thing as perfect guys out there", jelas Rania sambil menggoyang-goyangkan sendok itu di atas kepalanya.
"Who's boy number 3?", tanya Jasmina lugu.