Kegiatan hari ini adalah bersantai di villa dan mereka berencana menggunakan seluruh fasilitas yang ada di resort tanpa kecuali. Devon pagi-pagi sekali sudah mengarah ke gym dan berolahraga. Jasmina dan Rania langsung melakukan perawatan menyeluruh dari ujung rambut sampai ujung kaki di SPA setelah melakukan sebuah sesi Yoga bersama pelatih. Instruksi gadis-gadis itu jelas: mohon hilangkan bekas matahari yang membakar tubuh mereka kemaren. HIhihihihi
Jasmina dan Rania telah mengenakan outfit of the day mereka. Mereka akan makan siang di sebuah restoran dengan pemandangan bak di Santorini dengan makanan super lezat. Jasmina menggunakan gaun tanpa lengan berwarna putih semata kaki. Ia memakai kalung berbentuk papan surfing dari bahan logam yang ia beli di pasar kemaren, dimana kalung itu jatuh tepat di dadanya. Kontras banget dengan gaunnya. Tidak lupa topi berwana putih dan juga kacamata hitam berukuran jumbo.
Rania si cewek bule tidak kalah cantik. Ia menggunakan celana super pendek berbahan jeans berwarna putih. Celana super pendek itu memperlihatkan kakinya yang berkulit putih langsing dan panjang bak model. Ia mengenakan atasan berupa kaos putih tanpa lengan dengan motif daun-daun kecil berwarna hijau muda. Ia mengenakan aksesoris bandana berwarna putih dan kacamata jumbo seperti Jasmina. Sepertinya mereka memang kompakan membeli kacamata yang sama! So cute banget kan? Seperti sisters. Tidak hanya kacamata, ternyada mereka juga membeli sendal putih yang sama dan memakainya saat ini juga.
Dan Devon, yahh.. dia sepertinya memakai apa aja cakep ya. Apalagi hari ini, dia memakan kaos polo berwarna putih, dengan celana berbahan kapri berwarna khaki. Ia memakai sepatu kets berwarna putih. Mereka sengaja hari ini memakai dresscode serba putih agar kelihatan kerena saat (tentu saja) di foto untuk keperluan media sosial. Hihihih
Saat mereka akan menuju lobby... tiba-tiba...
"Ah heyyy pada mau kemana nih? Mau makan siang di luar ya?", tanya kak Miko. Di sebelahnya, ada seorang wanita yang kira-kira berusia 45-an. Sepertinya itu mama kak Miko. Cantik dan terlihat anggun. Sang mama mengenakan gaun berbahan silk dengan motif hitam putih, dan memakai jas kerja yang keren. Mereka sepertinya juga akan menuju keluar.
Jasmina, Devon dan Rania terpaku sebentar. Mereka saling menunggu, siapa yang akan menjadi juru bicara?
"Mama, kenalin ini adik-adik kelasku di sekolah. Ini Jasmina dan ini Devon. Ini Rania adiknya Devon. Mereka kebetulan juga nginep di hotel ini loh! Kebetulan banget kan?", kak Miko menjelaskan dengan antusias. Segera Devon, Jasmina dan Rania menyalami sang mama. By the wak kebetulan apa? Pasti kak Miko yang meminta mamanya untuk menginap di resort yang sama, batin Devon.
"OH wow kebetulan banget! Hihihi gimana Miko di sekolah? Nakal gak? Seneng banget ya ternyata Miko di sekolah banyak temen. Berarti kamu ga kesepian donk Miko disini selama mama kerja ya", sang mama dengan gemulai dan lancar berbicara dengan mereka bertiga sambil sesekali menyentuh tangan Jasmina, tangan Rania, bahkan tangan Devon. Ramah sekali tante ini...
"Oh kebetulan banget ini tante sebenarnya mau kerja, mau ketemu klien. Pasti Miko bete deh nunggu berjam-jam. Apa tante titip Miko sama kalian aja ya? Mau makan siang kan? Hayo Miko, traktir donk adik-adik kelasmu", usul sang mama sambil buru-buru menyerahkan segepok uang kepada kak Miko. Sang kakak langsung menyambut uang itu dan memasukkannya ke kantong celananya.
"Boleh juga mama. Nanti Miko kabari kalau kami uda disana. Gak apa-apa kan kalo kakak ikutan", tanya kak Miko ke arah Jasmina.
Ya tentu saja, siapa yang berani menolak kalau begini?, batin Devon dan Jasmina dalam hati.
---
Seperti ulasan yang ada di internet, makanan yang mereka sajikan super enak. Enggak bohong. Mereka memesan berbagai macam hidangan dan memakannya dengan cara berbagi. Bahkan minuman-minuman campuran tanpa alkohol dengan aneka warna saja, sangat enak! Tidak lupa (tentu saja), sebelum makan, Jasmina dan Rania memotret hidangan-hidangan itu.
Selain makanannya yang enak, interior dan eksterior restoran itu sangat indah. Rania dan Jasmina langsung pamit untuk menjalankan "photoshoot" mereka sendiri di seluruh sudut restoran. Devon dan kak Miko enggan untuk ikut bagian. Mereka tetap duduk di meja makan yang sama. Ketika kedua gadis itu pergi, baru Devon menyadari, bahkan canggung banget hanya ia dan kak Miko berdua disini.
"Jadi udah kemana aja di Bali", tanya kak Miko.
"Beberapa tempat", jawab Devon singkat padat cermat.
"Udah outbound?" tanya kak Miko lagi.
"Mungkin besok", jawab Devon singkat.
"Boleh ikut gak?", tanya kak Miko. Devon langsung menatap lekat kak Miko.
"Tergantung", jawab Devon.
"Tergantung apa?", tanya kak Miko.
Devon hanya diam dan menghabiskan minumnya. Sesungguhnya ia juga gak tau tergantung apa. Tapi ia cuma enggan cowok ini menempel ke Jasmina. Tidak di liburan ini, tidak di Jakarta, tidak kapan aja.
"Apa Jasmina tau?", tanya kak Miko.
"Tau apa?", tanya Devon.
"Tau kalo kamu suka ama dia", jawab kak Miko dengan tatapan serius. Devon terperanjat. Dia mau menyangkal. Dia akan menyangkal. Ngapain dia harus mengkonfirmasi fakta ini kepada cowok itu. Eh, apakah itu fakta? Ia memang suka?
Kak Miko tertawa, lebar dan lepas.
"Masih mau nyangkal hah? Sudah sejak kapan kamu suka? Sejak dia masih pacaran ama Bagas? Atau kamu malah suka dia sebelumnya? Keduluan ama temen sendiri, heh?", tanya kak Miko lagi sambil terkekeh. Devon masih diam. Tidak perlu. Tidak perlu ia mengkonfirmasi apa-apa.
"Oh come on! Bahkan tukang parkir di hotel aja tau kamu tuh suka ama dia Dev. Kalo kamu gak terus terang dan nyangkal terus, sampai kapanpun perasaan kamu itu tidak akan tertransfer ke Jasmina. Pada akhirnya apa coba? Pada akhirnya, alam semesta akan menentang kamu untuk bersatu dengannya hahahahaha", tawa kak Miko masih juga menggema. Kali ini Devon cukup terpancing.
"Kakak ngapain sih ada disini? Ganggu liburan Jasmina aja. Dia tuh sedang butuh waktu untuk menenangkan diri kak. Biarin dia have fun dan menikmati hasil kerja kerasnya selama ini", jelas Devon.
"Ganggu liburan dia atau liburan elooooo", jawab kak Miko agak ketus sambil menunjuk dada Devon. "Gue akui, dia kelihatan hepi hari ini. Kelihatan hepi juga di foto-foto kemaren. Makanya gue tu penasaraaannnn, pengen ikutan. Gue kan pengen hepi juga Dev", katanya masih sambil tersenyum puas.
"Gianni gimana kak? Kok gak ikutan dibawa?", tanya Devon dengan nada sarkastis. Kak Miko sontak terdiam dan menatap Devon.
"Bukan urusan loooo", jawabnya sinis.
"Bukan urusan aku kak, tapi aku cuma ga suka aja Jasmina kembali di labrak sama cewek ga tau diri, seakan-akan tuh Jasmina pelakor gila yang mau ngerebut pacarnya", jawab Devon tegas. Kak Miko terdiam dan melotot ke arah Devon. Tangannya tiba-tiba mengepal. "Engga, Jasmina gak bilang apa-apa. Gue liat sendiri kejadiannya di samping tenda pas acara festival seni itu. It's not fair for Jasmina. AND YOU DID NOTHING", jelas Devon.
Kak Miko masih terdiam. "At least gue gak kayak elooo. Permainan gue ga kotor. Main angkut Jasmina aja. Nyulik PACAR ORANG untuk menghiasi liburan elo disini! Udah ijin belon ama Bagas?", kak Miko berusaha untuk membela dirinya. Devon terdiam...
"Lima menit setelah pacar sialan kakak itu ngelabrak dia, dia diputusin secara sepihak sama Bagas. Cowok sialan itu mau balikan lagi sama Sharon. So tehnically, Jasmina sekarang bukan pacar siapa-siapa!", jelas Devon.
Kak Miko terperanjat! Dia tidak menyangka kalau Jasmina hari itu sungguh-sungguh terluka. Ia kira Jasmina fine aja, karena pada hari yang sama, ia memposting foto-foto dan video ia sedang berulang tahun. Ia keliatan, sangat bahagia! Ternyata!
"She is happy now. Jangan ganggu dia lagi kak", pinta Devon tenang.
"So you're going to make her happy?", tanya kak Miko. Devon terdiam. Sekali lagi, ia tidak perlu mengkonfirmasi apapun.
"Jadi karena saat ini dia sedang tidak memiliki pacar, kamu bisa seenaknya nyelonong di depan dia? No way! Aku akan bawa Jasmina pulang", jawabnya sambil menatap tajam Devon.
Bawa pulang bagaimana? Mereka datang bersama-sama, tentu saja pulang harus bersama-sama. Devon mengepalkan tangannya, bersiap-siap memukul kakak kelasnya itu.
"Fine Devon. Aku gak akan nyulik Jasmina seperti kamu nyulik dia", tantang kak Miko sambil menunjuk muka Devon. "Biarkan aku ikut berlibur bersama kalian sampai akhir seperti ini, dan aku gak akan mendekati dia secara berlebihan. Kita hanya akan bertarung secara fair. Kamu sudah cukup curang tinggal di satu villa dengannya! Ok? Kita jalani liburan ini dengan happy, kita biarkan Jasmina bersenang-senang. sampai akhirnya ia memutuskan mau bersama siapa. Aku atau kamu. Gimana?
Devon lebih kuat mengepalkan tangannya. Siapa yang ingin berkompetisi? Toh sepertinya Jasmina juga sudah melupakan untuk menjadi pelakor diantara kak Miko dan Gianni. Tapi tiba-tiba hati Devon menciut. Bagaimana ia bisa memenangkan hati Jasmina bila cowok ini terus mengganggu? Bagaimanapun telah sekian lama Jasmina memendam cinta dan harap pada kakak kelasnya ini.
"Kenapa? Lo ga brani Dev? Apa lu cuma mau jadi temen dan tetangga yang baik aja? Cuma mau liat-liat Jasmina dari jauh aja? Gak ada niatan buat jadiin dia pacar? Fine! Bagus malah. Jadi aku bisa menang cepat", deru tawa kak Miko kembali mengngiang.
"Apa yang Jasmina butuhkan sekarang bukan seseorang yang membuat dia bahagia. Tapi ia juga membutuhkan seseorang yang bisa ia buat bahagia. Sudah menjadi naluri seorang Jasmina, yang selalu care sama orang lain, melebihi dia care pada dirinya sendiri. Yang dia butuhin tuh aku Dev,dan aku jelas-jelas butuh dia!", jelas kak Miko, kali ini dengan tatapan memohon.
"I can make her happy now. Aku akan tinggalin Gianni. Aku akan tinggalin siapapun, aku gak akan ngelirik siapapun, ever again. Hanya Jasmina. Aku uda mikir-mikir, cuma dia yang bisa ngerti aku, yang bisa sayangin aku secara tulus. I'm going to take her. Ok?", tanya kak Miko lagi.
"No", Jawaban Devon tersingkat namun penuh arti. Cukup berat bagi Devon untuk mengatakannya. Artinya, tidak saja ia merasa kak Miko tidak boleh mendekati dan menyakiti Jasmina lagi, tapi ada arti lain. Jawaban ini menjadi pernyataan bagi Devon bahwa ialah yang akan memiliki Jasmina, tidak boleh ada yang lain. Kak Miko paham hal ini. Ia langsung berdiri dan meminta Devon menjabat tangannya...
"May the best men WIN", katanya kak Miko tegas.
"There goes my holiday", batin Devon dalam hati…