Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 71 - BAB 71: Dinding Devon

Chapter 71 - BAB 71: Dinding Devon

Setelah makan siang yang harusnya menyenangkan, mereka bersantai di salah satu mall yang terletak di Kuta. Kebetulan sekali pada saat mereka datang, sedang berlangsung sebuah pertunjukan musik di tengah-tengah mall. Jasmina dan Rania tidak sabar untuk duduk di salah satu kursi sebuah gerai kopi yang memiliki meja di dekat lobby. Mereka berdua mulai ikut bernyanyi-nyanyi kecil. Dua gadis itu sangat menikmati suasananya.

Tiba-tiba...

"Hi ladies, ini ada minuman seger buat nemenin kalian," seru kak Miko sambil menyodorkan 3 minuman dingin di atas meja tempat . Ternyata ia membelinya di gerai kopi tempat mereka duduk. "Kalau gak minum, nanti kita bisa di usir nih", candanya lagi. Jasmina tersenyum. Tapi kemudian ia mikir, kenapa harus senyum. Sedetik kemudian fokusnya kembali kepada live band. Devon tidak tahan untuk muak terhadap jurus-jurus kak Miko. Bisa aja nih si kakak.

Setelah menonton pertunjukan musik, mereka melanjutkan melihat-lihat seisi mall. Ada berpedaan dengan mall-mall yang ada di Jakarta. Selain banyak brand-brand surfing yang terkenal, disini juga banyak menyajikan produk-produk khas Bali yang premium tentunya. Bolak-balik Jasmina mengagumi lukisan-lukisan yang dipajang di pameran, atau di salah satu galeri toko. Mereka sengaja berjalan pelan dan menikmati suasana di mall itu. Mereka berencana untuk makan malam di mall itu juga dan beristrirahat lebih cepat.

Sang papa Burnwood mengingatkan bahwa esok hari akan diadakan acara 5K Run di daerah Uluwatu. Acara tersebut diselenggarakan oleh panitia tempat konferensi mama papa Burnwood. Seluruh anggota keluarga dan masyarakat setempat boleh ikut dalam acara tersebut. Jasmina sangat hepiii. Baru kali ini ia benar-benar akan ikut dalam acara lari 5K. Selama ini, Jasmina selalu kebagian menjadi panitia saja, jadi belum sempat mengikuti acara seperti ini di sekolah. Oleh karena itu, mereka harus menjaga stamina hari ini.

Selama di mall, sekali lagi Devon berusaha untuk menghindari Jasmina. Padahal mereka kemaren sudah mulai biasa-biasa aja. Hanya saja, suasana jadi keruh karena kak Miko. Di satu sisi ia masih belum ingin mengakui kalau ia menyukai Jasmina,tapidi satu sisi ia juga tidak mau gadis itu didekati kak Miko. Tapi justru kak Miko melihat ini sebagai sebuah kesempatan. Ia terus menerus menempel ke Jasmina dan mengajak gadis itu mengobrol. Entah itu mengajaknya masuk ke sebuah toko, meminta pendapatnya tentang sebuah barang, atau mengajaknya ngobrol dengan santai dan intim!

Devon semakin kesal, yang membuatnya semakin kesal dan benci pada Jasmina. Kenapa bencinya sama Jasmina? Padahal yang salah kan kak Miko ya?

"You cannot treat her that way Dev, she will run away from you", Rania membuka pembicaraan. Jasmina dan kak Miko berjalan agak jauh dari kakak beradik Burnwood.

"Then let her!", jawab Devon santai.

"Don't you like Jasmina?", tanya Rania.

"No", jawab Devon tegas. Jawaban Devon membuat Rania berhenti berjalan dan menoyor bahu kakaknya.

"Are you serious Dev? That guy is going to take Jasmina away", tantang Rania.

"He still got a girlfriend, Gianni", kata Devon. Rania tertawa sinis.

"It only took 1 minute to break up with someone. Remember how Bagas broke up with Jasmina? It's that easy", katanya lebih santai.

Devon terdiam. Rania benar. cuma butuh beberapa menit untuk mengakhiri sebuah hubungan. Apalagi kak Miko sudah jelas-jelas menyatakan kepadanya bila ia akan menantangnya, mengejar Jasmina.

"That girl deserved to be loved and cared by someone so special. Even I don't think you can do it", Rania begitu pesimis dan sarkastis menatap abangnya. Devon langsung melotot ke arah Rania. Sebenarnya adiknya ini mihak siapa sih?

"Devon, the taller you build a wall towards Jasmina, the harder you will fall when that wall crashed. Are you afraid to be hurt? Are you afraid that you will ended up like Jasmina? You will never know how hurt it is, untill you try one. Even Jasmina who was crashed and burnt, are still alive and happy. So can you, don't worry".

Devon terdiam. Rania benar. Sekali lagi benar. Selama ini ia mencoba untuk menghidari berhubungan dengan siapa saja terlalu serius. Ia takut bila ia patah hati. Ia takut bila ia di khianati, Ia takut bila pada akhirnya ia menjadi tergila-gila pada seseorang, orang itu harus pergi. Bagaimana bila ia memerlukan puluhan hati untuk jatuh bangun sampai akhirnya menemukan orang yang tepat? Apa ia masih ada waktu untuk untuk mengerjakan hal lain? Dan masih sanggup bernafas? Masih sanggup merekatkan hatinya yang terpotek berkali-kali? Ah mending gak usah! Mending sendiri saja sampai orang yang benar-benar ditakdirkan untuk kita hadir. Pada akhirnya kita akan bersama dengannya kan?

"If you don't try, how will you know that she's the one?", tanya Rania acuh tak acuh. Ini pertanyaan retorik.

"If I decided to try with her, than she will be the one. THE ONLY ONE", jawab Devon mantap tiba-tiba. Rania mendelik ke arah Devon. Mulutnya menganga, dan ia tertawa bahagia. Ia paham maksud Devon. Bila akhirnya cowok itu berinisiatif untuk mengerjar Jasmina, artinya, hanya Jasminalah yang akan dia kejar sampai akhir hayatnya. Tidak ada orang lain. Komitmen yang seram ya?

"So, when will you decided that you will pursue Jasmina? When will you tell her that you like her?", tanya Rania penuh harap.

"Later", jawab singkat Devon. Rania kontan mulai kesal dengan sang abang. Sebenarnya dia serius gak sih tadi ngomongnya kalo dia akan ngejar Jasmina?

"Why Dev? This is a perfect moment. We are in a romantic island, we live in the same villa, and who knows, when, we all live forever in the same roooooffff", kata Rania usil. Devon memberhentikan jalannya. Adiknya sepertinya minta di jewer.

"Right now, I'm still mad at her. She cannot stop thinking about those guys, I don't know whether I have a space in her heart! She even bought them gift. Maybe she will give it to him today", jawab Devon emosi.

Rania paham sih karakter si abang. Kalo uda kesel, emosi, cemburu, susah banget untuk di netralkan. Yaaaa, semoga aja ketika nantinya mereka AKHIRNYA jadian, Jasmina bisa banyak-banyak bersabar. Rania menjatuhkan bahunya, begitu juga dengan mata dan senyumnya, ia berjalan gontai mengikuti Devon.

---

Di villa, mereka sedang bersiap untuk tidur. Tiba-tiba...

"Devon, Rania, come here. I want to show you something!", kata Jasmina. Rania dan Devon keluar dari kamar masing-masing dan ikut duduk di meja makan bersama Jasmina. Gadis itu mengeluarkan 2 buah gelang yang terbuat dari anyaman tali kali dengan lempengan logam di tengahnya.

"Ini buat Devon, and this is for Rania", kata Jasmina sambil membagi gelang-gelang itu. Ada ukiran bertuliskan Devon di salah satu gelang, dan Rania di gelang satunya. "If you don't like it, just save it and keep it. Look! I made one for my self!", kata Jasmina sambil menunjukkan gelang yang sama dengan ukiran bertuliskan Jasmina. "I cannot thank you enough for this holiday, so, this is something that will bond us, make us remember about this holiday foreverrrrr", kata Jasmina riang sambil melebarkan tangannya seakan-akan akan memeluk Devon dan Rania.

Rania bersorak kegirangan mendapat hadiah dari Jasmina. Walau itu bukan barang berharga jutaan rupiah (bahkan mungkin bukan ratusan), tapi perhatian yang Jasmina tunjukkan sangat luar biasa. Sebuah hadiah yang indah. Rania lebih girang lagi karena ini akan mematahkan salah paham Devon tentang gelang itu. Ternyata itu bukan untuk Bagas dan kak Miko. Tapi untuk mereka. Berarti Jasmina meletakkan mereka berdua di posisi yang spesial.

Devon juga tidak kalah kaget. Ia langsung buru-buru memasangkan gelang itu ke tangan kirinya. Tapi selalu gagal. Jasmina dengan sigap langsung memasangkannya dengan lembut. Sentuhan gadis itu ketika memegang tangannya membuat Devon tidak nyaman. Yaaaa tidak nyaman dalam arti yang baik sih. Jantungnya berdegup kencang, ia menahan nafasnya, seakan-akan takut mengganggu pemasangan gelang itu. Ketika akhirnya terpasang, ia ingin mengucapkan terima kasih. Lidahnya kelu.

Iya kelu, kan hari ini hampir seharian ia melaksanakan puasa bicara dengan Jasmina. Walau gadis itu tidak tau kenapa, tetap saja ia beramah ria dengan Devon.Devon merasa amat sangat bersalah. Apalagi ia sudah salah paham dengan gelang ini. Apakah mungkin ia harus minta maaf dulu? Tapi kalo minta maaf, Jasmina akan lebih bingung. Minta maaf karena apa?

"Kamu suka Dev?" tanya Jasmina sambil mencengkeram tangan Devon dengan ceria. Rania yang melihat adegan itu hampir keselek. Apaaa coba rasanya jadi Devon. Pasti grogi, campur guilty, campur mau pingsan, batin gadis itu.

Devon menggangguk-angguk kuat. Ia masih speechless. "Baiklah kalo gitu, aku mau telfon kak Gading dulu ya", kata Jasmina sambil masuk ke dalam kamar meninggalkan Rania dan Devon.

Rania tersenyum penuh arti kepada Devon. "So, when are you going to tell her?", tanyanya usil. Ia benar-benar berharap Devon dapat meruntuhkan dinding hatinya dan membuka hatinya untuk Jasmina. Bila ia sendiri aja menutup diri,mau sebesar apapun rasa sukanya pada Jasmina, sampai kapanpun alam semesta dan isinya tidak akan pernah tau. Dan pada akhirnya, mana mungkin Jasmina menyukainya kembali.

"SOON", kata Devon mantap.

BAB berikutnya : Pesta pertunangan