Bruno mengetahui niat baiknya, namun sepertinya Arstya tak tahu jika semua jenis makanan, kecuali nasi durian bisa Bruno makan, entah berapa banyak jumlah dan porsinya. Tak mungkin juga Bruno berkata pada Arstya kalau porsi makannya telah melonjak.
Mengucapkan hal semacam itu hanyalah seperti orang mengemis makanan, pikirnya.
Kemudian Bruno menggigit sepotong kue dingin dan mengunyahnya hingga lunak lalu dilarutkan dengan air mineral kemasan botol. Merasa tak enak memakan semua itu sendiri, Bruno sejak tadi melihat Arstya dan mengajaknya makan bersama.
Arstya tersenyum, namun menolak ajakannya. Ia berkata telah menghabiskan beberapa pie susu dan sandwich daging.
"Semua makanan ini memang khusus untukmu, kau tak perlu mengembalikan padaku lagi, oke?"
Arstya menolak untuk ketiga kalinya.
Mau tak mau ia harus menghabiskan semua makanan itu di depan Arstya. Dengan hitungan menit semua makanan habis tanpa sisa sedikitpun. Arstya mulai memecahkan keheningan.
"Hei, kau tak apa?"