Shiro terus menerus mengayunkan pedang kembarnya, tidak hanya ia, teman 1 party nya juga melakukan itu.
Dulu, saat Dewi Pino memerintah, ia membatasi jumlah anggota party maksimal 4 orang, Namun kali ini, Shiro yang menjadi peminpin mereka, ia tak membatasi jumlah anggota party. Bahkan, Sachie yang baru berusia 10 tahun pun ikut dalam party mereka.
Nama party Shiro adalah "The Silver Wolf", Yang mengusulkan nama itu tak lain adalah istrinya sendiri yaitu Fumika.
"Wahai cahaya yang selalu menemaniku, yang selalu menerangiku, jadikanlah cahayamu sebagai senjata yang bisa membunuh kejahatan, SIHIR: SUAR!!"
Sebuah kubus muncul di depan Fumika, tak lama kubus itu mengeluarkan Cahaya terang dan melesat jauh ke depan. "Syukurlah, tak sia sia Fumi menciptakan skill baru." Fumi melihat kartu petualangnya.
"Teknik sekuat itu, hanya menghabiskan 300 Mana? Istriku memang jenius." Disaat berlatih pun, Shiro dan Fumika selalu memperlihatkan kemesraan mereka. "S-Shiro-kun jangan tiba tiba memeluk Fumi dari belakang, nyaaa!"
Shiro mencubit pinggang ramping Fumika. "Mo!!"
"Haha, maaf, ayo lanjut." Shiro kembali mengambil pedang kembar yang sebelumnya ia tancapkan di tanah saat kaget melihat suar milik Fumika.
"Yosh, Sachie gak akan kalah!" Sachie memasang kuda kuda memanah, saat ini, Sachie memiliki julukan Penyihir Berpanah, Dia sudah dapat menggunakan sihir tinggi, bahkan ia sudah dapat menciptakan Skill sendiri.
"Ehm, Wahai Sang Cahaya yang selalu menemani, melindungi, menerangi, bahkan menjadi sumber kehidupan, Menyatulah dengan anak panah yang melesat, dan jadilah tali untuk mengikat kejahatan, Ikatlah kejahatan dengan sangat kuat sehingga dapat menghancurkannya, SKILL: PANAH LASO!"
Ini adalah Salah satu skill yang Sachie ciptakan, Meski skill ini menguras sekitar 400 Mana miliknya, namun, karena kapasitas Energi Mana Sachie sudah sangat besar, hal itu tak perlu ditakutkan.
Anak panah itu melesat dan berubah menjadi tali yang terhubung dengan tangan Sachie.
Sachie membidik sebuah pohon yang ada sekitar 400 meter dari jaraknya. Hanya dalam waktu 1.2 detik, Anak panah milik Sachie berhasil mengikat pohon itu dengan keras,sehingga membuat pohon besar itu hancur berantakan. "Hah, Sepertinya Sachie harus menciptakan teknik baru lagi."
"SKILL: Ken no Shiruetto! kaana! Kombinasi!"
"Baik! SKILL: THROWING KNIFE!"
Katana Kuwagumo milik Keiko mengeluarkan aura gelap, Dan saat Kaana melemparkan pisaunya ke arah Keiko, segeralah Keiko menusukkan Katana nya ke tanah, sehingga membuat Pisau itu bisa dikendalikan olehnya.
SRING!!
Keiko memngayunkan katana nya secara vertikal, 3 pisau itu tiba tiba melesat cepat ke arah target dan menancap.
"Kombinasi yang jelek." Keluh Kaana. "Itu karena teknikmu yang jelek, Kaana bodoh."
"Ap-? Jangan menyalahkan orang, justru kamu lah yang jelek!"
"Kenapa jadi membahas rupa wajah? jelek!"
"Tidak, kau lah yang jelek!"
Sejak awal bertemu, mereka memang suka mempermasalahkan hal yang tak penting sedikitpun, itulah wanita.
>Shiro's Point of View
Aku terus menerus menebas sebuah batang pohon dengan pedang kayu yang baru saja ku buat dari sihir elemental bumi. Tentu saja aku sedang mengajarkan istriku seni berpedang, karena ia hanya bisa bertarung jarak jauh, itu sangat berbahaya.
"Pertama hentakan kaki mu, dan SEPERTI INI!!"
BUAGH!!
Aku memukul batang pohon itu dengan pedang kayu sampai hancur berkeping keping. "Pertama hentakkan kaki, dan SEPERTI iniii???"
Jangankan hancur, Tubuh kecil Fumi malah terpental, aduh, padahal pertempurannya tinggal 1 minggu lagi, namun istriku tak menunjukkan perkembangan sedikitpun.
"Sepertinya kau tak memiliki bakat berpedang ya." Ujarku sambil menepuk pelan pucuk kepala Fumi. "Maaf, tapi.. Fumi perempuan." Sudah jelas kalau itu cuma sebuah alasan semata.
"Lihatlah Keiko, dia sudah mampu menggunakan 2 katana dengan kecepatan dan tenaga yang seimbang." Aku menunjukk keiko yang sedang berlatih dengan 2 katana. "Maaf."
"Tak apa sayang, Jika kau memang tak ada bakat dalam berpedang, itu berarti kau cocok sebagai pendukung dengan sihir dari belakang, itu juga hebat." Aku menghibur Fumi, sepertinya kata kataku sedikit menyakitinya tadi.
Sudahlah, setidaknya aku sudah mengajarkan nya dasar dasar berpedang.
>3rd PoV
"Salah, coba perbaiki lagi!" Seele melatih Sachie menggunakan sihir penyembuh. "Baik Nona."
"Heal!"
Mengobati seekor kelinci yang sengaja dilukai, kasian sekali nasib kelinci itu. Namun, untuk percobaan ke 2 kalinya, akhirnya Sachie berhasil menyembuhkan luka kelinci itu dan membebaskannya kembali ke alam liar.
"1 tebasan, 2 tebasan, 3 tebasan, 4 tebasan... 210 tebasan,.. 600 tebasan..." Maika terus menerus mengayunkan katana nya, tentu saja untuk melatih kecepatannya. "AAAHHH!!!! tanganku rasanya mau copot!!" Keluhnya. Ia memang sudah sangat cepat, namun, ia merasa kalau itu masih kurang, karena itu ia terus mengasah kecepatannya.
"Dengan begini, Sachie bisa menjadi pendukung juga."
"Hah? Kamu sudah bagus menjadi penyerang dengan sabitmu itu tau, sebaiknya kau asah kemampuan sabitmu itu." Keiko melirik Sachie. "Iya juga ya."
1 Minggu berlalu, Akhirnya mereka bersiap untuk berangkat. "Dengar Semuanya, lawan kita tidak hanya venena, melainkan ditambah pasukan pasukan lainnya, jadi ku harap kalian semua berhati hati."
"Baik." Fumika,Maika,Sachie,Kaana dan Keiko menyahut ucapan shiro dengan lantang.
"Bagus, mari kita susun rencana."
"Maika dan Sachie, aku melihat kombinasi kalian sangat bagus, Serang ultimea dari arah tenggara."
"Baik/oke."
"Keiko dan kaana, hadapi brahe di labolatorium nya, berhati hatilah dengan pasukan mesinnya."
"Baik/Baik."
"Sedangkan Fumi, kombinasi ku dan kamu sangat cocok, karena itu mari kita serang venena dari gerbang utama."
"Dimengerti, Shiro-kun."
'Kaa-sama, Fumi akan segera membalaskan dendammu.'
"Ayo berangkat, Aku sudah tak sabar ingin membunuhnya." Shiro memulai menaiki kuda nya, tentu saja Fumi ikut naik bersama nya.
Sachie bersama dengan maika, sedangkan Keiko sendiri, Kaana pun sendiri.
Tanpa mereka sadari, 2 manusia dan 1 Elf sedang mengintai mereka. "Kita juga harus membantu mereka, Mereka tak tau betapa mengerikannya kaisar."
Usul Balft.
"Tentu, kakak."
"Ayo."
"HAAAT!!!"
SRING!!!
Shiro melemparkan pedang kembarnya pada monster dan kembali lagi dengan sendiri nya.
"Haha! Pengguna busur dan Pengguna sihir sangat berguna di sini!" Shiro tertawa.
"Tentu saja! Sachie juga akan sangat berguna saat melawan kaisar nanti!"
"Tentu gadis muda! Nah, Oke, ini dia, Boss kecil kita."
Monster raksasa berbentuk tupai dengan kristal hitam di tubuhnya menghadang Shiro dan yang lainnya.
"Karena ditubuhmu ada kristal jelek, itu berarti kau adalah suruhan Venena ya!"
Shiro turun dari kuda nya.
"GRAAAAAAAAAAHHHHHHHH!!!!!!!"
"Mari."
Sachie berlari menjauh bersama Maika.
"Di sini saja, Nee-chan."
"Oke."
Mereka segera merapal sihir bersama sama.
"WAHAI ROH ANGIN YANG AGUNG! BERIKANLAH KAMI BELAS KASIH SAYANG MU! JADIKAN KEINGINAN KAMI MENJADI SEBUAH KENYATAAN! JADIKANLAH BADAI YANG KAU HEMBUSKAN TERBAKAR DENGAN CAHAYA MENTARI! RATAKAN SEMUA YANG BERADA DI HADAPANMU!! SIHIR: BADAI API!!"
Cahaya dan Angin, unsur sebenarnya dari cahaya adalah api, Karena itu mereka membuat sebuah badai api yang menghanguskan monster tipe tuscog itu. Sedangkan Shiro, Fumika, Kaana dan Keiko terlindungi oleh sihir Nurlindung milik Fumika.
"Adik adikku memang hebat." Shiro terpaku saat melihat semuanya gosong, gosong, bahkan batu pun ikut gosong.
To be..
continued