"Eldenbaum, Sepertinya makhluk itu adalah makhluk yang merebut Eldenbaum ratusan tahun yang lalu, Shiro, apakau dirimu, akan pergi ke sana?" Tanya Raja Elbano.
"Ya, Tentu, tapi saat ini, Istriku sedang mengandung Putriku, aku yakin jika datang ke tempat itu dan membawa Istriku, itu sama saja menghantarkannya ke dalam bom bunuh diri."
"Shiro-kun? apa maksudmu?"
"Aku ingin kau menunggu di rumah, Fumi." Ujar Shiro.
"Tapi.."
"Keadaannya sudah berbeda, aku ingin kau lebih mengerti, aku tak ingin kehilangan kalian, kumohon, mengertilah."
"Shiro-kun, Setidaknya, Shiro-kun beristirahat selama 1 atau 2 minggu, karena, Fumi yakin pertarungan kali ini akan lebih mengerikkan." Fumika bersandar di bahu Shiro.
Yup, Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang menggunakan kereta kuda.
Raja Elbano meminta Shiro untuk 1 Kereta, karena ia ingin mendiskusikan ini semua, Namun.. Fumi memaksa ingin ikut ke kereta itu karena ia sangat lengket dengan Shiro.
"Ehm, maaf Yang Mulia, mari kita kembali pada pembahasan, Sebelum itu, aku harus mengetahui apa itu Eldenbaum." Shiro mencoba mengembalikan topik. "Tak apa Shiro, aku suka kemesraan kalian, Lalu, Eldenbaum adalah nama sebuah pohon raksasa yang di atasnya terdapat sebuah Ibu kota yang bernsma Elban Urban, tempat itu adalah kota asal kaum Resistle yang telah direbut ratusan tahun yang lalu oleh sosok misterius, namun, aku yakin jikalau makhluk itu bukanlah Manusia atau monster yang berada di tempat itu." Jelas Raja Elbano.
"Ibukota Elban Urban ya, Aku pernah mendengarnya dari cerita ayahku dulu, ku kira itu hanya dongeng semata."
"Shiro-kun." Panggil Fumika.
"Ya?"
"Lihat itu."
Fumika menunjuk ke arah depan, terlihat keiko dan yang lainnya tergesa gesa melompat dari kereta, tak lama kemudian..
JDAAAR!!
Kereta itu meledak, lantas, Shiro, Fumika, Raja Elbano dan prajurit yang menjadi kusir di sana kaget dan ikut melompat sebelum hal yang sama terjadi.
"KEIKO!" Panggil Shiro.
Terlihat Keiko memasang posisi siaga tempur dengan gementaran.
"Keiko, Ada apa in- siapa dia? tunggu, kau.."
"Wah Wah.. Kita bertemu lagi."
Gaya bicara itu, Si iblis hitam.
"Kau... Kapan mati nya?!"
"Pasukan! Jangan menyerangnya! Bawa anak anak dan Fumi menjauh!" Shiro mengambil pedangnya.
"S-Shiro-kun?!"
"Fumi, Dengar, Lindungi Yuuki dan Venena di belakang sana. aku berjanji, aku akan tetap hidup, oke?"
Shiro melirik Yuukira yang merinding ketakutan saat melihat Prajurit yang tubuhnya hancur karena ledakan itu.
Sementara Venena mencoba berdiri dan mencoba membantu, meski tubuhnya belum stabil. "biarkan.. Venena.. membantu."
"Venena, saat ini kekuatanmu sudah terkuras habis, kau harus beristirahat dulu, biar kami saja yang Menghadapinya, oke?" Shiro meyakinkan mereka, Waktunya tidak banyak.
"Kau harus berjanji.. kau harus tetap hidup."
"Tentu, nah, Keiko, Maika, Kaana, Sachie! kalian hadapi pasukan mayat hidup itu, biar aku yang membunuhnya."
"Baik/dimengerti."
Pasukan mayat hidup, Terdiri dari ratusan mayat hidup yang entah dari mana.
"Eh?!"
"Yuuki?"
"Nee-chan..."
"Maksudmu?"
"Yuuka-Nee-chan.." Yuukira menunjuk salah satu pasukan mayat hidup itu.
"Sialan! Kembalikan dia!"
"Wah wah.. Gadis ini ya, saaya baru ingat sekaarang, Jikalau, gadis kucing ini adalah wadah lama saya waktu pertama kali kita, KITA, dan K I T A berjumpa!"
"Hentikan kegilaan mu ini!"
"Anata, berhati hatilah." Fumika berjalan ke samping Shiro dan mendaratkan sebuah Kecupan di bibirnya.
"Berjanji lah."
"Baru saja kau memberiku sebuah energi, aku takkan kalah begitu saja, nah, sekarang, jalankan tugasmu."
"Bayi.. Ya... saya merasakan ada janin di sini.. Aaah sungguh hidangan yang lezat.. iya kan.. benar kan.. Tentunya benar. pastinya iya... pastinya benar.. benar sekali!!"
Air liur iblis itu menetes.
"Jangankan bayi, nasi pun takkan ku berikan, SKILL: Udara Spiral."
Shiro menghunuskan pedangnya, dan tercipta pusaran udara yang terlihat sangat tajam mengarah ke Iblis Hitam itu.
"Yah.. gak seru.."
Wuuuuusshhh
Namun, Skill itu hanyalah seperti angin biasa bagi iblis hitam, hanya melesat begitu saja, disertai dengan senyuman menjijikkan.
"Sial, dia tak mempan oleh sihir."
"Kau langsung tau? Hebat sekali, Tapi.. tapi.. bagaimana? bagaimana kekuatan saya ini? Hebat kan.. keren kan?"
"Aku lebih tertarik pada logat bicara mu itu, sungguh tidak keren, namun, jika sihir tak mempan, maka fisik lah yang jadi sasaran!"
SRING!!
Shiro kembali menghunuskan pedangnya dan melompat kedepan.
Namun ia lupa akan kekuatan andalan si Iblis Hitam ini, ya, Tangan tak terlihat.
BUAGH!!
Shiro terkena pukulan keras di wajahnya. "Tcih, Menyebalkan." Kesalnya.
Sementara itu, teman party nya mencoba untuk menghabisi para mayat hidup itu.
'Shiro, Butuh petunjuk?'
"Yuuka?"
'Ya, Aku senang kau menerima adikku.'
'Kelemahan Makhluk itu berada di pangkal tangan nya, kau hanya perlu menyerangnya dengan serangan kuat, kalau sudah begitu, dia akan benar benar mati.' Jelas Yuukari.
"Begitu, Makasih, teman, lalu, mari kita akhiri ini." Shiro segera memasang kuda kuda nya.
'Jika begitu, aku akan menggunakan Crossing Door untuk berpindah ke belakangnya.'
STTT
Shiro melompat ke belakang dan masuk ke dalam sebuah gerbang sihir.
"Halo, Kawan."
"Ap-?!"
BUAGH!!
"Kamu kira, saya tidak bisa membaca pikiranmu? Ahaha naif sekali dirimu ini."
'Sial, Bagaimana ini.' Shiro mencoba untuk berpikir keras.
"Shiro, Ketika bertarung dengan makhluk menjijikkan ini, kau hanya perlu menutup mata dan.."
WUUSH
Pukulan Iblis Hitam menembus wajah Keiko.
"Bagaimana bisa?!"
SRING!!
Keiko membelah bahu iblis itu sampai tubuhnya terbelah menjadi 2.
"Kau bertanya kenapa? Itu karena tangan yang ia gunakan hanyalah ilusi, jika kau tak melihat ilusi itu, kau takkan bisa disentuh olehnya."
"Pengetahuanmu tinggi juga, Keiko."
"Tentu."
"Sialan.. Sialan.. Sialaaan..."
"Dengan begini, Semua pasukan mayat hidupmu kembali.. tunggu? kemana mereka?"
"Para mayat hidup itu juga ilusi semata, sejak awal aku sudah merasakan kejanggalan itu."
"Dasar iblis licik, tapi yah, kali ini kau takkan bisa bangkit dari kematianmu, Hei keparat, akhirnya aku bisa membalaskan dendam orang tua ku." Shiro menginjak kepala iblis itu.
"Kha.. ha.. ha... Dewa kami.. Coenubia.. akan membalas perbuatanmu.. ha..ha..ha.."
CRAHSS!!!
Shiro menusuk kepala itu dengan pedangnya.
"Shiro-Kun!!"
"Fumi, kau oke?"
"Harusnya Fumi yang bertanya! Wajahmu memar tau! Bless!!"
Fumika menyentuh wajah Shiro dengan maksud untuk menyembuhkanya.
'Yuukari, trrimakasih.'
"Fumi, aku punya sesuatu untukmu."
"Apa itu?"
"Pakailah, Ini adalah jepit rsmbut kesayangan Yuuka, kau pasti akan cocok." Shiro memasangkan jepit rambut hitam itu di poni Fumika.
Dan ya.. Sangat cocok.
"Makasih!"
"Ya."
"Iblis ini, adalah iblis yang sering mengganggu ketenangan warga El Scaro, akhirnya dia tewas juga." Raja Elbano berjalan pelan dengan tongkat megahnya. "Begitulah, Dia juga yang telah membunuh orang tua ku, Cuih!"
Shiro meludahi kepala iblis itu.
"Onii-chan, Bagaimana?"
"Kali ini dia benar benar mati, Maika, Sebelum kita lanjutkan perjalanan, akan lebih baik untuk mengurus jenazah prajurit yang terbunuh."
"Kau benar, Shiro, Aku ingin mereka dimakamkan dengan layak, mereka.. adalah pahlawan kaum Resistle."
Tentu saja mereka takkan menguburkan prajurit prajurit itu di sini, Mereka akan membawa 3 jenazah itu di 1 kereta dsn membawa nya ke El Scaro.
Karena mereka juga memiliki Keluarga, mau orang tua, istri ataupun anak.
To be continued
Volume 6 End