2 hari setelah kejadian di taman itu, shiro dan fumika kembali mendapat misi dari. dewi pino.
Bukan main, saat ini, terdapat monster yang dapat menyerupai bentuk tubuh dan suara seseorang.
Biasanya monster itu berubah bentuk menjadi orang yang sedang 5 lawannya.
karena itu, banyak korban berjatuhan karena monster mengerikan itu.
"Tenang saja, Beberapa tahun lalu aku sudah berlatih bersama dewi specia dan putrinya yaitu nona seele, aku takkan terkecoh dengan trik murahan itu." Shiro membanggakan diri.
Dewi pino selaku kepala balai kota sofya tersenyum sambil berkata:
"Baiklah, Shiro, semoga 12 dewa dewi lainnya melindungi mu, kami semua berharap banyak."
Setelah mengucapkan itu, dewi pino kembali masuk kedalam kuil, disertai dengan perginya shiro.
Berjalan sebentar, monster peniru itu berada di kota maju bernama Elfin City.
Yup, mayoritas penduduknya adalah kaum Elf, namun tak sedikit pula manusia biasa,tak heran kalau mereka maju, 100 tahun usia manusia setara dengan 10 tahun usia elf. Ditambah lagi mereka diberkati kecerdasan yang jauh dari rata rata.
Kembali ke tempat shiro dan fumika.
Seperti biasa, mereka akan berangkat ke pemakaman pahlawan sofya untuk menemui teman dan adik shiro yang telah tiada.
>Shiro's Point of View
Jujur saja, Saat ini aku malah memikirkan adikku.
Padahal saat bertarung dengan monster peniru itu pikiranku harus kosong. Sialan, tak ku sadari, tiba tiba air mata ku menetes, tak sedikit pula.
Dengan sigap, Fumi langsung menghapus air mata yang mengalir dari mata ku ini.
"Pria menangis itu tidak keren lho~" Goda nya, tentu saja dia tau bagaimana rasanya kehilangan keluarga.
mungkin fumi hanya menghiburku.
"Maaf." Hanya itu yang bisa ku katakan. Fumi tersenyum kecil dan mendekatkan wajahnya pada wajahku.
Dia semakin berani.
"Ei, Ini di pemakaman lho, kau tidak sopan."
Ujar ku sedikit bercanda.
"e.aa.... Maaf, habisnya fumi gemes liat shiro sama."
Yah, begitulah, untungnya dia tak meminta yang lebih dari berciuman yang hampir jadi kegiatan rutin kami.
Jika dia sudah meminta yang lebih dari berciuman, itu berarti fumika ku yang polos sudah hilang.
Ah, lupakan itu, Kami kembali mendoakan orang yang sudah kami anggap keluarga, dan tentu saja adikku adalah keluarga ku.
Namun...
Saat aku berkedip, suasana sudah berubah.
Aku... Berada di luar angkasa? lantai terbuat dari kaca bening?
Tunggu, ku rasa kejadian ini pernah terjadi beberapa tahun lalu, saat aku berlatih bersama dewi specia dan nona seele.
Dan aku bisa menebak kejadian selanjutnya.
"Shiro-nii." Suara maika memang begitu, seperti suara wanita yang terjepit pintu.
"sudah ku duga, Maika."
Aku berbalik karena Maika muncul di belakangku.
Normal PoV
"Tinggi mu tak bertambah, ya, padahal sudah 2 tahun kita tak bertemu." Shiro tersenyum lirih, rasa rindu nya sangat ingin ia lampiaskan sekarang.
"Aku hanyalah roh, nii. Yang terpenting, Maika hanya ingin menyampaikan kata penyemangat yang sering shiro-nii ucapkan."
"Kata penyemangat?"
"Keep smile and enjoy this war."
"Kau masih mengingatnya, ya."
Shiro mulai tak tahan, ia sangat ingin memeluk adiknya. "Nah, maika, Bolehkah aku memelukmu? Sudah lama rasanya."
"Silakan, tak ada yang melarangmu."
GREP!
Shiro segera memeluk maika dengan erat, ia sedikit melipatkan lututnya karena tinggi maika yang tak berubah.
"Nii-chan, kembalilah, dia menunggumu."
Semua nya memudar, shiro tersadar dan kembali.
"Shiro sama?" Fumika kaget karena shiro berkeringat, dengan cepat ia mengelap keringat shiro.
Shiro tersenyum sambil menyipitkan mata
"Keep smile, and enjoy this war."
"Apa yang anda katakan?"
"ah tidak ada, ayo, sebelum makhluk itu berbuat onar lagi."
>Balai kota
"Hee... jadi aku harus menyusulnya ya, duh."
Gadis berambut hijau cerah dengan pakaian yang polos menghela nafas.
"Tak usah, shiro saat ini pasti berada di pemakaman, nah, susul dia, dan temani mereka, Kaana." Dewi pino tersenyum.
"Baiklaah... Nah, pesta nya akan dimulai, aku, akan mendapatkan cinta si pahlawan itu."
Gadis bernama Kaana berjalan meninggalkan dewi pino dengan senyuman aneh.
Shiro dan fumika berjalan di alun alun sofya, berniat untuk berjalan menuju gerbang utama.
Karena Elfin City berada di atas kawah saham, entah kenapa kota itu bisa melayang.
Untuk pergi ke tempat itu, dibutuhkan kekuatan yang bisa membuat si pengguna terbang atau melompat tinggi.
Dan kebetulan shiro memiliki element angin yang bisa digunakan untuk membawanya terbang.
Namun...
"Ah, kau.. shiro sama kan?"
"Ya?"
"Selingkuhanmu?"
"F-fumi jangan salah paham."
"Ah kebetulan sekali, aku di utus dewi pino untuk masuk ke party kalian." Gadis yang tak lain kaana itu tersenyum.
"Tunggu, tunggu dulu, sebelumnya aku tak pernah bertemu denganmu, setidaknya perkenalkan dirimu dulu." Shiro selalu gelagapan jika bertemu dengan seorang gadis yang tak ia kenal.
"Moo! Shiro sama jangan terlihat tepana gitu!"
"Aaaddududuh iyaiya!"
Fumika menarik kuping shiro dengan keras ketika shiro terlihat melamun saat berhadapan dengan kaana.
"Hah, Kaana Azuki, Petualang pemula, salam kenal."
Kaana menepuk dada.
"Shiro nishikujou, dan ini calon ist-AW!"
"Fumika Sanada, petualang sekaligus pelayan pribadi nya shiro sama." Fumika mencubit tangan shiro saat shiro hendak mengatakan fumika adalah calon istrinya.
"Cuma pelayan? menjijikkan."
"Maaf, fumi bisa mendengar itu." Fumika tersenyum mengerikan.
>Shiro's PoV
Dia siapa sih, berani beraninya dia menghina fumi.
Tenang shiro, Mari kita lihat seberapa jauh kehebatannya dibanding dirimu.
"Shiro sama, Sebelum berangkat misi, aku... ingin kamu mengujiku dulu." Kaana mengatakan hal itu seolah olah dia orang yang akrab denganku, menjijikkan.
"Menguji?"
"Ya, Pertarungan antar petualang."
Kau bercanda? Dari aura mu saja sudah terasa kalau dirimu itu lemah sangat lemah.
"Ku terima."
Yah, aku tak bisa menolaknya, lalu menghajar wanita sialan ini sepertinya menyenangkan.
3Rd PoV
"Shiro sama, anda yakin?"
"Tenang saja, Diriku yang sekarang bukanlah diriku yang dulu, saat ini, diriku tak memiliki belas kasihan pada orang lain, terkecuali dirimu, fumi."
Shiro berjalan memasuki portal Battle arena yang ia buat dengan kekuatan crossing door nya.
>Battle Arena: Underground
"Kau siap?"
"Tentu."
Kaana mencabut 3 buah pisau lempar yang terlihat familiar.
"Sebelum itu aku ingin bertanya, kenapa pisau lempar pembelah angin milik yuukari bisa ada di tanganmu?"
"Ah, aku mengambilnya dari monster bertelinga kucing yang berada di ultimea."
"Monster? hei.. hei.. kau bercanda? Yuukari? Monster?"
"Ah, ku dengar ia telah dirasuki monster tipe coenubia, karena itu wujudnya sangat mengerikan, dia juga bisa merubah wujudnya sendiri menjadi wujud orang lain." Jelas kaana.
"Wujud... merubah... Dengan kata lain, monster yang akan kita hadapi ini..."
"Yup, monster elit dari ultimea, Yuukari."