Kondisi retno berangsur pulih.Sebulan yang lalu ia telah siuman setelah lebih dari satu tahun koma.Masa pemulihannya pun tergolong cepat.
Dan hari itu kelana bersama rudi menjemput retno di sanatorium.Akhirnya ia pulang ke rumah.
Retno tertegun menatap rumah kelana.Sebuah rumah 2 lantai dengan gaya tropis modern.
Ia menatap kelana lama,"Ini rumah kamu nak?,"
"Iya ma,ini rumah kita,"ujar kelana sambil menurunkan barang barang retno di bantu siti asisten rumah tangganya.
Seakan tahu apa yang di pikirkan ibunya,kelana memeluk bahu ibunya lembut sambil berbisik,"Kelana sekarang udah kerja ma.Kelana jadi model professional.Kapan kapan kalau mama sudah sehat ..kelana ajak mama ke studio fotonya ya ma,"
Retno tersenyum ke arah kelana "Iya mama percaya kok nak.Hebat kamu nak,mama bangga,".
Retno memandang rudi yang makan dengan lahap.Bocah lelaki itu tumbuh dengan cepat.Ia kini memiliki kamar sendiri dan dengan bangga di tunjukkannya kepada ibunya.Bernuansa biru dongker,kamar rudi di design mirip seperti galaxy.
Namun retno masih terbebani dengan pikiran,dari mana kelana mendapatkan uang sebanyak ini sehingga ia mampu membeli sebuah rumah mewah dan mobil."Apakah penghasilan menjadi seorang model begitu besar?,"retno membathin.
Kelana berdandan natural dan sangat cantik.Ia mengepak beberapa pakaiannya dalam sebuah koper.Rambut ekor kuda dan kaos putih polos,celana jeans,sepatu kets,tas lv original dan kaca mata hitam melengkapi penampilannya pagi itu.
Ia terburu buru turun dari tangga dan mencari ibunya untuk berpamitan.
"Ma,kelana brangkat dulu ya.Ada pemotretan di luar kota,"kelana mengecup pipi ibunya.
"Berapa hari nak?hati hati disana,"
"Tiga hari aja,iya ma kelan hati hati,"
"Dik,jaga mama dan rumah ya.Kamu satu satunya laki laki di rumah ini.Jangan main game melulu,"kelana membuka dompet dan menyodorkan beberapa lembar ratusan ribu pada adiknya.
Rudi tersenyum senang.
"Mba siti,makanannya mama jangan di kasi garam ya.Tiap malam tolong mama saya di buatkan susu ya mba.Uang belanja dapur ada di mama saya.Mulai sekarang mama saya yang ngatur rumah dan dapur ya mba.Makasih mba siti,"kelana tersenyum.
"Baik non,hati hati di jalan,"ujar siti sambil menaikkan koper kelana ke bagasi mobil.
Kelana hendak masuk ke dalam mobil tiba tiba ia merasa ada yang mengawasinya.Ia menoleh ke kanan kiri "tak ada siapa siapa,"gumamnya.
Namun ia tidak pernah tahu ada sepasang mata yang selalu mengawasinya dari kejauhan.Dan pemilik mata itu kini tersenyum sinis.
Kelana tiba di bandara international 1 jam kemudian.Om angga telah menunggunya di lounge vip cathay pacific.Om angga tersenyum lebar melihat kelana dari kejauhan.Pria usia 40 tahun itu terlihat sangat tampan dengan kumis tipis dan jambangnya yang rapih.
Om angga mengajak kelana berlibur tiga hari ke Singapore.
Mereka tiba di changi airport.Disana telah menunggu tour guide yang akan mengantar mereka untuk berwisata.Kelana yang baru pertama kali ke luar negeri tampak sangat riang.Jiwa remajanya muncul.
Tak henti hentinya ia berselfie ria.Om angga hanya tersenyum melihat kelana yang ia kenal dengan nama dita,nama panggung kelana.
Tiga hari yang menyenangkan dan tiga hari yang membara antara kelana dan om angga.
Dari semua kliennya hanya om angga yang di perlakukan special oleh kelana.Mungkin karena ia merindukan sosok ayah.
Malam itu di kamar hotel,angga memeluk kelana yang tidur di atas dadanya.
"Dita,apakah kau masih punya keluarga?bukankah usiamu masih remaja..apakah ayah dan ibumu masih hidup?,"
Kelana terkesiap dan memandang angga.
"Ada apa om?tumben tanya keluarga dita?,"ujar kelana sambil bangun dari dada angga dan duduk bersandarkan bantal.
"Nggak apa apa..penasaran aja,"
"Papa dita sudah meninggal om.Hanya mama yang masih ada,itu juga mama masih pemulihan pasca koma setahun lalu.Dita jadi tulang punggung keluarga om,"
"Maafkan om ya sudah bertanya,"di raihnya tubuh kelana ke dalam pelukannya.Kelana mematikan lampu mejanya dan malam itu mereka kembali menikmati asmara terlarang.
Eddo menjambak rambut kelana dengan keras."Berani lo ya telikungin gua?udah macem macem aja lo ya!Setan lo,"eddo terlihat sangat marah ketika ia mengetahui kelana pergi bersama om angga selama tiga hari ke singapura.
Kelana diam saja,hatinya kini sudah sekeras batu.Ia bahkan tidak menangis. Kehidupan yang penuh penghinaan adalah guru berharga baginya.
"Brapa duit lo di kasi?jawab yang jujur!awas lo kalo bohong,"
"50jt aja,"ujar kelana pelan
"Lo transfer sekarang ke gua 30jt.Cepat!,"eddo mengambil handpone kelana dan memberikannya pada kelana.
Kelana mengambil handphonenya.Di bukanya mobile bankingnya dan sekali klik eddo telah menerima 30jt di rekeningnya.
Eddo menatap kelana tajam,tangannya memegang leher kelana erat "Inget ya,ini pertama dan terakhir lo bohong sama gua.Jangan pernah main di belakang gua,ingat ibu dan adik lo,"ujar eddo penuh penekanan.Kelana terduduk lemas.Ia tak menyangka bahwa ibu dan adiknya selalu menjadi tameng eddo.
Eddo pergi dengan wajah merah padam menahan marah.
Retno yang melihat eddo turun dari tangga lantai dua dengan wajah marah mengira bahwa eddo dan kelana bertengkar sebagai sepasang kekasih.
"Nak eddo,mau kemana?makan siang dengan kami ya..tante siapkan sekarang,"
"Waduh,jangan repot repot tan.Eddo masih ada kuliah siang ini.Lain kali ya tan,"eddo pamit sambil tersenyum.
Dengan culasnya ia sanggub merubah emosinya yang tadi marah menjadi sebuah senyuman manis.
Malam telah larut.Sebuah korden sedikit tersingkap dari seberang jalan.Rumah dua lantai berwarna abu muda dan hitam.Sepasang mata yang selalu mengawasi rumah kelana.
Kamarnya berhadapan dengan kamar kelana.
Malam itu ia menggunakan teropong tele lensa.Kelana yang tidak pernah menutup gordennya menambah jelas pemandangan dari seberang jalan.
Sepasang mata itu menatap tanpa ekspresi.
Tiba tiba ia tersenyum sinis dan menutup teropongnya ketika di lihatnya kelana sedang berganti pakaian.
Kelana mengenakan pakaian olah raga.Setiap pagi ia selalu olah raga kardio.Dan selalu saja di mulai dengan jogging di track jogging perumahan.
Keringat tampak membasahi tubuhnya yang langsing.Beberapa anak muda bersiul begitu melihat kelana.Kelana hanya melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah mereka.Walaupun kelana masih berusia 17 tahun namun penampilannya sudah seperti wanita dewasa.
Tiba tiba ada seorang pria menghampirinya.Usianya sekitar 25 tahun.Tinggi kurang lebih 180cm.Atletis dengan otot lengan yang kuat dan sexy.Rahang yang kuat,hidung mancung dan bibir yang sedikit tebal.ia terlihat sangat tampan.Kelana begitu terpesona.
"Hai,kamu penghuni baru itu kan?,"ujar pria itu
Kelana menatapnya tanpa berkedip dan hanya mengangguk.
"Aku bram,kamu?,"
"Oh,hi bram.Salam kenal,aku kelana. Iya kami baru saja pindah.Aku,ibuku dan adikku,"ujar kelana gugub.
"Oke,kalau ada apa apa kamu bisa datang ke tempatku aja.Aku tinggal di seberang rumahmu.Tetangga selalu seperti saudara kan?,"ujar bram sambil tersenyum lebar.
Oh iya..baik.Thanks bram,"
Ok kelana,sampai nanti,"ujar bram sambil meneruskan joggingnya.
Kelana hanya termangu memandang tubuh bram yang berlalu.
"Tampan sekali dia..single atau sudah menikah?aaah mempesona…,"kelana tersenyum sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
Retno berteriak histeris dan hampir pingsan ketika kelana masuk.Ia melihat ibunya sedang menonton tv.
"Lho,mama kenapa?,"ujar kelana sambil berlari dan memegang tubuh ibunya.
"Lihat di tv..lihat,"ujar retno histeris.Airmatanya mengalir deras dan ia menangis dengan keras.
Kelana membesarkan volume tv.Reporter menyiarkan bahwa kapal Queen Lady tenggelam tadi malam.Dan semua awak kapal di nyatakan hilang.
Kelana hampir terjatuh.Di pegangnya sandaran sofa erat erat.
"Bang pino..bang pino maa...,bang pino di sana,"teriak kelana sambil menangis.
Padahal dua minggu lagi pino akan datang dan berkumpul bersama mereka.
Kelana memeluk ibunya erat erat.Mereka menangis sejadi jadinya.
"Nggak mungkin bang pino meninggal ma,nggak mungkin…oh Tuhan,"tangis kelana.
Retno tak sanggub menahan kesedihannya.Luka hatinya bertambah dalam.Ia tak kuat menarik nafas dan akhirnya ia pingsan dalam pelukan kelana.
"Mengapa selalu saja ada dukacita di keluargaku ya Tuhan,"kelana menangis begitu sedih sambil memeluk ibunya.