Chereads / Pengantin Yang Terbuang / Chapter 7 - Pelayan Kiriman William

Chapter 7 - Pelayan Kiriman William

Dokter yang merasa ganjil dengan identitas Ivy memperhatikan Ivy yang tergolek lemah di atas ranjang. Ia kepergok asisten sekaligus sekretaris Tuan Muda Lewis. "Ehem." asisten itu berdehem.

"Dokter, sepertinya Anda sedang senggang."kata asisten William mengagetkan si dokter. Asisten William menyodorkan uang kepada dokter. "Ini uang pembayaran selama nona Sherry dirawat di sini."kata asisten itu sopan.

"Tuan, nona ini siapa?"tanya si dokter setelah menerima uang pembayaran biaya perawatan di rumah sakit tersebut. Dokter sebelumnya tidak pernah bertemu dengan wanita bernama Sherry. Namun, ia pernah berjumpa dengan nona muda Lewis. Waktu itu nona Ivy menderita demam tinggi akibat hujan-hujanan. Nona Ivy terus mengingau menyebut Mamanya. "Mama..Mama..."

"Nona Ivy ini adik tuan William."jawab si asisten hati-hati. Ia bekerja sama dengan tuan mudanya untuk menjaga rahasia identitas asli 'wanita tuan muda'. Ia tidak berani mengatakan yang sebenarnya karena rasa loyalnya pada perusahaan Lewis.

Dokter mengangguk-angguk. Raut wajahnya tidak puas, namun ia tidak berani menyinggung lagi masalah keganjilan identitas nona yang terbaring lemah di atas ranjang. Dokter kembali fokus pada pekerjaannya.

"Paman Rey." William kembali dengan wajah riang. Ia membawa bermacam-macam makanan untuk wanitanya. Ia ingin wanitanya lekas sembuh dan bisa beraktivitas kembali.

"Tuan muda."sambut asisten, Rey namanya.

"Aku membawa seluruh makanan kesukaan Sherry. Serba sea food." William memamerkan makanan yang dibelinya.

Rey tertawa kecil. "Tuan muda, tuan besar menunggu Anda di perusahaan pusat jam sebelas nanti. Kata beliau ada yang mau dibicarakan mengenai perusahaan."kata Rey sopan.

"Ah, Papa suka mengganggu kesenanganku."oceh Rey sambil menjambak-jambak rambutnya dan memukul-mukul kursi di sampingnya. "Aku gak mau! Paman saja yang menemuinya. Aku di sini menunggu Sherry sampai bangun."tekad William.

Rey mengusap dahi. Ia sudah menebak jawaban tuan mudanya penolakan dengan cara kekanak-kanakan.

"Hm." Rey menghubungi tuan besarnya, ia berharap dengan menghubungi tuan besar mampu meluluhkan ketekadan William.

"Halo, tuam besar. Saya sudah menyampaikan pesan tuan besar, namun tuan muda menolak."kata Rey menyampaikan.

"William , dengar. Papa cabut kedudukanmu sebagai seorang presdir dan membawa kamu ke rumah sakit jiwa seperti dulu."ancam tuan besar dari seberang telepon.

"Gak mau, Pa. Gak mau."jawab William.

"Sekarang kamu ke tempat Papa. Ada hal yang penting yang ingin Papa sampaikan padamu."kata Tuan Besar Lewis tegas. William terdiam. Smart phone dikembalikan kepada Rey.

"Tuan Besar, sepertinya tuan muda menuruti perintah Anda."kata Rey.

"Bagus. Segera kemari. Orang pentingnya sudah datang."kata Tuan Besar Lewis menutup perbincangan.

Selesai menelpon dengan Papanya, William menelpon orang rumah. "Bibi, aku butuh bantuanmu."

"Baik, tuan muda. Bantuan apa yang tuan muda inginkan?"tanya Bibi, pembantu yang mengurus keperluan Ivy pertama kali waktu Ivy dibawa pulang oleh William.

"Kamu suruh salah satu pelayan di rumah ke sini mengurus Sherry dalam waktu sepuluh menit."perintah William tegas.

"Baik, tuan."kata Bibi patuh.

🥀.

Ivy terbangun. Tubuhnya lemah tak bertenaga. Kepalanya terasa pusing. Rasa mualnya terus menghinggapi. Ivy mengusap keningnya. Rasa sedih dan kesepian menggelayutinya. Ia berpikir bagaimana kedepannya nanti? Nasib dirinya dan anaknya. Dia seperti sampah yang berjalan di muka bumi. Ia bukan seorang gadis lagi. Ia seorang ibu hamil tanpa suami. Ia mengandung bayi tanpa bapak. Kalau bukan karena pertolongan William, mungkin ia bunuh diri. Entah dengan cara mengantung, tenggelam, atau jatuh ke jurang.

Tidak, Ivy menggelengkan kepalanya. Bunuh diri bukan jalan keluar. Ivy mengelus perutnya. Memang dirinya sekarang adalah sampah. Semua orang yang tahu identitasnya pasti merasa jijik dan tidak mau mendekatinya. Bahkan orang tua William yang awalnya menerimanya kini meninggalkannya. Ivy terdiam. 'Nak, walaupun dunia tidak mencintaimu, Ibu tetap mencintaimu.'batin Ivy sambil tersenyum getir.

"Nona."seseorang menyapa Ivy yang hanyut dalam kegundahan. Ivy menoleh. Orang yang menyapa Ivy adalah seorang gadis memakai pakaian pelayan. Wajahnya rata-rata. Bola matanya cerah dan berbinar-binar. Senyumnya terukir. Sepertinya ia orang baik. Wanita berpakaian pelayan itu adalah salah satu pelayan di rumah pribadi William.

"Ya?"sahut Ivy lemah. Dirinya tak bersemangat seperti biasanya. Wajahnya pucat. Bibirnya kering. Lehernya terdapat garis-garis kehamilan. Ivy menutup garis-garis kehamilan dengan rambut panjangnya yang bergelombang.

"Hm. Saya dikirim tuan muda untuk melayani Anda, Nona Sherry."kata pelayan itu, namanya Nita. Ia mengabdikan dirinya di keluarga Lewis sejak umur dua belas tahun mengikuti jejak orang tuanya, karena keluarga Nita yang miskin ditolong oleh keluarga Lewis.

"Terima kasih."kata Ivy lemah.

"Nona, ayo makan. Tuan muda William membelikan ini semua demi nona. Nona sedang hamil, nona harus menjaga kesehatan nona supaya anak yang dikandung nona sehat."nasehat Nita sambil menyuapkan nasi kepada Ivy.

Ivy tersenyum. 'Berlebihan sekali.'batinnya. Ivy perlahan-lahan makan dengan suapan pelayan kiriman William. Kali ini Ivy merasa beruntung. Meskipun ia layaknya sampah, ia merasa beruntung, ia dibawa William ke keluarga Lewis dan diperlakukan seperti seorang nona dari keluarga berkelas. Tidak seburuk Nita.

"Nama saya Nita, nona. Saya yang akan mengurus apa saja yang nona perintahkan. Saya yang bertanggung jawab atas keselamatan nona."kata Nita berulang-ulang.

"Terima kasih."kata Ivy pelan. Selesai makan semua makanan, Ivy minum obat. Rasa mual, pusing, dan letihnya perlahan hilang. Wajah pucatnya sirna, dan ia kembali bertenaga.

"Yeah. Aku sehat sekarang."kata Ivy bersemangat. "Mana si brengsek itu. Berani-beraninya meninggalkanku bersama seorang pelayan?"tantang Ivy. Nita tertawa kecil.

"Nona lucu..."komentar Nita. "Nita senang melayani nona yang bersemangat."kata Nita.

🥀

William menemui Papanya di perusahaan pusat. Ia bergegas ke ruangan Papanya. Di sana ada tamu yang tidak William duga-duga. Seorang wanita yang membuat William setengah gila, dan seperti orang yang tidak memiliki keinginan hidup. Sherry.

Bersambung