Chereads / Pengantin Yang Terbuang / Chapter 8 - Kembalinya Mantan

Chapter 8 - Kembalinya Mantan

William terkejut melihat sesosok Sherry kembali setelah lima bulan lamanya meninggalkannya, membuat hari-hari berharga William sia-sia. Apakah William masih mencintai Sherry atau malah membencinya?

''William, maafkan aku. Aku meninggalkanmu begitu lama. Aku menyesal meninggalkanmu. Pria yang ingin menikahiku meninggalkanku begitu saja. Hari-hariku kosong. Aku terus menunggu ia kembali. Tapi.'' Air mata Sherry menetes, badannya bergetar. ''William, akankah kita kembali seperti dulu? Kita mulai dari awal, ya?''pinta Sherry sambil memeluk William. Sebegitu mudahnya ia meminta maaf. Siapa yang dulu bersikap dingin pada William, membuat William seperti orang gila, menunggu di atas bebatuan karang sambil menyebut-nyebut namanya, bolak-balik masuk rumah sakit jiwa? Dada William terasa sesak.

Kehadiran Ivy yang semula William kira Sherry mengetuk pintu hatinya. Wanita yang terdampar di tepi pantai, dengan gaun pengantin yang koyak sana-sini telah mengisi relung hatinya, meskipun ia mengandung janin anak orang lain. William melepas pelukan dan mendorong Sherry jauh-jauh. "Sherry, tidak ada kata maaf untukmu. Aku jatuh cinta pada wanita lain. Tidak ada harapan untuk kembali."kata William tegas. Ia berbalik arah, keluar dari ruangan Papanya.

Papa William selaku Tuan Besar Lewis menyuruh asistennya menahan William. ''Berhenti.''

''William, kenapa kamu mencintai wanita yang tidak jelas asal-usulnya? Papa tidak keberatan wanita itu memakai identitas adikmu. Tapi, kalau kamu mencintai dan ingin menikahinya, apa kata orang-orang di luar? Tuan muda dan nona muda menikah. Mereka saudara sekandung dan sedarah menikah.''kata Tuan Lewis.

''William, jangan tinggalkan aku.''kata Sherry sambil terisak-isak.

''Papa, sesulit apa pun rintangan yang harus kuhadapi, akan kulalui biarpun harus menyeberangi lautan luas.''tekad baja William. Papanya tak mampu berkata-kata. Sherry juga terdiam. ''Permisi.''kata William seraya keluar dari ruangan.

''Om Lewis, seperti apa wanita yang dicintai William? Benarkah wanita itu hamil anak orang lain?''tanya Sherry, tatapannya nanar, ingin membalaskan rasa sakit hatinya. Tuan Besar Lewis mengangguk.

''Wanita itu beridentitas Ivy. Ia ditemukan William di tepi pantai waktu dia putus asa mencarimu. Ia mengira wanita itu kamu. Semula, aku tak keberatan menerimanya, tapi dokter menvonisnya hamil dua bulan. Wanita macam apa itu? Anakku adalah pewaris keluarga Lewis. Tidak boleh ada anak haram di dalam keluarga Lewis. Memeliharanya sama saja memelihara sampah masyarakat.''kata Tuan Lewis berapi-api, sakit darah tingginya kambuh. Para bawahannya panik. Asistennya segera membawakan obat untuk meredakan penyakitnya.

Sherry tersenyum licik. Aku mau lihat seperti apa rupa wanita itu sehingga William melupakanku.

🥀

Kalya pov

Akhirnya aku keluar dari rumah sakit. Pelayan kiriman William mengantarku pulang dengan mobil milik William yang nganggur di garasi rumah pribadi William.

Aku kembali ke habitatku! Sebuah apartemen bobrok. Nita memarkirkan mobil, mengundang perhatian orang sekitar. Mereka berkumpul mengerumuni mobil.

"Woi, kalian ngapain?"omelku. Nita tertawa. Ia turun duluan. Nita membukakan pintu, dan mengawalku turun.

"Ayo nona."kata Nita sopan. Nita dididik sebagai pelayan profesional. Orang kecil sepertiku diperlakukan seperti nona dari keluarga kaya raya. Aku merasa risih.

"Hm, Nita. Kita seperti teman saja. Aku malu."ungkapku. Aku merasa tidak lebih baik dari Nita. Aku hanyalah wanita yang ditemukan seorang William di tepi pantai dengan gaun koyak sana-sini.

"Jangan gitu, non. Tuan muda bisa memecatku."kata Nita. Ia terus menggandengku sampai kamar.

Oh, tidak! Di kamar sudah ada yang datang.

"Ivy!" William memelukku dengan erat, seakan ada magnetnya. Ia memelukku lama. Mungkin ada masalah yang ia pikirkan.

''Tumben, kamu manggil aku Ivy.''godaku. Wajah William bertambah suram. ''Maaf, kamu lagi ada masalah apa?''tanyaku.

''Hm, orang itu kembali.''jawab William.

''Orang itu? Siapa? Mantanmu? Syukurlah, ia kembali!"kataku yang tidak menegerti situasinya.

William duduk di atas kasurku sambil menghela nafas panjang. Masalahnya tidak sesederhana itu. ''Aku gak suka sama dia.''tutur William.

''Eh? Kenapa?''tanyaku heran. ''Bukannya kamu nyariin dia selama ini?''

''Aku jatuh cinta pada wanita lain.''ungkap William.

''Ya ampun, William. Terus waktumu selama ini buat nunggu dia apa faedahnya?''kataku sambil tertawa kecil.

''Buat apa? Aku gila gara-gara dia. Aku kehilangan waktu emasku gara-gara dia. Dia meninggalkanku gara-gara gak cinta sama aku. Dia kembali karena ditinggalkan sama orang yang dicintainya. Dia pikir aku itu apa? Tempat pelampiasannya? Mainannya? Cih, semua wanita begitu. Sama sekali gak dewasa. Mau ambil keuntungannya. Aku gak suka sama cewek kaya gitu.''ucap William penuh ekspresi.

''Se-serius?''kataku.Aku tidak bisa menyalahkan perasaan William. William bernasib sama sepertiku. Sherry, wanita yang terlanjur dicintainya, terlanjur disayanginya, terlanjur nyaman dengannya, saat serius, tiba-tiba minta pisah. Orang macam apa itu?

Aku duduk di samping William. Aku tepuk pundaknya. ''William, aku bukanlah orang baik. Tapi, aku sebagai teman turut sedih mendengar ceritamu. Aku juga merasakan yang sama. Di memoriku ada sepotong demi sepotong kejadian yang mirip denganmu. Mengingatnya membuat rasa takut tak terkira. Rasanya seperti jatuh dari ketinggian.''ucapku. DEG! Dadaku terasa sesak. Memori masa laluku berputar-putar dalam pikiranku. Aku merasa sangat pusing. Kepalaku terasa berat. Mataku berkunang-kunang. Aku pun ambruk.

''Nona!"pekik Nita.

''Ivy!"pekik William.

🥀

Kamu seperti sampah. Sampah. Habis manis sepah dibuang. Kamu adalah sampah. Sampah sepertimu pantas dimusnahkan.

Bayangan wanita dan pria berdiri di hadapanku. Si wanita menyeringai lebar. Menertawakanku. Sedangkan aku menangis tersedu-sedu.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Keesokan harinya

"Nona, tadi malam Tuan muda pulang setelah nona tertidur di pangkuannya."lapor Nita. Nita memasak makanan yang hm harum baunya dan mengundang selera makan. Nita ditugaskan William menjaga Ivy dan melayani Ivy sampai suasana di keluarganya tenang.

"Apa? Tidur di pangkuan William? Aku mengeluarkan air liur gak? William gimana?"kata Ivy panik kuadrat. Baru pertama kali dirinya tidur di pangkuan cowok, dan cowok itu adalah orang kaya.

"Hehe. Nona kok panik banget. Tuan Muda justru mencium Nona waktu Nona tertidur pulas. Aku gak kuat lihatnya."lapor Nita sambil tertawa malu.

"William brengsek!"kata Ivy berapi-api. "Beraninya dia mencuri kesempatan waktu aku tidur. Lihat, bagaimana aku membuat perhitungan denganmu."

Ivy jalan ke kamar mandi seperti gajah lewat. Buminya bergetar. Nita tertawa melihat aura marah nonanya.

"Nona dan Tuan muda sama-sama malu, padahal sebenarnya saling mencintai. Nona, semoga anak yang dikandung nona sehat, ya."do'a Nita lirih.

Beberapa menit kemudian

"Nona, setelah sarapan, aku yang mengantar Nona ke kantor."kata Nita.

Makanan yang tersaji di atas meja makan semuanya serba sayuran dan sea food. "Ini semuanya untukku?"tanya Ivy.

Nita mengangguk. "Tuan Muda yang belikan terkhusus untuk Nona."kata Nita.

"Ah." Diam-diam Ivy memuji kebaikan William. Hal itu tersirat dari wajahnya yang bersemu malu.

Bersambung