Happy Reading
"Hai Reysha! Lu disini juga?" sapa Ditha.
"Iya, lu mau ketemu Robin kan?" Ditha mengangguk.
"Oh yaudah gue duluan ya. Robin gue pulang dulu, yang baik lu," pamit Reysha.
"Iya, hati-hati, Rey." Reysha mengangguk dan ia pun pulang.
Setelah melihat Reysha pulang, Ditha pun masuk ke kamar Robin, karena memang tujuan ia datang ke sini untuk menemui Robin.
"Ada apa, Tha?" tanya Robin penasaran.
"Gue kesini karena khawatir lu kenapa-napa." Robin yang mendengarnya pun langsung memasang muka bingung
"Tadi lu di sekolah ngelamun mulu, yah gue pikir lu pasti ada masalah," lanjut Ditha.
"Oh pas di sekolah toh. Gue kan ikut klub basket, jadi yah gue takut nanti ga kepilih jadi pemain inti," Robin menjelaskan alasannya kepada Ditha dan Ditha lega mendengarnya.
"Huftt, untunglah. Gue kira masalahnya serius." Robin tersenyum melihat kedua sahabatnya mengkhawatirkan dia.
"Tenang elah, Tha. Gue udah gapapa kok. Nih, gue bisa senyum." Ditha pun ikut tersenyum.
"Iya, iya. Kalo gitu gue pulang dulu ya, lagian gue ke sini cuma mau mastiin aja," kata Ditha.
"Oh yaudah hati hati." Ditha mengangguk dan keluar dari kamar Robin.
'Hufttt sorry, Tha. Gue ga bisa cerita yang sebenarnya.' Robin tidak bisa menceritakan yang sebenarnya pada Ditha, karena ia takut Ditha tidak bisa menjaga rahasianya. Dulu Robin pernah menceritakan rahasianya pada Ditha, dan rahasia itu terbongkar karena Ditha tidak sengaja ngomong.
Ditha pulang dengan membawa makanan yang diberikan oleh Bunda Robin. Tentu sekarang Ditha sudah lega dan ceria, karena dia sudah tau penyebab Robin melamun.
Reysha sudah sampai dirumahnya, dan ia juga membawa makanan yang diberikan oleh Bunda Robin.
"Loh Dek, ini makanan dari siapa?" tanya Devan, kakak cowo Reysha.
Reysha hanya mempunyai satu kakak cowo, jadi Reysha adalah anak paling kecil.
"Dari Bunda," jawab Reysha.
"Owh, lu habis dari rumah Robin, toh. Taruh piring, Dek, makanannya," pinta Devan.
"Apa? Ga kedengeran, tuh," balas Reysha.
"Iya, iya. Dek, 'tolong' taruh piring dong makanannya," ulang Devan karena ia lupa memakai kata tolong.
Reysha pun mengambil piring, lalu menaruh makanannya di piring. Tidak lupa juga, Reysha mengambil minum.
"Nih, Kak." Reysha memberikan gelas yang berisi air putih pada kakaknya.
"Thank you." Reysha hanya mengangguk.
"Dek," panggil Devan.
"Apa?" Reysha memasang tampang kesal karena ia tau, kakaknya itu ingin menyuruhnya lagi.
"Elah santai dong, mukanya. Gue cuma mau ajak mabar doang." Devan tau adiknya pasti berpikiran, ia akan menyuruhnya lagi.
"Ohhh, kirain mau nyuruh lagi. Mabarnya habis makan aja," kata Reysha.
"Oke." Mereka pun lanjut memakan makanan dari Bunda Robin.
Hari sudah pagi. Ditha sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Karena memang Ditha datangnya awal.
Setelah selesai bersiap, Ditha ke ruang makan untuk sarapan. Di sana, sudah ada Papi dan Mami Ditha yang sedang sarapan.
"Eh, sayang. Kamu sarapan dulu, kan?" tanya Mami pada Ditha.
"Iya, Mi." Ditha langsung duduk di kursi yang memang biasa ia duduki saat makan.
"Nih, rotinya." Mami Ditha memberikan roti pada Ditha.
"Makasih, Mi." Mami Ditha hanya tersenyum.
"Oh iya, Nak. Kemarin Mami liat, ada makanan. Itu dari siapa?" Orangtua Ditha memang tidak ada di rumah kemarin.
"Itu dari Bunda, Mi. Kemarin Ditha ke rumah Robin," jawab Ditha.
"Ohhh, yaudah cepat makannya." Ditha memakan makanannya, setelah selesai Ditha berangkat bersama Papinya ke sekolah.
Reysha sudah sampai di depan sekolah. Ia pun turun dari mobil Kakaknya.
"Makasih atas tumpangannya," kata Reysha pada Kakaknya.
"Iya, hati-hati. Kakak duluan." Mobil Devan pun berjalan meninggalkan sekolah Reysha.
Setelah mobil Kakaknya sudah pergi, Reysha langsung masuk ke sekolahnya. Saat sedang jalan, tiba-tiba Robin datang dengan motornya.
Robin memarkirkan motornya lalu menghampiri Reysha.
"Bareng, Rey," ajak Robin.
"Bentar, gue nunggu si bungsu," kata Reysha.
Reysha dan Robin menunggu Ditha agar mereka ke kelasnya bareng. Ditha memiliki julukan 'si bungsu', karena diantara mereka bertiga, Ditha yang paling muda. Tentu yang paling tua adalah Robin.
Tidak lama kemudian, mobil Papinya Ditha datang. Ditha pun turun dan pamit pada Papinya.
Lalu ia masuk ke sekolah.
Melihat Reysha dan Robin berdiri seperti menunggu kedatangannya, Ditha pun langsung menghampiri mereka.
"Nah, datang juga," kata Robin pada Ditha.
"Hehe, sorry lama." Mereka bertiga pun ke kelas.
Setelah sampai di kelas, mereka menaruh tasnya di bangku masing-masing.
"Eh, ga ada pr, kan?" tanya Robin.
"Ga ada." Robin lega mendengarnya.
"Robin, lu kapan tanding basket?" tanya Ditha.
"Minggu depan," jawab Robin. "Lu pada nonton tanding basketnya, kan?" tanya Robin.
"Iya, entar gue ama Ditha nonton," jawab Reysha.
"Tenang, Bin. Lu pasti terpilih jadi pemain inti," ucap Ditha menyemangati Robin.
"Iya, thanks, Tha." Ditha membalasnya dengan senyum.
Mereka berbincang-bincang, sampai bel masuk berbunyi. Guru jam pertama pun masuk, anak-anak langsung mengeluarkan buku dan pulpen mereka.
Guru jam pertama adalah Bu Suci, ia mengajar mata pelajaran fisika.
"Anak-anak hari ini kita ulangan." Satu kelas langsung terkejut mendengar pernyataan Bu Suci.
"Loh, kok pada kaget. Belum pada belajar, ya?" tebak Bu Suci yang menusuk ke jantung karena apa yang dikatakannya benar.
"Baiklah, Ibu beri waktu dari sekarang," kata Bu Suci.
"Dari sekarangnya berapa lama, Bu?" tanya salah satu murid.
"Bu, kita kalo ngomong ga bisa pake batin, Bu," saut lagi murid yang lain.
"Hahahaha," tawa Bu Suci.
"Bu, jangan ketawa aja, Bu. Jadi berapa lama?" saut murid lain dengan nada kesalnya.
"Tenang, jangan tegang. Ibu hanya bercanda. Hari ini tidak ada ulangan, minggu depan baru ulangan hariannya," jelas Bu Suci, tentu seluruh murid 11 IPA II lega dan juga kesal.
"Ya ampun, Bu. Kalo bercanda jangan gitu, Bu. Kita jadi jantungan, nih," saut Robin.
"Iya, iya. Sekarang buka buku kalian, kita mulai belajarnya. Karena hari ini tidak jadi ulangan, kita ganti dengan kuis. Tenang, kalian boleh liat buku, tapi Ibu akan tunjuk. Orang yang terpilih, maju ke depan," jelas Bu Suci.
"Berarti tadi memang mau ulangan, Bu?" tanya Ditha.
"Iya, tapi karena sepertinya kalian belum pada belajar, yah Ibu tunda."
"Bu Suci, memang guru idaman," puji murid 11 IPA II.
"Bisa aja, kalian. Tapi Ibu tau pujian itu bertujuan agar Ibu tidak jadi mengadakan kuis."
"Hufttt, Ibu sangat jahat," saut Robin dan diangguki oleh yang lainnya.
"Yang mau jawab pertanyaannya, akan Ibu traktir."
"Eh, siapa tadi yang bilang Bu Suci jahat?!" saut murid lain.
"Tau nih."
"Tadi aja kalian setuju, pas mau ditraktir baru berubah," saut Reysha.
"Ampun Rey, kita hanya bercanda."
"Terkadang omongan Reysha, suka menusuk," saut Pandu, salah satu murid 11 IPA II yang menyukai Reysha. Dulu dia pernah menyatakan cinta pada Reysha, tetapi cintanya ditolak.
"Yang penting lu masih hidup, kan?" balas Reysha tajam.
"Uhukkk. Bu, hati saya sakit, Bu," kata Pandu sambil memegang hatinya dengan muka kesakitan.
"Lebay," saut satu kelas.
"Udah, udah. Ayo cepat, siapa yang mau jawab pertanyaan nomor satu?" Satu kelas langsung mengangkat tangannya dengan cepat. Karena mereka tidak lupa dengan hadiah yang akan diberikan Bu Suci, bila ada murid yang ingin menjawab pertanyaannya. Kecuali Reysha yang tidak tertarik dengan hadiahnya, hanya duduk tanpa mengangkat tangannya.
Jam pelajaran Bu Suci pun berganti menjadi jam pelajaran bahasa Indonesia. Bu Lia selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia, masuk ke kelas 11 IPA II.
"Anak-anak, buka buku paket kalian. Kita akan melanjutkan materi minggu lalu."
"Iya, Bu." Anak-anak langsung membuka buku paketnya.
"Baiklah, Ibu akan menjelaskan materi minggu lalu terlebih dahulu." Bu Lia pun menjelaskan materinya, anak-anak mendengarkannya dengan seksama.
Jam pelajaran terus berlanjut. Bu Lia menerangkan materinya pada anak muridnya. Setelah selesai, Bu Lia memberikan tugas kepada mereka.
"Anak-anak, seperti biasa. Setelah menjelaskan materi, Ibu akan memberikan tugas. Ibu akan bagikan tugasnya." Bu Lia pun membagikan tugasnya kepada mereka.
"Dikerjakan di kertas folio, pertemuan selanjutnya dikumpulkan ya."
"Siap, Bu," saut murid 11 IPA II.
"Baiklah, sekarang kalian boleh istirahat." Anak-anak pun langsung keluar untuk istirahat.