Happy reading, All
Setelah diperbolehkan untuk istirahat oleh Bu Lia, Robin cs a.k.a Robin, Ditha, dan Reysha akhirnya pergi ke kantin untuk makan. Seperti biasa, mereka akan memesan nasi goreng dengan es teh manis sebagai minumannya.
"Reysha, lo cari tempat duduk, ya?" kata Ditha.
"Okey," jawab Reysha.
"Bin, ayo temenin gue mesen makanan," pinta Ditha pada Robin.
"Dih, ogah! Sendiri kan bisa," tolak Robin. Kasihan sekali Ditha ini, selalu ditolak oleh Robin hahahaha.
"Ck! Tangan gue cuma dua, Bin," kata Ditha.
"Ya, siapa bilang kalo tangan lo ada sepuluh?" jawab Robin santai.
Reysha? dia mah udah biasa nontonin Ditha dan Robin bertengkar kecil.
"Ya, lu bantuin gue lah nanti bawa nasi gorengnya!" kata Ditha ngegas.
"Ck! Iya-iya, dasar bawel," kata Robin malas dan Ditha tersenyum lebar karena merasa menang debat dengan Robin.
"Yaudah, yuk mesen!" ajak Ditha sambil menarik tangan Robin.
Yang diseret pun hanya pasrah dengan keadaan. Sementara itu, Reysha sudah menemukan tempat duduk. Namun, tiba-tiba ada genk yang paling Robin, Ditha, dan dirinya benci. Mereka langsung duduk di tempat yang Reysha temukan tadi.
Ya, nama genk itu adalah Ijo Lumut. Alay memang karena kepanjangan dari Ijo Lumut adalah "Ikatan Jomblo Lucu dan Imut."
Mereka genk cewe-cewe kecentilan. Namanya doang Ikatan Jomblo Lucu dan Imut. Tapi, malah 'kecentilan' dan 'busuk'. Mereka ini seringkali tebar-tebar pesona dengan kakak kelas dan bodohnya, kakak kelas malah pada tertarik sama ni genk kecentilan, cih!
"Heh! Ini tempat, gue duluan yang nemu!" kata Reysha kesal.
"Tapi, yang nempatin duluan kan kita," kata salah satu anggota genk itu dengan santai.
"Eh ada apa, Rey? Trus ini kenapa ada si cabe?" tanya Ditha yang baru datang dan disusul Robin di belakangnya.
"Tadi, gue duluan yang nemu ini tempat. Tapi, malah mereka dudukkin," kata Reysha kesal.
Ditha yang mendengar itu pun langsung tersulut emosi. Bukan sekali dua kali aja genk sialan ini nempatin tempat duduk Robin cs. Tapi, berulang-ulang kali. Awalnya sih, Robin cs cuma diem aja. Tapi, makin kesini, mereka makin ngelunjak.
"Heh, cabe! minggir lu!" perintah Robin.
"Dih siapa lu? Sejago apa lu nyuruh-nyuruh kita pergi?" kata ketua genk Ijo Lumut.
"Dari kemarin, kita udah sabar ngehadapin lu semua. Sekarang, gue gak bisa sabar lagi. Jadi, sebelum kalian gue kasarin, cepat pergi dari sini," kata Reysha dengan ancamannya.
"Lho? Kan kita yang dudukkin duluan. Jadi, lo udah gak ada hak apa-apa," kata ketua genk itu.
Jadi, genk Ijo Lumut berisi 5 anggota.
Ketuanya itu bernama Dara dan 4 lainnya bernama Laras, Naya, Keisha, dan Cella.
"Ya tapi kan, Reysha duluan yang nemu, dasar cabe," kata Ditha ngegas.
"Berani lo ya manggil kita cabe?" kata Naya. Naya ini udah jadi musuh bebuyutan Ditha. Gatau kenapa, Ditha kalau liat Naya, bawaannya pengen nyakar aja gitu.
"Ya berani, lah! Emang lo siapa? Lo itu bukan Tuhan, yang harus gue takutin. Lo itu cuma cabe kegatelan. Udahlah, Rey, Bin, kita pergi aja. Males juga gue ngurusin cabe. Takut nyempil," kata Ditha dan mereka bertiga pergi. Sementara itu, Ijo Lumut menatap mereka tajam.
Bisa-bisanya, Ditha, si bocah itu ngehina mereka. Gila, pikirnya.
Beruntung ada yang baru selesai makan. Jadi, tempatnya bisa diduduki oleh Robin cs.
"Gila Ditha! Bisa savage juga lu?" kata Robin bangga. Akhirnya, Ditha, si bocah manja ini, bisa ngeluarin kata-kata yang mungkin bisa menusuk hati genk Ijo Lumut.
"Hmmm, diajarin Reysha. Katanya, gue ga boleh takut-takut ngeluarin kata-kata menyakitkan. Trus juga kata Reysha, kalo mau nyakar muka si Naya, ya cakar aja," jelas Ditha.
"Iyalah! Lo kalau sama mereka jangan sungkan sungkan. Kalo lo mau nyakar mereka, cakar aja," kata Reysha.
"Wah, sesat juga lo, Sha," kata Robin.
"Ya, tapi bener sih. Tadi mah, harusnya lu cakar aja, Tha," lanjut Robin.
"Udah-udah! Makan dulu. Nanti keburu bel masuk," kata Reysha dan diangguki kedua sahabatnya.
.
.
.
.
Sekarang Robin cs sudah ada di tempat duduknya masing-masing. Saat ini, waktunya pelajaran ekonomi yang dimana, guru bidang studi ekonomi itu sangat membosankan 'bagi yang gak suka sama mapel ini sih.'
Pak Farhan udah masuk ke kelas, itu artinya pelajaran akan segera dimulai.
.
.
.
.
Selama pelajaran berlangsung, ada beberapa siswa siswi yang ketiduran. Mungkin karena saking bosannya. Jadi, mereka mendapat hukuman dari Pak Farhan. Hukuman yang diberi Pak Farhan adalah membersihkan seluruh toilet di sekolah itu. Kejam sih...
Setelah Pak Farhan keluar kelas, Robin cs berkumpul untuk ghibah. Sebenarnya sih, hanya Ditha doang paling yang ghibah. Sementara dua yang lainnya hanya mendengarkan.
"Uhhh.... Untung aja, gue gak jadi tidur, tadi. Kalau gue tidur, gue juga harus bersihin toilet toilet di sekolah ini dong? Huaaa puji Tuhan, gue gak jadi tidur," kata Ditha.
Tadi, Ditha hampir saja ketiduran. Tapi, untungnya gak jadi karena dipelotot-in sama Robin.
'Oke, kayaknya besok, Ditha harus traktir Robin dalam rangka bentuk terima kasih karena sudah mem-plototi diriku.' kata Ditha dalam hati.
"Lain kali, jangan tidur tidur lagi deh, Tha," kata Robin.
"Emang tadi si Ditha mau tidur?" tanya Reysha. Ya, dia memang gak tau karena dia lagi fokus memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh Pak Farhan.
"Yoi. Tapi gue pelotot-in. Jadi, dia gak tidur hahahaha," kata Robin sambil tertawa.
"Huhuhu, thanks ya, Bin. Besok gue traktir lo, deh," kata Ditha.
"Bener ya?" kata Robin ragu dan diangguki oleh Ditha.
"Robin doang, ni? Gue ngga?" kata Reysha.
"Kan lo kemarin udah di Cafe Triangle," kata Ditha santai dan Reysha nge-poutin bibirnya.
.
.
.
.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, mereka pun bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing.
Robin cs melewati lorong sekolah. Tapi, lagi dan lagi, genk Ijo Lumut yang menyebalkan itu menampakkan diri di hadapan mereka. Rasa ingin mencakar Naya pun semakin besar dalam diri Ditha. Tetapi, ia tahan dulu.
"Misi," kata Reysha.
"Gak akan gue minggir sebelum lo semua minta maaf ke kita," kata Dara.
"Ngapain kita minta maaf ke kalian?" kata Robin.
"Ya, kalian kan tadi ngatain kita cabe," kata Cella.
"Nah, khusus buat lo, anak manja. Lo harus minta maaf sambil sujud," kata Naya sambil menunjuk Ditha.
"Cuih! Najis banget gue sujud sujud sama lo pada. Sorry, gue gak ada waktu buat kalian, wahai sampah masyarakat," kata Ditha sambil menekan kalimat 'sampah masyarakat'.
"Oh masih berani lo, ya?" kata Naya menantang.
"APA?! MAU TAMPAR GUE?! NIH TAMPAR!" kata Ditha lebih menantang.
Lalu Naya yang sudah tak tahan pun ingin menampar Ditha tapi tangannya tertahan oleh Reysha.
"Jangan berani berani nya lo nyentuh adik kita!" kata Reysha penuh penekanan di setiap kata nya.
"Udah, mending lo pada nongkrong di lampu merah, deh," kata Robin lalu menarik tangan kedua sahabatnya untuk pergi dari situ.
"KURANG AJAR YA LO!!" teriak Laras.
.
.
.
.
"Lo gak apa-apa kan, Tha?" tanya Robin.
Ditha tersenyum lembut dan menjawab, "Gak kok, gue gak apa-apa."
"Gila kali tuh orang, berani-berani nya mau nampar Ditha," kata Reysha masih emosi.
"Udah, Rey. Tenang dulu," kata Robin mengelus bahu Reysha bermaksud untuk menenangkan.
Ditha terpaku melihat tangan Robin mengelus lembut bahu Reysha. Ada perasaan iri dari dalam hatinya. Tapi, tak lama kemudian, ia hempas rasa itu jauh-jauh.
'Tha, gak ada yang perlu dicemburuin! Kita bertiga ini sahabat!' kata Ditha dalam hati.
"Mmm ... Sha, thanks ya, tadi udah ngelindungin gue. Padahal tadinya, kalau si Naya berani nampar gue, gue bakal cakar tu anak," kata Ditha dengan cengirannya.
"Gak! Mau lo bales kek atau apa kek, pokoknya kalau dia berani-beraninya nyentuh lo, gue yang bakal maju," kata Reysha.
"Iya deh, iya," kata Ditha.
"Yaudah, yuk balik!" kata Robin dan diangguki dua sahabatnya.