Happy reading
Mereka bertiga tidak langsung pulang, tetapi mereka mampir ke rumah Robin.
"Bunda, Robin pulang," kata Robin. Reysha dan Ditha mengikuti Robin dari belakang.
"Udah pulang, nih. Eh, ada kalian berdua," kata Bunda.
"Iya, Bun. Kita mampir ke sini bentar, bosen kalo langsung pulang," saut Ditha.
"Kebetulan Bunda juga lagi masak banyak, kalian makan di sini aja," pinta Bunda.
"Bunda lagi masak?" tanya Reysha, "mau dibantu ga, Bun?" lanjut Reysha.
"Terserah kamu aja," jawab Bunda.
"Bunda aku mau bikin puding, dong," saut Ditha.
"Boleh, tapi Bunda lagi ga ada bahannya," kata Bunda.
"Aku beli dulu, deh," kata Ditha.
"Sendiri lu?" tanya Robin.
"Iya."
"Gue temenin, deh," kata Robin.
"Oke."
Bunda dan Reysha ke dapur untuk memasak, sedangkan Robin dan Ditha pergi keluar untuk membeli bubuk puding.
Robin dan Ditha jalan kaki ke mini market, karena jarak mini market dengan rumahnya tidak begitu jauh.
Sesampainya di mini market, Ditha langsung pergi untuk mengambil bubuk puding. Robin pergi untuk mengambil susu kotak. Setelah mengambil, Robin langsung menghampiri Ditha.
"Tha, udah milihnya?" tanya Robin.
"Robin, mau beli berapa rasa, ya?" tanya Ditha balik.
"Beli semua rasa, aja," saran Robin.
"Yaudah, oke," kata Ditha.
"Tha, gue mau beli cemilan dulu." Ditha pun mengangguk.
Ditha mengikuti Robin untuk membeli cemilan. Setelah mengambil cemilan, mereka pergi ke kasir untuk membayar.
"Tha, biar gue aja yang bayar," ucap Robin.
"Eh, ga usah. Gue aja," balas Ditha.
"Udah, gapapa," kata Robin.
"Kan, gue yang beli tadi," kata Ditha.
"Udah diam aja, biar gue yang bayar." Ditha hanya bisa diam dan membiarkan Robin yang membayar.
Setelah membayar, mereka pun pulang dengan membawa belanjaannya.
"Berat, ga?" tanya Robin.
"Ga, gue kuat," jawab Ditha.
"Ga, percaya, tuh." Ditha menatap kesal ke Robin.
"Udah sini, gue yang bawa." Robin menghentikan langkahnya dan Ditha pun ikut berhenti.
"Gue ku-" Omongan Ditha terpotong karena Robin langsung mengambil belanjaan dari tangan Ditha.
"Jangan bawel, deh," ucap Robin dan Ditha lagi-lagi hanya bisa diam.
Mereka pun melanjutkan jalannya sampai rumah.
Bunda dan Reysha sedang berkutik di dapur. Reysha memang selalu membantu Bunda masak.
"Bun, ini ga mau ditambahin garam?" tanya Reysha.
"Kalo menurut kamu kurang, ya, tambahin, aja," jawab Bunda.
Reysha pun mencicip makanannya. Menurut Reysha setelah mencicipinya, memang harus ditambah.
Bunda menaruh masakannya ke piring, lalu dipindahkan ke meja makan. Reysha pun juga menaruh makanan yang sudah ditambahkan garam.
Robin dan Ditha pun pulang membawa belanjaan.
"Masak pudingnya habis makan nasi aja," kata Bunda.
"Iya, Bun." Ditha menaruh barang belanjaan ke dapur dan Robin menaruh susu yang dia beli ke dalam kulkas.
Mereka pun menyantap makanan yang sudah dihidang. Masakan Reysha dan Bunda memang tidak pernah tidak enak.
Selama makan, mereka hanya diam, karena Bunda tidak suka saat makan ada yang berbicara.
Makan pun selesai, mereka menaruh piring kotor ke dapur. Ditha juga sedang di dapur, karena ia ingin membuat puding.
"Reysha, lu mau dicampur coklat diatasnya atau rasa mangga aja?" tanya Ditha.
"Campur coklat," jawab Reysha.
"Eh, punya gue coklat aja," saut Robin yang baru datang dari ruang makan.
"Iya," jawab Ditha.
Ditha pun lanjut membuat puding. Dia memotong bungkus bumbunya, lalu memasukkan bumbunya ke panci yang sudah diberi air panas. Ditha mengaduk-aduk agar tidak menggumpal. Setelah ia rasa cukup, Ditha pun menuang ke wadah lalu dimasukkan ke kulkas.
"Gue kira lu ga bisa bikin puding, Tha," saut Robin.
"Udah bisa, tuh. Kan, diajarin Reysha," kata Ditha.
"Dulu aja lu, disuruh motong mangga malah ga bisa," kata Robin.
"Itu dulu, Bin!" kesal Ditha
"Yang penting Ditha mau belajar, ga kayak lu," timpal Reysha.
"Enak aja, lu. Gue bisa masak, ya. Tapi gue emang malas aja," kata Robin sambil cengengesan.
"Kasih garam aja puding yang bagian Robin, Tha," ucap Reysha.
"Siap, siap." Ditha menyetujui usul Reysha.
"Eh, jangan, dong." Reysha dan Ditha hanya tertawa melihat Robin.
Reysha dan Robin pergi dari daerah dapur untuk ke ruang tengah.
Ditha mencuci tangannya dulu, lalu ikut pergi ke ruang tengah untuk menonton tv, sembari menunggu puding.
"Reysha, main play station, yuk," ajak Robin.
"Yaudah." Robin pun menghidupkan play stationnya.
"Tha, lu mau ikut main?" tanya Robin.
"Lu tau, kan. Kalo gue ga bisa main." Robin membalasnya dengan tawa, dan tentu Ditha kesal.
"Oh, iya, Rey. Gue mau nyalin catatan yang ketinggalan, dong," ucap Ditha.
"Ambil aja, bukunya ada di tas," ucap Reysha.
"Oke."
Ditha mengambil buku Reysha lalu menyalin catatan yang tidak sempat ia tulis karena ketinggalan.
Robin dan Reysha sedang bermain play station. Reysha memang seorang wanita, tetapi ia sangat jago bermain game.
"Rey, jangan maju dulu," ucap Robin.
"Penakut banget lu," saut Reysha kesal.
"Bukan penakut, tapi gue hati-hati," elak Robin dan Reysha hanya diam.
"Tembak, Rey! Tembak!" seru Robin.
"Bin, itu senjatanya," kata Reysha dan Robin mengangguk.
"Nih, ada cemilan," kata Bunda yang baru datang dari dapur untuk menaruh cemilan di ruang tengah.
"Iya, Bun, makasih," ucap Ditha.
"Robin, kamu mau susunya?" tanya Bunda.
"Iya, Bun, mau." Bunda pun pergi ke dapur untuk menuang susu, tentu bukan buat Robin saja tetapi buat Reysha dan Ditha juga.
Bunda balik ke ruang tengah lagi untuk menaruh susu yang sudah ia dituang.
"Ini susunya diminum, ya," kata Bunda.
"Iya, Bun," saut Robin, Reysha, dan Ditha kompak.
"BUNDA! ARKAN PULANG!" teriak Arkan, adik Robin.
"BERISIK!" teriak Robin kesal.
"ABANG YANG BERISIK!" teriak Arkan balik.
"LU YANG BERISIK!" balas Robin kesal.
"Kakak sama adik sama sama bodoh," saut Reysha.
"Eh, ada 2 kakak cantik, toh," kata Arkan.
"Trus tadi lu kira kita hantu gitu?" tanya Reysha dengan muka datarnya.
"Ga liat, Kak, hehe," jawab Arkan nyengir.
"Arkan, kamu ganti baju cepet!" perintah Bunda.
"Iya, Bun." Arkan langsung ke kamarnya untuk ganti baju.
"Tha, lu udah selesai?" tanya Reysha.
"Dikit lagi." Reysha lanjut main lagi.
"Kalian pulangnya jangan malam-malam, ya," saut Bunda.
"Siap, Bun," saut Reysha dan Ditha.
Tidak lama kemudian Arkan datang dari kamarnya dan ikut bermain play station dengan Robin dan Reysha. Ditha yang tadinya tidak mau, dipaksa oleh Arkan untuk ikut main. Akhirnya mau tidak mau, Ditha terpaksa ikut main.
Ditha sering sekali diganggu oleh adiknya Robin, sampai-sampai Ditha kesal.
"Kak Ditha payah, nih," omel Arkan.
"Kan gue udah bilang, kalo gue ga bisa," ucap Ditha kesal.
"Masa kalah sama anak SMP," gumam Arkan.
"ARKAN!" teriak Ditha kesal.
"Hahaha." Arkan hanya tertawa puas melihat Ditha kesal. Bukan hanya adiknya saja yang tertawa, tetapi abangnya juga.
Mereka berempat bermain sampai hari sudah mulai gelap, dan tentu Ditha tetap dijahili Arkan karena Ditha memang tidak bisa main game.
"Bunda, Bunda," panggil Ditha dan Bunda menengok ke Ditha.
"Kita pulang ya, Bun," kata Ditha.
"Udah selesai mainnya?" Ditha mengangguk.
"Kalian lama banget mainnya, sampai udah malam." Ditha hanya nyengir saja.
Reysha sedang di dapur untuk bungkus puding yang masih tersisa untuk kakaknya. Setelah selesai membungkus, Reysha ke ruang tengah.
"Kalian pulang sendiri?" tanya Bunda.
"Aku dijemput Devan, Bun," ucap Reysha.
"Oh, yaudah, Robin, kamu anterin Ditha, ya?" ucap Bunda.
"Bentar, Robin ambil kunci motor dulu." Robin ke kamarnya untuk mengambil kunci motor.
"Bun, aku duluan, ya. Mobil Devan udah di depan," pamit Reysha.
"Iya, hati-hati," saut Bunda.
Robin pun keluar dari kamarnya dan mengantar Ditha pulang, tentu mereka pamit terlebih dahulu.
Reysha pulang terlebih dahulu dengan kakaknya. Reysha sudah menelpon Devan untuk menjemputnya di rumah Robin.
"Kak, ini gue bawain puding," kata Reysha.
"Iya, makasih," balas Devan.
"Kak, stok cemilan masih ada?" tanya Reysha.
"Tinggal dikit, sih," ucap Devan.
"Yaudah kalo gitu, kita mampir bentar ke mini market." Devan mengangguk.