HP Cinta berdering terus. Akhirnya Cinta meminta Imah mengambilkan dari laci nakas ranjang. Cinta melihat nama yang tampak di layar. Rayhan dapat melihat jelas nama penelepon. "Ellios" nama itu terlihat di HP Cinta. Cinta segera mematikan panggilan. Mengubah nada dering HP menjadi nada diam. Cinta menunjukkan sikap acuh, ia melanjutkan makannya. Rayhan memandang Cinta dengan ekspresi kelam. Rayhan mengingat kejadian semalam.
Malam pengantin adalah malam yang paling ditunggu-tunggu untuk pasangan pengantin yang saling mencinta. Namun bagi Rayhan, malam pengantin semalam malah merupakan malam menyedihkan. Malam pertama mereka diisi dengan omongan dan kejadian yang menyakiti hatinya. Kejadian semalam menunjukkan betapa Cinta tak sudi disentuh olehnya. Baginya Rayhan hanya suami di atas kertas.
Setelah resepsi, mereka pulang ke rumah Rayhan. Suasana pesta langsung hilang lenyap ketika mereka memasuki kamar Lavender. Sikap penerimaan Cinta kepadanya langsung berganti dengan sikap sedingin es. Matanya berkilat penuh tekad. Cinta menyampaikan pikirannya.
"Sudah, hentikan drama ini. Kita sama-sama tahu ujung hubungan kita. Jangan teruskan... Mulai besok, kita kembali ke dunia kita masing-masing. Aku akan tidur di sini, kamu bisa memakai kamar Apple sebelah, silahkan tidur di sana mulai besok. Jangan masuk kamar Lavender kalo kamu mau aku tinggal di rumah ini." ujar Cinta acuh tak acuh, dengan santai ia melangkah masuk ke kamar mandi, berendam di dalam bathtub, tak memperdulikan tatapan nanar Rayhan.
Setelah ritual berendam dan keramas, Cinta mengeringkan rambutnya di changing room, ia mengenakan baju tidur satin hitam selutut, tanpa lengan bertali satu, berpotongan leher rendah bentuk V, mempertontonkan kulit mulus bening miliknya, buah dada ranum miliknya menyembul sedikit. Ranum menggoda. Rambut panjang coklat tua sepunggung bergelombangnya ia sampirkan ke sebelah kiri bahunya, Cinta mengeringkannya dengan hairdryer.
Rayhan segera mandi setelah Cinta, keluar kamar mandi ia hanya memakai kimono handuk ke changing room, ia hendak mengambil celana boxer untuk tidur. Wangi shampoo coconut manis langsung menggoda hidung Rayhan ketika ia melangkah masuk. Matanya menangkap tubuh ramping sintal Cinta yang miring ke kiri. Bahu kanan Cinta menggodanya, seolah-olah memanggil untuk dicicipinya. Ia berusaha mengabaikannya. Ia bergegas memakai celana boxernya, membuka kimono handuknya dan melamparkannya ke keranjang cucian yang terletak di sebelah kanan Cinta. Cinta hanya melirik ke keranjang cucian dan melanjutkan kegiatannya. Tampaknya tubuh six pack gagah perkasa Rayhan yang selalu menggiurkan bagi para wanita yang melihatnya tak dapat menarik Cinta. Cinta tak menggublisnya sama sekali, melirik saja tidak. Cinta sibuk mengeringkan rambutnya.
Rayhan tak kuasa menahan hasrat mencicipinya, dia tetaplah pria normal yang berada pada usia prima. "Toh, Cinta adalah istriku. Sah-sah saja bukan jika aku mencicipinya..., masakan ia tak tertarik pada ketampanan dan kegagahanku" pikir Rayhan. Ia memberanikan diri melancarkan aksinya.
Cinta sama sekali tak menyangka Rayhan melangkah mendekatinya, berdiri di belakangnya dan melingkarkan tangannya ke pinggangnya, bibirnya mendarat di bahu terbukanya. Cinta terkejut dengan keberanian Rayhan, ia tak menyangka Rayhan mulai berani menyentuhnya dengan intim. Cinta berbalik, reflek mengayunkan hairdryer ke arah Rayhan. Rayhan menangkap pergelangan tangan Cinta dan menariknya melingkarkan tangan Cinta ke belakang tubuh Rayhan, hairdryer di tangan Cinta terlepas. Tangan Cinta satunya dengan sigap mengayun hendak menampar wajah Rayhan. Rayhan sigap menangkapnya dan mengunci tangan Cinta ke belakang tubuhnya. Tubuh Cinta menempel pada Rayhan, dada Cinta berdegup kencang, ia begitu marah... Mata almondnya menantang mata elang Rayhan dengan penuh amarah.
Rayhan tak tahan melihat ekspresi Cinta yang menantangnya, ia memagut bibir ranum Cinta. Rayhan mengulum dan menghisap bibir ranum Cinta. Rayhan merasakan ciuman itu sungguh manis namun tidak bagi Cinta, ia berontak mati-matian. Rayhan merasakan sensasi memabukkan, ia menginginkan lebih, hasratnya mulai menguasai akal sehatnya. Di pikirannya, sudah menjadi haknya ia menikmati ciuman itu. Cinta menginjak kaki Rayhan dengan hentakan sekuat tenaga. Rayhan melepaskan ciumannya. Cinta mengayunkan tinjunya ke rahang Rayhan. Rayhan sigap mengelak, tak pelak Cinta terhuyung ke depan. Rayhan merengkuh Cinta ke dalam pelukannya, ia berujar,
"Hati-hati..., aku tidak mau istriku terluka di malam pengantin. Kalau kamu gak suka ciumanku, tak perlu meninjuku." Rayhan sigap menangkap tubuh Cinta namun kali ini Cinta dengan gesit berkelit. Ia memandang rayhan dengan galak.
Kilat kebencian terlihat di mata Cinta. "Kau tak bisa menangkapku lagi, aku bisa sedikit bela diri..., jangan coba-coba menciumku seperti tadi. Kesempatan tidak akan kau dapatkan lagi tuan Rayhan... " Cinta menggosok-gosok bibirnya menggunakan punggung tangannya.
"Tuan Rayhan, kamu itu cuma suami di atas kertas..., jangan coba-coba menyentuhku lagi. Kalau kamu masih melakukan seperti tadi, aku akan menuntut cerai. Ingat itu...!!!" Cinta berteriak marah. Ia berjalan ke ranjang, merebahkan diri dan bersiap tidur. "Jangan coba bertingkah...!!!. Aku lelah, jangan ganggu aku. Body pillow ini adalah batas bagianku, selimut ini bagianku kalau kamu perlu selimut, ambil sendiri di changing room." ujar Cinta dengan dingin. Cinta memunggungi Rayhan dan tertidur dengan cepat karena lelah.
Rayhan tahu dari awal ia hanya bisa menikahi tubuh Cinta. Sedari awal Cinta selalu menunjukkan penolakan kepadanya. Baik sikap dan perkataan Cinta selalu menunjukkan penolakan. Namun baginya hal tersebut bukan masalah. Bagi Rayhan tak mengapa perkataan Cinta kejam, walaupun perkataan yang tajam terucap membuat hatinya pedih serasa teriris sembilu, ia tak peduli. Asalkan Cinta ada di sisinya setiap malam. Walaupun hatinya belum miliknya. Asalkan tubuh hangatnya masih terasa disebelahnya. Rayhan rela menahan hasratnya. Lambat laun Cinta pasti akan menerima cintanya, itulah yang ada dipikirkannya. Bagi Rayhan, cinta gak cinta yang penting kumpul.
Ketika Rayhan bangun di pagi hari, ia menemukan kejanggalan sikap Cinta. Ia sebenarnya terbangun karena dering alarm dari HP Cinta. Rayhan pura-pura masih terlelap, ingin melihat reaksi Cinta karena semalam setelah Cinta tertidur pulas, ia memindahkan body pillow penghalang ke kursi di ujung ranjang kemudian ia menyusup ke selimut yang dipakai Cinta. Menjelang pukul dua subuh barulah ia dapat tidur. Kalau bukan karena kelelahan, ia mungkin akan terus memandangi Cinta yang terlelap disampingnya. Baginya aroma tubuh khas Cinta menyihirnya untuk terus menghirupnya dalam-dalam. Wajahnya tetap mempesona walaupun ia sedang tidur. Rayhan tak kuasa menahan keinginannya untuk mengecup lembut ujung hidung Cinta. Cinta memalingkan tubuhnya seolah menunjukkan penolakan atas kecupannya.
Rayhan kembali fokus melihat Cinta yang menggeser tanda nada dering ke tanda diam di HP- nya, Cinta menggeser tanda merah yang menyatakan dia tak mau menerima panggilan Ellios di HP-nya. "Angkat saja jika kamu mau, aku gak keberatan", ujar Rayhan dengan datar. Ia memandang Cinta dengan dingin, terbersit kecemburuan dihatinya namun segera ditampiknya. Jika Cinta pergi nanti Rayhan akan menyuruh Eko yang merupakan asisten pribadinya untuk menyuruh bawahannya mengawasi Cinta.
Cinta tak menggublis panggilan Ellios di HP-nya. Di kehidupan sebelumnya, Cinta dengan riang mengangkat telepon Ellios karena memang sehari sebelum pemberkatan nikah, Ellios menyatakan cintanya pada Cinta dan mengajaknya lari dari pernikahan. Cinta percaya padanya, saat itu mereka menyusun rencana kabur bersama di hari keberangkatan honey moon yaitu sehari setelah hari pernikahannya.
Di kehidupan yang lalu, Cinta lari bersama Ellios dan tertangkap di kota P di France. Rayhan menerobos masuk ke kamar suite Hotel Millennium Paris, Rayhan melihat dengan mata kepalanya sendiri, Cinta sedang bermesraan di ranjang dengan Ellios. Rayhan datang sehari setelah ia menyerahkan keperawanannya kepada Ellios.