Chereads / Cintanya Cinta / Chapter 23 - Honeymoon (1)

Chapter 23 - Honeymoon (1)

Rayhan mengetuk pintu kamar Lavender di pesawat. Langsung terdengar jawaban Cinta yang mempersilahkan dia masuk. Bayangan dan harapan Rayhan adalah Cinta duduk di ranjang dan menantinya dengan tatapan mengundang.

Harapan tinggal harapan. Kenyataannya, Cinta sudah terlelap. Cinta tidak mengganti bajunya, ia hanya berbaring di atas ranjang dan memeluk body pillow dengan nyaman. Cinta terlihat seperti kucing yang sedang tidur nyenyak sungguh menggemaskan.

Angan dan hasrat Rayhan yang mulai terbangun langsung runtuh. Ia tak tega mengganggu Cinta. Rayhan berbaring berlawanan arah dengan Cinta. Ia takut jika melihat sosok Cinta, ia pasti memeluknya, menciumnya dan akhirnya akan menyulut hasratnya.

"Tidak, Ray, elo harus bersabar, Aicin udah mulai terima elo, jangan sampe dia berubah dingin lagi..." Rayhan menyakinkan dirinya untuk bersabar.

Rayhan berusaha memejamkan matanya. Walaupun lelah namun kantuk tak kunjung tiba. Rayhan malah mendengar dengkur halus disebelahnya. Tak tahan menahan keinginannya, ia membalikkan badannya.

"Dengkuran halus, mata almon terpejam, bibir ranum penuh, hidung bangir yang enak dipandang, kulit sehat tanpa make up, rambut halus tergerai, kulit mulus, leher jenjang.... Astaga.... Ray.... Elo emang beruntung..."

Rayhan terpesona melihat Cinta yang tetap terlihat manis walau tidur sedikit menganga. Apakah ini yang namanya mabuk kepayang?

Rayhan sama sekali tidak jijik melihat liur Cinta yang sedikit mengalir di sudut kanan mulut Cinta.

Rayhan beranjak mengambil tissue dari meja kecil di sudut kamar tidur. Ia menyeka liur membandel dan membuang tissue ke tempat sampah di sebelah meja kecil tadi.

Ia kembali memandangi sosok di sebelahnya dengan penuh atensi. Hidung, bibir, pipi, rambut, matanya yang terpejam, semua menyenangkan untuk dipandang. Rayhan kembali bersyukur Tuhan telah memberikan Cinta. Walaupun awal pernikahan mereka dipaksakan namun ia percaya dapat memenangkan hati Cinta.

Tak terasa sudah dua jam Rayhan memandangi Cinta dan selama itu pula ia menyeka dan membantu Cinta menutup mulutnya yang sedikit menganga ketika tidur.

"Gile..., gue kenapa bucin gini ye? Bener-bener gue gak abis pikir..." Rayhan bergumul dengan dirinya sendiri.

Tidur Cinta termasuk tenang, paling hanya berguling ke kiri dan ke kanan tanpa menendang ataupun memukul Rayhan, dalam hal ini Rayhan merasa beruntung karena ia tahu ada beberapa wanita ketika mereka tidur tak setenang Cinta.

Waktu berlalu tak terasa sudah waktunya mendarat. Cinta masih tertidur dengan lelapnya. Tidurnya sungguh tenang, Rayhan tak tega membangunkannya, ia menggendong Cinta dan memposisikan ke posisi duduk nyaman di sofa kamar dan memakaikan seat belt.

Ia menggenggam tangannya dan memandang wajah terlelap Cinta dengan penuh cinta. Apa yang kamu lalukan sehingga tidurmu begitu lelap? Pikir Rayhan dalam hati. Persinggahan pertama mereka adalah Hongkong.

Cinta membuka matanya merasakan tubuhnya dipeluk erat dari belakang. Tubuhnya nyaman sekali. Cinta membalikkan badan memandang seraut wajah tampan yang memeluknya erat, rupanya kehangatan sosok tampan inilah yang membuatnya tidur terlelap,

"Ternyata kehangatan itu kamu... Ray... Elo memberikan kedamaian sehingga gue terlelap tak terbangun. Hmmm..., tunggu sebentar, ini bukan di pesawat. Ranjang king size, kasur dan seprai putih sehalus sutra.... Serasa tidur diawan. Dimana aku?"

Cinta mengerjap dan melayangkan matanya ke sekeliling kamar. Simple dan elegan, kental dengan selera Rayhan. Cinta beranjak turun dari ranjang dan dia melangkah ke jendela, ia memandang jalanan dibawah apartment, pejalan kaki berlalu lalang di sepanjang trotoar, jalanan padat dengan mobil berbaris memenuhi jalanan.

"Dimanakah ini? Sepertinya kota ini kota besar yang sibuk... Hmmm... Ah... Ternyata aku di Hongkong. Billboard super modern berbahasa Mandarin, ya... Gue yakin, pasti ini di Hongkong. Kamar ini mewah walau terlihat simple. Oh, ini pasti suite apartment Rayhan. Di kehidupan dulu, bisnis Rayhan sukses besar di berbagai negara. Termasuk Hongkong. Apakah di bulan madu ini ia ingin memamerkan kesuksesannya? Dasar poker face narsis... Ngapain menyombongkan keberhasilannya... Hufff..." Cinta meniupkan udara dengan sedikit kesal.

Tiba-tiba sepasang tangan memeluk pinggangnya dari belakang. Cinta refleks memelintir tangan tersebut membalikkan badan dan menatap tajam pada orang yang berani-beraninya memeluknya tanpa ijin.

Rayhan refleks menarik tangannya, sakitnya tidak seberapa, kagetnya yang ampunan.

"Kucing liar ini... Perlu berapa lama aku menjinakkannya..." ujar Rayhan dalam hati.

"Galak banget... Masa... Peluk istri sendiri gak boleh?", Rayhan mengungkapkan kekesalannya.

"Kita belum sedekat itu juga Ray... Beri aku waktu, setidaknya kamu tahu, aku bisa sedikit beladiri, jadi tidak akan ada yang dapat memeluk istrimu sembarangan, harusnya kamu lega... Istrimu tidak sudi di pegang sembarang orang, istrimu bisa menjaga diri" ujar Cinta beralasan sambil melenggang ke lemari nakas di samping ranjang, meraih HP-nya dan mengabarkan ke chat keluarga bahwa ia sudah mendarat dengan selamat.

Rayhan tersenyum kecut namun ada sedikit kehangatan menyebar di dalam hatinya,

"Aicin mengatakan dia istriku, hmmm... 'malam pertama', ia menolak mengakui pernikahan denganku, hari ini dia dengan santai mengakui dia adalah istriku. Rayhan bingung tapi cukup puas dengan argumen Cinta.

"Jika perkiraanku tepat, kita berada di Hongkong, di apartment pribadimu. Benarkan?" ujar Cinta sambil membalas chat keluarga Tohir.

"Iya, kamu benar, kita berada di Hongkong, di apartment pribadiku. Aku sudah mempekerjakan pelayan untuk melayani kebutuhan kita di sini. Kita hanya beristirahat sebentar, nanti malam kita flight lagi ke satu tempat kemudian malamnya kita terbang ke tempat yang lain. Aku ingin mengajakmu ke banyak tempat. Supaya kenanganmu denganku terukir di banyak tempat."

Rayhan berujar tanpa berbalik badan. Ia memandang ke luar melihat keramaian lalu lintas. Ia memilih tak melihat ekspresi Cinta, takut melihat ekspresi penolakan Cinta.

Diluar dugaan, Cinta membalas dengan hangat, "Ok... Jadi setelah mandi, kita makan dan jalan-jalan kemana? Sambil menunggu flight nanti malam, kita mau kemana, Ray? Aku gak mau ke kantor cabangmu loh... Kita kan sedang honeymoon, soo... We must enjoy our life... Aku mau ke Disneyland aja... Tapi kalo kamu planning yang lain aku ikut aja... But please, jangan ke kantor kamu, walau hanya mampir doang juga aku ogah, kalo lewat depannya aja sih gak napa... Siapa tahu kedepannya aku perlu ke kantormu di Hongkong sendirian..." cerocos Cinta sambil melenggang ke arah area yang ia perkirakan kamar mandi, ia ingin mencuci muka dan gosok gigi.

Ternyata benar dugaannya ia masuk ke area changing room yang terhubung dengan kamar mandi. Diluar dugaannya, changing room dan kamar mandi di apartemen ini, sama mewahnya dengan di rumah, semua perlengkapan wajah yang biasa Cinta pakai sudah tertata rapi di meja kaca changing room. Deretan baju dengan ukuran Cinta sudah menggantung dengan manis dan beberapa sepatu dan sandal sesuai dengan ukurannya. Merk baju yang tergantung juga brand favoritnya.

Mata Cinta mendelik.... "Luar biasa... Betapa bodohnya aku membuang orang yang memperhatikanku sebesar ini di kehidupanku yang dulu... Cinta kau sungguh wanita bodoh..." ujar Cinta dalam hati.

Ia langsung masuk ke kamar mandi dan memulai ritual mandinya. Cinta kembali mengumpat dalam hati bukan kerena kekayaan Rayhan ternyata tak kalah melimpah darinya. Namun umpatannya lebih dikarenakan betapa bodohnya dia dulu, ia begitu tidak bersyukur memiliki Rayhan yang memperhatikan semua kebutuhannya dari pakaian, sepatu, sandal bahkan sampai underwear pun ia mempersiapkannya. Walaupun Cinta tahu, Rayhan pasti telah menyuruh 'ajudan'nya untuk mempersiapkannya. Namun Cinta menghargai upaya Rayhan mempersiapkan semua kebutuhannya.

Hati Rayhan berdegup lebih cepat ketika mendengar serta melihat tanggapan santai dan positif dari Cinta, harapan memenangkan hati cinta semakin kuat. Ia segera mematangkan rencana hari ini. Rayhan keluar kamar, mengatur sarapan pagi yang akan dihidangkan.

Tiga puluh menit kemudian, Cinta keluar kamar mengenakan jeans biru muda, blus putih gobrong, sepatu kets putih menemani langkahnya, tas kecil GG merk ternama tersampir di pundak kanannya, rambut panjangnya dibiarkan tergerai, saputan make up tipis dan bibir ranumnya tersaput lipstick pink muda. Penampilannya yang chic and simple membuat Rayhan enggan mengalihkan pandangannya.

"Mengapa hanya begini saja membuat gue terpana? Ray, memang elo gak tertolong lagi...." Rayhan menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia melangkah ke kamar tidur untuk mandi.

Cinta puas melihat Rayhan terpana. "Ray, di kehidupan dulu elo bucin, di kehidupan ini gue janji elo akan tetap bucin... Hahahhaahahaha... Ray, elo sabar ya... Kasi gue waktu... " ujar Cinta dalam hati.

"Hmmm... Mengingat kesabarannya menghadapiku dulu, gak mustahil juga kalau sampai di hari ke-29 nanti Rayhan gak berani menyerang... Masa harus gue yang maju duluan... Aji gile... Enggak ah... Ray... Kalau elo gak berani, gue... Juga gak berani... Walaupun gue udah pernah merasakannya..." Cinta pesimis Rayhan akan meresmikan hubungan suami istri.

Malam hari di pesawat menuju persinggahan selanjutnya, Cinta dan Rayhan menikmati anggur merah ambil menonton "If I Can't Get You". Film yang menceritakan suka dan duka cinta kakak beradik tak sedarah yang dipermainkan oleh takdir.

Walau akhirnya mereka dapat bersatu setelah melewati berbagai halangan dan rintangan. Cinta menyandarkan kepalanya di dada bidang Rayhan, tangan Rayhan menggenggam lembut tangan Cinta.

Bagi Rayhan hari ini adalah hari ceria dimana semua planning-nya berjalan lancar. Kesuksesan hari ini juga di dukung dengan respon Cinta yang begitu positif atas semua rencananya.

Rayhan serasa berjalan di alam mimpi. Cinta menyambut positif ketika ia menunjukkan kantor cabang di Hong Kong, bermain di Disneyland, berbelanja sovenir untuk keluarga dan dinner romantis. Cinta terlihat menikmati saat-saat bersamanya. Sikap dingin Cinta yang selalu diterimanya sebelum malam pertama setelah menikah telah lenyap tanpa jejak. Walau masih terbersit keraguan, ia tetap menyakinkan dirinya ia akan meraih kebahagiaannya.

Setibanya di Canada, Rayhan menunjukkan apartemen diatas gedung kantor cabang Canada. Tak berhenti di sana, Rayhan langsung mengajak Cinta ke villa di Elm Imperium Villa, komplek villa ekslusif di Canada.

Villa itu miniatur White House di kota C. Di dalam villa terdapat kamar Lavender, tata letak kamar dan perabotan pun sama dengan White House.

Cinta melayangkan pandangannya ke taman di luar jendela kamar Lavender. Walau villa ini lebih kecil dari White House namun tetap saja villa ini berharga jutaan euro.

"Kesuksesan seperti ini, mengapa dia tetap ngejar-ngejar gue, gue yakin banyak yang mau sama elo. Kalo diinget lagi, gak heran Jeana mengejar elo habis-habisan. Mungkin juga karena kekayaan elo... Tapi elo kenapa begitu setia sama gue? Sampai-sampai setiap malam tetap pulang dan tidur disamping gue walaupun..., gue selalu menunjukkan penolak. Gue selalu berhati dingan, keras kepala dan angkuh. Ray..., kenapa juga elo bucin sama gue?"

Sambil menyesap hot coconut chocolate kegemarannya ia termenung. Cinta tahu bisnis Rayhan berkembang pesat namun ia sama sekali tidak mengira Rayhan bagaikan elang emas bermahkota berlian bahkan bertelur berlian, kekayaannya sebanding abah Tohir.

Tiba-tiba di balkon villa seberang berkelebat dua bayangan hitam. Seorang pria dan wanita, mereka terlihat begitu mesra. Si pria menghimpit si wanita begitu intens. Si pria seperti vampir ingin melahap si wanita...

"Gila... Gue kenapa juga bisa ngeliat adegan hot real gini..."

Cinta hendak memalingkan wajah,

"Tunggu sepertinya gue familiar sama sosok mereka..."

Note:

Bucin : budak cinta