Chereads / LEGENDA NINJA ANGIN / Chapter 2 - CH. 2 - Misi Bunuh Diri

Chapter 2 - CH. 2 - Misi Bunuh Diri

Akira membawa serta dua puluh ninja Fujiwara yang tersisa. Mereka berpakaian serba hitam dan memakai topeng berwajah hewan. Di antara puing – puing bagian depan Benteng, kobaran api kecil yang berasal dari lemparan bola api manjanik tersebar di mana – mana. Asap pekat menahan jarak pandang.

Suasana di depan benteng sudah sepi. Mayat – mayat bergelimpangan tak beraturan, saling bertumpuk. Bau anyir dari darah merah pekat yang menenuhi permukaan tanah menyengat kuat di rongga hidung. Sesekali masih terdengar suara pertarungan tak jauh dari depan benteng.

Akira memeriksa beberapa orang yang mungkin masih bertahan untuk mencari informasi kemana pasukan Oda bergerak. Selain benteng utama yang sudah porak – poranda, beberapa tembok jebol, di kanan dan kiri benteng merupakan pemukiman para prajurit Fujiwara.

"Kau bertahanlah," kata Akira menemukan satu prajurit Fujiwara yang tengah sekarat di antara tumpukan mayat. Akira mengangkat kepala orang itu.

"Mereka menuju..." prajurit itu tak menyelesaikan ucapannya yang patah – patah, dan nafasnya yang tersengal – sengal, tetapi pandangannya menatap ke arah sayap kanan benteng. Itu artinya pasukan Oda bergerak menuju permukiman pasukan Fujiwara.

Akira berdiri tegap ketika orang itu mengembuskan nafas terakhirnya. Dia memandang searah dengan prajurit itu.

Akira adalah salah satu ninja yang sudah memiliki cukup banyak pengalaman di lapangan, meski usianya terbilang masih muda. Dia tahu harus berbuat apa dalam kondisi di ambang kehancuran seperti sekarang. Dia jelas tidak terima jika Fujiwara dengan semua kejayaannya runtuh oleh pasukan Oda.

Sebagai seorang yang menerima tugas ini, lebih tepatnya meminta misi tersebut, Akira paham bahwa kehancuran Fujiwara tak mungkin bisa dihindari. Satu – satunya jalan adalah menahan pasukan Oda sekuat tenaga untuk memberikan Hiroshi waktu menyingkir dari dalam benteng dan mencari perlindungan.

Mereka harus waspada karena bisa saja musuh menyerang dari arah yang tak diduga – duga. Akira meminta semuanya berpencar menjadi tiga tim. Dengan membawa beberapa orang yang memiliki keahlian tanah dan lava, Akira mengendap – endap di balik asap putih keabu – abuan itu.

"Tujuh orang jaga di gerbang utama. Jangan biarkan musuh memasukinya. Delapan orang menyisir sayap kanan, ikuti pergerakan pasukan Oda, jangan berbuat keputusan yang merugikan. Sisanya ikuti aku menyusup ke depan," Akira memerintah dengan penuh kepercayaan diri yang tinggi.

Tak lupa, Akira juga menunjuk satu penanggung jawab di setiap tim itu.

Selepas itu, Akira mengayunkan tangan kanan ke depan, memberi aba – aba mulai dan semuanya langsung bergerak cepat. Mereka adalah ninja terakhir yang tersisa dari pasukan Fujiwara. Meski berhasil membunuh banyak musuh, jumlah pasukan Oda yang lima kali lebih banyak jelas tak sebanding dengan jumlah pasukan Fujiwara.

Akira bersama lima ninja lain yang ikut bersamanya mengendap – endap di balik pohon atau semak belukar. Mereka menyisir lewat hutan lebat. Memutar cukup jauh.

"Kita masih harus bergerak beberapa kilo meter lagi. Kira – kira sebelum matahari tergelincir, kita harus sudah sampai di jantung pertahanan mereka. Ini adalah jalan satu – satunya yang bisa kita tempuh."

Kini, Akira seperti seorang jenderal dikelilingi pasukannya. Mereka mengangguk pelan sebagai tanda mengerti maksud penjelasan Akira.

Dengan sedikit bercerita, Akira mengatakan bahwa desanya mungkin juga telah hancur terkena dampak perang besar itu. Meski di sana terdapat pamannya yang dikenal sebagai ninja sangat hebat dan berbakat.

Bukan merendahkan kemampuan pamannya, tapi Akira tak menampik fakta bahwa jumlah pasukan musuh terlalu banyak. Dia teringat ketika dua orang utusan Hiroshi yang dikirim untuk memata – matai persiapan Oda. Kedua orang itu justru adalah mata – mata dari Oda sendiri.

Dia tak habis pikir mengapa klan sebesar Fujiwara bisa kecolongan dan membiarkan dua mata – mata itu kabur dengan mudahnya. Jika mereka mengetahuinya sejak awal, kondisi Fujiwara tidak akan separah sekarang.

"Kalian harus tahu, aku tidak bisa menjamin keselamatan kalian. Sebelum kita benar – benar masuk ke jantung pertahanan musuh, kalian boleh meninggalkan tim jika tidak mampu meneruskan misi ini," Akira bersikap tenang, meski dalam hatinya dia juga sangat merindukan desanya.

"Tidak. Lebih baik kami mati membawa kehormatan daripada pulang sebagai pecundang," salah satu dari kelima ninja itu berkata pelan namun tegas dan dalam.

Mereka menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap Fujiwara dengan tetap berada dalam tim. Akira juga memahami bahwa di dalam hati mereka tersemat kerinduan terhadap desa dan keluarga mereka.

Sebelum bergerak lebih jauh, Akira memberikan kunai khusus kepada setiap anggota untuk berjaga – jaga dari hal – hal yang tak mereka inginkan.

Sembari menatap langit biru dari sela – sela rindangnya pepohonan hutan itu dengan beberapa gumpalan awan berjalan pelan melewati mereka. Matahari mulai menyingsing ke arah barat. Itu adalah hari ketujuh perang melawan pasukan Oda.

Hampir tiga jam lamannya mereka bergerak di tengah rimba. Cahaya di ujung hutan menandakan mereka hampir sampai di tempat tujuan. Tempat yang sangat luas dan terbuka. Di tempat itulah para pasukan Oda mendirikan kemah.

Tujuan mereka tentu saja menghancurkan tenda pasukan Oda sebanyak – banyaknya, terutama lumbung pangan agar pasukan Oda tak memiliki bekal yang cukup.

Mereka berhenti dan merunduk di balik semak belukar. Mengawasi ribuan tenda sementara yang berdiri berhampuran di padang yang luas itu.

Tempat itu cukup sepi, Akira tak melihat tanda – tanda ada ninja hebat di sana. Meski demikian dia tidak mau gegabah untuk mengambil pilihan yang sangat beresiko. Di kepalanya berputar – putar belasan rencana. Hanya ada satu yang akhirnya dipilih Akira.

Dia memberitahu timnya untuk melakukan apa yang dia minta. Dari lima ninja yang membersamai Akira, dua di antaranya adalah pengendali elemen lava. Dari dua orang itu, Akira memilih salah satu untuk menemaninya menyelinap ke depan.

"Darimana kita memulainya?" tanya salah seorang dari lima ninja yang semuanya mengenakan pakaian serba hitam itu.

"Untuk menyingkat waktu, aku akan bergerak cepat melemparkan kunai – kunaiku di sana. Kita tak memiliki banyak waktu. Jika misi ini berhasil, kita langsung menyingkir."

Akira menunjuk beberapa lokasi yang akan ditujunya. Beberapa tenda yang mungkin menjadi tenda utama pasukan Oda. Dia berharap bisa menemukan sesuatu di sana.

Dengan cekatan, Akira langsung melompat ke atas pohon, bola matanya berkeliling mengawasi pergerakan musuh. Selepas itu, berpindah ke pohon lain di depannya. Tak sampai lima menit Akira sudah sampai di pohon paling pinggir dan berlindung di belakangnya.

***

"Cepat sekali gerakan orang itu. Aku tak pernah melihat ninja lebih cepat darinya," kata salah satu ninja yang nantinya akan menemani Akira menyusup.

"Itu tak mengherankan," kata ninja lainnya menyahut. "Sebab itu dia memiliki julukan Fujiwara no Kiiroi Senko."

Akira memiliki julukan Fujiwara no Kiiroi Senko atau Si Kilat Kuning dari Fujiwara. Julukan itu mengacu pada rambutnya yang kuning terang dipadu dengan teknik teleportasi tinggi yang sangat cepat.

Karisma Akira semakin bersinar terang kala dia mampu membuat pasukan Astagat kocar – kacir dalam peperangan dua tahun lalu, hingga akhirnya mereka menyerah kepada Fujiwara.

"Ternyata rumor itu adalah benar. Akira memang sangat cepat. Bahkan menurutku kecepatannya lebih dari apa yang menjadi rumor selama ini," puji ninja lainnya.

"Kita beruntung bisa sekelompok dengan orang sepertinya. Jika dia musuh, pasti kita akan kerepotan dengan kecepatannya."

"Ya, kita perhatikan dan lindungi dia dari balik bayang."

Percakapan itu terhenti ketika Akira mulai bergerak maju.

***

Akira mengendap di dekat tenda paling pinggir. Lalu, dia melemparkan beberapa kunai ke lokasi yang menjadi targetnya, khususnya lumbung pangan yang akan dihancurkannya.

Wushh..

Dengan kecepatan kilatnya, Akira sudah kembali bergabung dengan timnya. Kedatangannya yang tiba – tiba membuat mereka kaget. Mereka takjub dengan kecepatan Akira.

"Bagaimana bisa dalam kedipan mata sudah berada di sini?" salah satu ninja bertanya keheranan.

"Itu adalah teknik teleportasi tahap satu. Dengan memberikan segel khusus pada tempat yang sudah ku tandai, aku bisa bergerak cepat ke lokasi itu."

"Jadi, itulah alasan kau memberikan kami kunai – kunai berisi segel khusus ini?" orang itu mengeluarkan sebuah kunai dari balik jubah hitamnya.

"Ya. Itu untuk berjaga – jaga."

Akira memberitahu mereka untuk menyimpan kunai itu dengan baik. Dia merasa akan ada waktunya menggunakan teknik itu.

"Baiklah. Kita mulai bergerak sekarang," kata Akira pada para ninja. "Kau peganglah tangan kananku."

Slash..

Tak sampai sedetik, Akira bersama seorang ninja ahli lava itu sudah berada di depan lumbung pangan. Mereka mulai menghancurkan lumbung itu dengan lava, hingga tak ada lagi yang tersisa kecuali kobaran api yang besar dan cukup mencolok.

"Kita harus bergerak cepat," Akira meraih tangan ninja itu dan berpindah ke lokasi lain.

Sayangnya, rencananya kali ini dihentikan Akira ketika dia mendengar keributan dari tempat di mana empat ninja lainnya bersembunyi. Dia menyaksikan empat ninja itu terdesak dan tertangkap oleh pasukan Oda.

Sejak kapan mereka berada di sini, pikir Akira menerka keadaan.

Akira bersama rekannya bersembunyi di balik tenda melihat ke arah hutan. Belasan pasukan Oda menyeret keempat ninja ke tanah lapang dengan tangan sudah terikat rantai.

"Hei Akira.." terdengar suara yang sangat familiar cukup keras. "Keluarlah, aku tahu kau ada di sini. Keluarlah atau teman – temanmu akan kubunuh."

Empat ninja itu tampak tegar mendengar ancaman orang itu. Mereka berusaha memberi tanda agar Akira tidak menuruti perintah orang itu.

Akira tak sependapat. Dia berdiri dan keluar dari tempat persembunyiaannya. Mendekati kumpulan pasukan Oda, yang ternyata di sana sudah ada Jiro.

"Lihatlah, orang itu seperti tikus kedinginan keluar dari sarangnya," kata salah satu orang yang berada di sebelah Jiro. Dia sepertinya seorang jenderal.

Merasa tak nyaman dengan ucapan orang di sebelahnya, Jiro langsung menebas leher orang yang tadi mengejek Akira tanpa berkata apa – apa. Kepalanya lepas dari badan, menggelinding ke belakang. Darah segar mengucur deras dan tubuh tanpa kepala itu ambruk seketika.

Tindakan itu membuat yang lain bingung dan terkejut. Mereka diam tercekat.

"Ternyata kau, Jiro. Aku tak menyangka kau bisa menemukan jejak kami dengan begitu cepat."

"Akhirnya kita berjumpa lagi, Akira," balas Jiro. "Ini semua tidak akan terjadi kalau tidak ada orang itu."

"Orang itu?" tanya Akira keheranan.

Muncul sesosok ninja berpakaian serba hitam mirip dengan pakaian yang dikenakan dua puluh ninja yang menjadi tim Akira, lalu membuka topengnya. Ternyata dia adalah seorang pengkhianat yang hanya mementingkan keselamatan dirinya sendiri.

"Kau?" Akira kaget ketika orang itu muncul dari belakang Jiro. "Seharusnya aku sudah mengetahuinya sejak awal."

"Akira.. kusarankan lebih baik kau menyerah saja. Semua yang kau lakukan akan sia – sia," Jiro memberi pilihan. Dia bersikap seolah sebagai ninja yang bijak.

Akira hanya diam saja. Lalu dia ingat sebelum berangkat, dia memberikan tanda khusus di pakaian dua puluh ninja tanpa sepengetahuan mereka.

Otaknya berputar keras memikirkan rencana lain jika rencana utama gagal. Kesalahan Akira sejak awal adalah dia tidak memikirkan rencana lain karena sangat percaya diri rencananya akan berhasil. Rencana itu memang berhasil, hanya saja seorang pengkhianat yang mengacaukan semuanya.

Akira sama sekali tak berpikir salah satu dari dua puluh ninja itu terdapat seorang pengkhianat yang tega menusuk rekannya sendiri dari belakang.

Dengan cukup tenang, Akira berpindah dan sekarang dia tepat berada di belakang pengkhianat itu. Kehadiran Akira di sana membuat pasukan Oda menjauh. Mereka terkejut karena Akira sangat cepat. Pun demikian dengan Jiro yang tak menduganya.

"Segel khusus itu ada di sana. Sejak kapan?" Jiro memerhatikan sebuah segel berisi tulisan Hiragana tertera di belakang jubah hitam pengkhianat itu.

Pengkhianat itu ketakutan ketika Akira menyarungkan kunai di lehernya. Akira berbisik bahwa tidak ada tempat di muka bumi bagi pengkhianat kecuali dihinakan. Dia langsung membunuh orang itu tanpa ampun. Tubuhnya melayang bebas ambruk ke tanah dengan mata melotot. Darah mengucur deras dari sayatan di lehernya.

Selepas itu, Akira membuang kunainya yang penuh darah karena digunakan untuk membunuh pengkhianat itu.

"Kau sama sekali tak memberi ampun, ya?" tanya Jiro dengan tatapan sinis.

"Kau tak perlu menilaiku. Lihat saja dirimu sendiri," balas Akira menyinggung soal pemenggalan orang di sebelah Jiro tadi.

"Aku tak suka orang banyak bicara."

Setelah itu, Akira menyerahkan diri hanya demi nyawa empat rekan yang telah ditangkap lebih dulu dan menjadi tanggung jawabnya. Akhirnya, Akira dan lima anggotanya ditangkap dan menjadi tawanan perang. Tangan mereka dirantai agar tidak bisa menggunakan segel tangan. (RS)