Chereads / LOVE IN TROUBLE / Chapter 9 - Kesal

Chapter 9 - Kesal

Untuk kesekian kalinya Kayla harus menahan sabar menghadapi sikap ketidakpedulian Gabriel padanya. Gadis itu menatap geram ke arah Gabriel yang sedang mengobrol dengan Airin. Cowok itu hanya mengantar dan lagi pula tidak mampir. Tapi Kayla dibakar api cemburu.

"Gabriel, ngapain di sini?" Kayla bertanya sembari bergantian menatap kedua orang itu.

"Ngapain lo di sini?" cowok itu malah melempar pertanyaan.

"Jawab gue dulu!" bentak Kayla, tidak peduli dengan pertanyaan Gabriel.

"Apa urusannya sama lo? Mending lo pergi sana!" sahut Airin dengan menatap sinis ke arah Kayla.

Gabriel menarik pergelangan tangan Kayla dengan kasar. Cowok itu seakan menyeret Kayla sampai ke motor."Lepasin Gabriel! Sakit begok!" cetus Kayla,

"Ngapain lo ke sini segala? bukannya lo pulang bareng sama cowok baru lo itu, ha?!" ujar Gabriel.

"Maksud lo apa sih?" Kayla bingung dengan perkataan Gabriel barusan, apa sih maksudnya dia?

"Cih," decihan itu membuat Kayla mengernyitkan alisnya, Gabriel melepaskan cengkeramannya kembali menaiki motor. Gabriel juga tidak menggubris perkataan dari Airin, yang seakan menyuruhnya pulang dengan hati-hati.

Cowok itu mengegaskan motornya, melirik ke arah Kayla yang masih terpaku bingung. Gabriel menghidupkan klaksonnya, menbuat gadis itu terkejut. Maksudnya apa?  Kayla langsung naik di boncengan memeluk Gabriel seperti biasa di depan Airin.

Wajah bingung itu menjadi ceria kembali, ternyata Gabriel akan mengantarnya pulang. Tunangan yang baik dan pengertian pada pasangannya. Prett, itu kalau bukan karena kasian mah apa lagi😵.

"Gabriel, maksud lo tadi apa sih?" tanya Kayla, "Gue cuma punya lo dan maunya ya elo!" Kayla mengeraskan suaranya sampai telinga Gabriel berdenging.

Cowok itu tidak merespon sama sekali. Masa bodo tentang perasaan Kayla, keinginan Kayla untuk hidup bersamanya. Ketidakpedulian inilah yang membuat Gabriel merasa janggal. Harusnya tidak senang mendengar ucapan Kayla barusan. Tapi, Gabriel menerbitkan senyum tipis.

Cie elah.

***

Makan malam bersama keluarga Alexanders adalah suatu kebahagiaan untuk Kayla. Kebersamaan antara keluarga adalah keinginan terbesarnya. Gadis itu banyak berbicara saat makan, tidak heran lagi. Lisya mengelus rambut Kayla dengan lembut. Gadis seceria ini memiliki beban hidup yang berat.

"Kay, kenyangin makannya. Biar nggak sia-sia kamu bantuin tante." ujar Lisya.

"Kayaknya perut Kayla udah nggak muat,"

"Mom, aku ke kamar ya. Ngantuk." Gabriel pamit duluan,

"Yah, padahal aku mau ke alfamart sama kamu." rengek Kayla.

Namun, semua itu hanyalah angan-angannya saja. Jangankan ke alfa, untuk duduk bersama Kayla saja Gabriel sangatlah malas. Mager, cewek cerewet, ribet dan bar-bar seperti Kayla hanya membuatnya pusing. Gabriel tidak menggubris sama sekali ia langsung menaiki tangga dengan santai.

"Gabriel capek Kay, besok siang aja ya." ujar Lisya.

"Iya tadi kak Gabriel bantuin Daddy." timpal Kaella.

"Habis makan istirahat ya, besok pagi aja cuci piringnya."

"Oke tante,"

Seusainya makan malam Kayla menuju kamar atas khusus untuk dirinya. Malam ini ia akan menginap di rumah Gabriel. Gadis itu menuju balkon kamar, menoleh sebentar ke sebelah kamar Gabriel. Lampu sudah mati pertanda cowok dingin itu terlelap. Kayla mendengus sabar,"Huft, kapan ya Gabriel bakal membuka hati?" gumamnya sembari menatap ke arah langit yang bersinar terang bulan.

Disaat sedang sendirian seperti ini, adalah momen yang paling Kayla tidak suka. Selintas ingatannya ia melihat kejadian yang benar-benar mengerikan. Ia tidak tahu siapa mereka, wajahnya terlihat samar-samar. Kayla saja tidak ingat apa yang terjadi dimasa kecilnya.

"Aw, kepalaku sakit lagi." desisnya sembari meringis pelan, tangannya memijit pelipis kepalanya.

Sudah malam, waktunya Kayla istirahat saja. Gadis itu pun kembali ke dalam kamarnya. Daripada kepalanya semakin sakit memikirkan memori yang tidak jelas lebih baik tidur.

****

Di pagi hari yang cerah Gabriel menyalakan mesin motor besar hitamnya. Sebelum berangkat ke sekolah ia sangat rajin untuk mengelap dan menginclongkan motornya. Orang ganteng, motor pun harus terlihat keren dong. Sembari menunggu Kayla yang sejak tadi belum keluar-keluar setelah sarapan. Cowok itu hanya mendengus, ternyata semalam ia diam-diam memandangi Kayla yang sedang sendirian di balkon. Ada apa dengan gadis itu?

Seperti ada sesuatu yang aneh. Tidak, tidak perlu tahu apa itu. Gabriel menghilangkan rasa kepo dan berhenti memikirkan gadis bawel itu. Etsss peduli?

"Selamat pagi beib, annyeooong." ujar Kayla sembari tersenyum ceria melihat kegantengan tunangannya.

"Em," respon Gabriel tanpa menatap ke arah gadis itu.

"Liat sini dong, udah dandan cantik nih buat kamu."

"Bisa diem nggak?"

"Yaelah, cuma bilang doang sayang ih." Kayla berdiri di hadapan Gabriel, gadis itu ingin memegang poni ala cowok dingin yang pintar sekali membuat matanya terpesona. Ciahh

Baru akan memegang tangannya sudah di tepis oleh Gabriel. Cowok itu menatap tanpa ekspressi, kemudian menunggangi motor besarnya. "Buruan naik!" perintahnya.

"Aaah, siapp." tak peduli dengan tepisan Gabriel barusan, gadis itu pun melakukan hal seperti biasa.

"Bisa nggak, nggak usah terlalu mepet. Engap rasanya." cetus Gabriel sebelum melajukan motornya.

"Sa ae lu yang, enak gini tauk!"

Kayla merenggangkannya, menjahili Gabriel memang kesehariannya dan berakhir terkena cetusan cowok itu.

Di tengah perjalanan yang ramai, banyak orang yang melakukan aktivitasnya di pagi hari. Membuat jalanan harus macet, lagi-lagi Gabriel mengeluarkan jurusnya untuk nyalip-nyelip agar cepat sampai sekolahan. Karena Kayla tidak memakai Helm, rambutnya pun sedikit berantakan.

"Duh, rambut akoh berantakan yang." rengeknya manja sembari mencoba merapikan rambut.

"Nggak usah banyak gerak, pegangan aja!" perintah Gabriel, karena ia sedang nyelip-nyelip di jalanan kecil.

"Iya, iya." Kayla kembali memeluk Gabriel dengan erat. Polusi udara yang membuat resah, Kayla diharuskan memakai Helm.

Akhirnya mereka bebas dari jalanan macet, dan melaju dengan kecepatan lumayan.

***

Pelajaran matematika sudah dimulai, Kayla yang memang cewek paling tidak menyukai pelajaran ini terpaksa ia harus suka. Karena apa? Gurunya tuh ganteng pake banget. Bisa banget bikin senam jantung. Bapak Cahyo memberikan beberapa tugas untuk semua muridnya di kelas X².

"Huft, bengek banget banyak tugas." gerutu Elina sembari membuka buku paket dengan kasar.

"Emang kerjaan lu ngapain sih?" tanya Kayla tidak setuju dengan gerutuan sahabatnya.

"Mager, pusing tau Kay."

"Dari pada Daring cuk, sekolah onlen itu nggak enak."

"Em, iya juga sih."

"Eh Kayla, lo tau nggak? Kalau hari ini tuh acara pendaftaran Dance club gitu. Lo mau ikut nggak? Gratis kok." ujar Elina memberikan kabar gembira untuk Kayla. Karena Kayla sangatlah suka menari serta Dance juga ia menguasainya.

"Lo serius? Mau banget dong, tapi nanti deh mau izin dulu sama papa." ujar Kayla

"Jangan sampai nggak daftar, ini kesempatan lo Kayla." Elina memberikan support sahabatnya, gadis itu menepuk pundak Kayla pelan. "Lo pasti bisa!"

Kayla mengulum senyum, mendapat support satu orang saja ia semangat apa lagi  dari keluarga. Pasti Kayla semakin semangat dan orang paling bahagia di dunia ini.

***

Di jam istirahat Kayla menunggu seseorang di depan kelas. Ya siapa lagi kalau bukan Gabriel, biasanya lewat depan kelas X² jadi Kayla sengaja menunggu. Cewek itu memainkan ponselnya untuk menghilangkan jenuh.

Brakkk!

Suara tendangan kaki mengenai pintu kelas membuat Kayla tersentak kaget. Gadis itu menatap ke arah cewek berambut pendek serta muka sok kecakepan. Siapa lagi kalau bukan Airin. Kayla memasukkan ponselnya ke dalam saku. Cewek macam ini perlu di kasih pelajaran.

"Heh, bocil jangan sok-sok'an lo di sekolah ini. Semakin hari semakin sok cantik lo ya!" cetus Airin memandang tidak suka pada Kayla.

"Oh ya? Padahal emang cantik deh. Kenapa? Lo iri sama kecantikan gue?" balas Kayla tak  kalah songong sembari menggibaskan rambutnya. Cewek itu tidak ada perasaan takut malah seakan menantang Airin.

"Eh lo songong banget sih jadi cewek!" salah teman Airin mendorong pundak Kayla.

"Tau nih, adik kelas sok kecakepan!"cetus Airin. Cewek itu benar-benar tidak menyangka kalau Kayla akan menantangnya. Ia kira nyalinya ciut ternyata lebih bar-bar darinya.

"Haduh, kasian amat kalah cakep sama gue. Udah cakep dari orok!" sombong Kayla seraya melipatkan kedua tangannya di atas dada. Tak lupa dengan gaya menyungging senyum tipis.

"Gue ingetin ya sama lo, jangan pernah lo deketin Gabriel lagi! Asal lo tau, gue sama Gabriel lagi PDKT!" tanpa malu Airin mengatakannya, tentu membuat Kayla terkekeh geli. Ternyata Airin melabraknya hanya karena ingin memberi peringatan.

"Lo kira gue peduli? Status lo aja enggak jelas sama dia. Mau ngancem gue?" tantang Kayla

Airin mengikis jaraknya semakin dekat, tatapan sinis serta tajam itu semakin membuat Kayla ingin menculeknya (mencolok) kalau Kayla mengatakan hubungannya dengan Gabriel. Mereka pasti akan terkejut dan berusaha memisahkan. Tidak, biarkan saja Kayla menanganinya dengan cara lain. Apa itu?

"Cewek macam lo bukan tipe Gabriel! Berharap itu sakit say, apa lagi mengklaim pacar orang. Hadoooh, ngakak guling-guling tapi nggak ada tempat." ujar Kayla kemudian berakhir berdecih.

Brukkhh

Airin geram, kedua tangannya tak kuasa menahan cekalan yang sejak tadi mengepal. Ucapan Kayla membuat darahnya naik, Kayla tidak jatuh ke lantai ia hanya sedikit terdorong ke belakang setelah Airin mendorongnya cukup kasar.

Saat tangan Airin akan menampar Kayla, tangan itu tertahan di udara. Tangan Kayla mampu menahannya, ups! Airin kalah.

"Lo mau nampar gue?" tanya Kayla wajah itu berubah menjadi culas, "Anak sekolah macam apa lo? Bertahun-tahun sekolah tapi nggak tau kalau main tangan itu pelanggaran! Cih,"

"Satu lagi, jangan pernah lo berharap sama Gabriel! Karena dia cuma milik gue! Ngerti?" Kayla menghempaskan tangan Airin sampai cewek itu ikut terhempas mengenai kedua temannya yang ada di belakang.

Kayla pergi begitu saja meninggalkan Airin serta pasukannya.

To be continued❤