Hai, aku kembali❤
Jangan lupa komen yak!
Gabriel mengusap wajahnya kasar, kenapa bisa-bisanya bayangan itu muncul. Saat Gabriel mencoba melupakan Kayla Na Angelita. Sungguh, ia tidak mau lagi larut dalam masa kelam itu. Mencoba membuka hati untuk sosok yang selama ini membuatnya risih. Rasa itu memang tiba-tiba muncul begitu saja. Hanya saja kegengsiannya yang menguasai dirinya.
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa.
"Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Gabriel. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Gabriel. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan.
"Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Gabriel,
"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana."
"Ok," Gabriel dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga.
"Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Gabriel. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya.
"Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,
"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela, mending buat gue aja sih." cibir Syaiful memancing Dimas soal pacarnya yang bernama Maya. Anak kelas IPS 2, ya lumayan cantik.
"Enak aja lo, mau perang dunia ke berapa lo, ha?!" tegas Dimas menatap sinis ke arah Syaiful yang cengar-cengir melihatnya marah.
"Udah-udah, apaan si lo bedua. Buruan keluar!" cetus Gabriel sembari menatap malas pada kedua sahabatnya yang tidak pernah akur kalau soal cewek.
"Bang jago semangat tuh, abis dikasih sebongkah cemilan." goda Syaiful langsung mendapat lirikkan tajam dari Gabriel.
Saat Gabriel masih berada di luar ruangan tadi, Kayla menitipkan air minum dan beberapa camilan untuk Gabriel. Tak lupa pula, dengan ala Syaiful bertanya tentang hubungan mereka. Dan tentunya jawaban Kayla hanya sebatas teman saja. Demi menuruti permintaan Gabriel, berat untuk mengatakannya. Hm,
***
Bel pulang akhirnya berbunyi, semua murid bersiap-siap untuk pulang. Begitu juga dengan Kayla yang heboh buru-buru memasukkan buku ke dalam tasnya. Kayak takut ketinggalan pesawat, cewek itu berpamitan dengan Azura dan Elina.
"See you, my pleeen!" cewek itu melambaikan tangannya dadah, lalu berlari menuju keluar. Kalau bisa jangan sampai Gabriel menunggunya. Ia harus lebih dulu berada di parkiran. Heboh amat, sumpah.
"Huft, panasnya," gumam Kayla sembari mengelap keringatnya dengan punggung tangannya. "Mana ya, Gabriel lama bet ih." karena ia sudah sampai 2 menit yang lalu. Menunggu Gabriel tak keluar-keluar Kayla menghubungi tunangannya.
Panggilan wattsaapnya berdering, tapi tidak di angkat. Kemudian menelfon biasa, kemudian terangkat. "Hallo, ini gue Ipul, Gabriel lagi latihan basket kalau lo mau ke sini ya sini aja." ujar Syaiful.
"Ouh, gitu, iya udah gue ke sana deh."
Kayla kembali masuk ke area sekolah menuju lapangan basket. Ternyata benar, Gabriel sedang latihan bersama teman-temannya. Melihat siswa-siswi di sana, ia melihat Gabriel dan Haru seperti sedang berduel. Kek ada yang aneh,
Haru?
Gabriel?
Memangnya mereka satu kelas?
Kayla bergumam sendiri sembari menghampiri teman-teman Gabriel. Cewek itu menanyakan pada mereka kenapa Gabriel dan Haru bermain basket. Padahal mereka kan beda kelas.
"Kenapa mereka main basket?" tanya Kayla pada Syaiful.
"Ntah, gue juga nggak tahu. Padahal ini udah waktunya jam pulang." jawab Syaiful tapi wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu.
Kayla menyilangkan kedua tangannya di atas dada, memandangi Syaiful penuh curiga. "Kalau lo bohong, jangan harap lo bisa temenan sama Gabriel lagi." ancam Kayla pada ipul,
"Heh, gimana?" bisik Syaiful menyenggol-nyenggolkan lengannya ke Dimas.
"Apaan?" bisiknya, mengerti kode dari Syaiful.
"Anu, ini Kay, mereka cuma main basket doang. Latihan maksudnya." ujar Syaiful dengan senyuman agak gimana gitu ke arah Kayla.
"Awas ya kalau ada apa-apa sama Gabriel, abis lo pada!" ancam Kayla, dengan menatap galak pada mereka. Kemudian ia masuk ke lapangan disaat Gabriel akan memulai pertandingan.
"Cantik-cantik galak amat,"
"Kalau kata Gabriel, dia cewek bar-bar, agresif pula." ceplos Zaenal, kemudian menutup mulutnya yang barusan keceplosan. Mampus, mulut jahanam!
"Ha?!" keduanya terpelongo, iya memang kalau dari penampilan Kayla lumayan kalem, tapi dari segi wajah dan emm🌚lumayan ahaha.
"Bentar-bentar, latihan apa pertandingan nih? Ya kali yang satunya pakai kaos basket sih yang satunya enggak." teriak Kayla di tengah lapangan.
Membuat Gabriel menaikkan alisnya. Ia lupa, tidak mungkin Kayla akan pulang sendiri. Njir, kalau Kayla tahu apa tujuannya ikut pertandingan basket ini. Cewek itu akan sangat ke ge'eran.
"Oh jadi itu ceweknya? Wahh pantes aja jadi taruhan para cowok-cowok." ujar salah satu penonton ya itu tim dari kelas 11 Ips 1.
"Kalau cantiknya begini, gue juga mau ikutan oiii!" sahut Edo salah satu teman kelas Gabriel.
"Maksudnya apa sih?" tanya Kayla, di sini tidak ada Guru atau pengawas. Kayla menatap Gabriel penuh tanya, ada apa sebenarnya?
Gabriel melirik ke arah Syaiful, mengode untuk membantunya. Namun, betapa bangsatnya Syaiful malah membuang muka. Membiarkan Gabriel mengatasinya sendiri, lagian ini kan urusan pribadi Gabriel. Syaiful tidak berhak ikut campur.
"Gabriel, jawab aku!"
"Kita memang latihan aja kok, ya anak basket biasalah Kay, jangan peduliin omongan orang tadi." ujar Haru, membuat kedua mata legam itu menatap ke arahnya. Cowok itu mengatakannya dengan ekspresi santai.
"Tapi tadi kata temen sekelas sama lo itu apa maksudnya? Kalian jadiin gue bahan taruhan?" tegas Kayla masih tak yakin dengan ucapan Haru barusan. Apalagi Gabriel juga tidak mengatakan apapun padanya.
"Kita pulang sekarang!" Gabriel menarik pergelangan tangan Kayla, membuat cewek itu seakan terseret. Mengikuti langkah panjang Gabriel yang terburu-buru. Daripada menambah masalah dan api cemburu. Lebih baik mereka pulang saja.
"Jangan nyengkram, sakit tau!" gerutu Kayla kemudian dilepaskan oleh Gabriel.
"Lo ngapain masuk ke lapangan segala, pengacau tau nggak sih lo!" bentaknya.
"Oh jadi bener, apa kata anak IPS tadi. Kalau kalian jadiin gue bahan taruhan, iya?" balas Kayla tak kalah seru.
"Jangan ke ge'eran lo, kami lagi latihan basket buat tanding minggu depan sama anak Pemuda sakti."
"Bohong!" cetus Kayla tidak percaya, cewek itu mengerucutkan bibirnya. Mau marah takut tidak digubris jadi sudahlah biarkan Gabriel yang marah.
"Ck, nggak ada faedahnya bohong sama lo!"
Gabriel tidak memperdulikan Kayla, ia memasuki ruang ganti, tak lupa untuk mengunci pintu. Ia tahu kalau Kayla cewek nggak ada akhlak dan bar-bar. Tiba-tiba masuk yang ada khilap, duh payah.
Flashback sebelum kejadian....
Gabriel dan teman-temannya sudah menyelesaikan pelajaran olahraga tentang dunia basket. Kemudian bersiap untuk menuju ruang ganti dan pulang. Tapi, di temgah perjalanan. Mereka dicegat oleh rombongan anak IPS 1. Itulah kelas si Haru sembari membawa Bola basket di tangan cowok itu. Sepertinya ada bau-bau emmmm🥊.
Gabriel menatap penuh ke tidak sukaannya pada brengsek itu. Apalagi saat Haru mulai mendekati Kayla.
Haru menyungging senyum tipis pada Gabriel, kemudian maju 2 langkah berdiri tepat di Hadapan cowok jangkung dengan tatapan tajam. Kedua netra pekat itu saling bertatapan.
"Ck, kayaknya lo itu juga suka sama Kayla? Tapi lo gengsi, ya kan?" sindir Haru.
"Tau apa lo?" Gabriel tak kalah sinis.
"Jangan ngeles, kita sama-sama cowok. Jangan terlalu termakan gengsi, Kayla gue embat mampus lu!" sengak Haru, membuat telinga Gabriel panas.
"Kayla cantik, bahkan bisa membuat gue cinta mati sama dia." ucap Haru, semakin memanaskan suasana. Kalau tidak ada Syaiful serta teman-teman lainnya. Pasti Gabriel akan menonjok dan mengatakan kalau Kayla adalah tunangannya. Anjim, gengsi.
Tangan cowok itu sudah mengepal kuat,"Berisik lo!" Gabriel mengatakannya dengan nada tinggi sembari menajamkan tatapan netranya.
"Kalau lo kalah, Kayla buat gue. Kalau lo menang, gue nggak akan ganggu Kayla lagi!" ujar Haru, setelah itu Haru melemparkan bola basket ke arah Gabriel. Tentu cowok jangkung pemilik tatapan dingin menangkapnya. Jago sih,
"Ok, siapa takut!" spontan Gabriel menerima tantangan Haru, padahal Gabriel tidak begitu jago dalam dunia basket.
Tapi demi Kayla, ia harus memenangkannya.
Flasback off..
****
Malam ini Kayla tidak menginap di rumah Gabriel. Cewek itu menyiapkan makan malam untuk dirinya dan sang ibu. Dari pulang sekolah tadi Kayla tidak sempat makan, apalagi bermain ponsel.
Ketika masakan sudah dihidangkan, waktunya makan malam dan menuju tempat duduknya. Baru Kayla akan duduk Ibunya datang.
"Heh, anak pungut sini lo!" bentak Aleta sembari menunjuk ke arah Kayla. Sudah terbiasa dipanggil seperti itu. Kayla tidak pernah memikirkan hal yang aneh atau negatif tentang perkataan Ibunya.
"Iya ma, kenapa?" tanya Kayla dengan lembut.
"Beressin kamar gue, habis itu cuci baju kotor yang numpuk di sono. Awas lo kalo nggak bersih!" tegas Aleta, menatap tidak suka pada Kayla. Padahal sejak tadi Kayla sudah membereskan sekitaran rumah dan ruang tamu. Sampai lupa untuk istirahat.
Cewek itu hanya menuruti perkataan Ibunya, padahal baru selesai masak. Dan perutnya kosong, apa boleh buat. Kayla langsung menuju kamar sang Ibu.
Betapa sesaknya dia melihat ruangan yang berantakan, baju berserakan dimana-mana. Kayla menyomoti baju satu-persatu, cewek itu melihat Kondom berceceran di lantai ditambah bau sp***a yang membuatnya ingin muntah. Air matanya tiba-tiba lolos dengan sendirinya. Rasa sesak itu menjadi sebuah tangisan dalam diam. Kenapa Ibunya melakukan ini?
Jika sang Ayah mengetahui semuanya, pasti keluarganya akan berantakan. Kayla tidak mau hal itu terjadi. Sebisa mungkin Kayla akan menasehati Ibunya pelan-pelan. Tapi Kayla sendiri tidak yakin kalau dirinya akan melakukan itu.
Ketika mendengar suara pintu terbuka, dengan cepat Kayla mengusap air matanya. Kemudian lebih cepat lagi membereskan kamar.
"Lo itu cantik juga ya ternyata," ucap sosok lelaki yang sangat Kayla benci, selingkuhan Ibunya kurang ajar.
Kayla tidak menggubris ucapan lelaki itu. Ia tetap fokus pada tugasnya, ketika tangan orang itu mencolek lengannya. Dengan cepat Kayla ancang-ancang, sedikit ada bela diri. Hempassan tangannya membuat lelaki itu, "Wow, galak juga ya lo," ucapnya semakin mendekatkan diri pada Kayla.
"Bajingan setan!" umpat Kayla, sumpah ia tidak bisa menahan kebenciannya pada lelaki bangsat selama ini. Andai dunia ini tidak ada hukum atau sanksi sudah dari lama Kayla membunuh orang itu.
Tangan Kayla dicekal oleh lelaki itu, membuatnya sulit bergerak. Namun, Kayla bukan gadis bodoh. Kakinya bisa digunakan dan jurusnya pun sangat ampuh membuat otong bengkak.
Lutut Kayla beraksi lalu menendang milik lelaki itu sampai meringis kesakitan. "Argggh sakit bangsat!" umpatnya sembari memegangi anunya.
Kayla langsung keluar dari kamar itu, namun sang Ibu mengetahui, malah memarahinya. Kayla mendapat tamparan di pipi serta cengraman di lehernya.
"Ma sakit, ma." desis Kayla dengan nada berat, lehernya dicengkeram oleh Aletta.
"Sekali lagi lo ngelakuin itu ke pacar gue. Nggak segan-segan gue bakal ngehancurin kepala lo ini!" kemudian Aleta melepaskan cengkraman itu,
"Kenapa sih ma? Salah Kayla apa? Kenapa mama malah belain dia, Kayla ini anak mama apa bukan sih?" rasa sesak sudah tak tertahan lagi, cewek itu menangis lagi di hadapan Ibunya yang hanya diam. Tanpa menatap ke arahnya, pandangan itu beralih ke arah lain.
"Ma, sampai kapan sikap Mama kayak gini terus sama Kayla. Hiks Kayla butuh kasih sayang dari mama. Dan Kayla nggak mau liat mama terus-terussan sama orang itu." Kayla memberanikan dirinya untuk mengatakan ini, kepalanya tertunduk sembari menangis meluapkan kesedihannya.
Wanita itu tidak memperdulikan Anak itu dan malah memilih pergi meninggalkan Kayla.
To be continued❤
spam komen dong