Brakkkk!!!!
Pintu terbuka begitu keras, langkah kaki terdengar semakin dekat. Gabriel terbangun dari tidurnya karena sosok itu sangat begitu tergesa-gesa. Melihat Kayla dan Layla yang sedang terlelap di sampingnya. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Gabriel lebih mengorbankan nyawanya untuk mereka. Tidak masalah jika penculik itu menghukumnya. Asal. Jangan sakiti kakak beradik itu.
Sial! Itu tidak mungkin.
Kayla begitu ketakutan ketika melihat ruangan semakin gelap. Seketika lampu itu redup dan padam.
"Syuuuttt, kamu diem Kayla. Jangan bersuara." pinta Gabriel, ia berusaha keras untuk melepaskan Cable tibles di tangannya . Namun, ini sangatlah kuat jika terus dipaksa, tangannya akan terluka.
"Hikss, aku takut. Aku takut." isaknya seraya mencari-cari keberadaan Gabriel dengan tangannya yang terikat.
"Papy, mamy, hiksss tolong Kayla. Kayla takutt my, py." isaknya lagi.
Sosok penculik itu menyeteri ketiga Anak kecil tersebut. Matanya yang tajam penuh amarah tertuju pada Kayla. Gadis itu seperti mangsa pertamanya. Namun, teralihkan dengan Layla yang tiba-tiba bangun lalu menangis. Pria gila itu marah dan risih dengan tangisan Layla.
"Berisik! Apa kau mau mati duluan, ha?!"
"Ck!" Penculik itu menarik pergelangan tangan Layla kasar. Lampu mulai kembali menyala meski remang-remang. Sangat jelas sekali betapa ganasnya penculik itu membiarkan kepala Layla terbentur sampai mengeluarkan darah.
Kayla hanya menangis melihat saudara disiksa. "Jangan kakakku, jangaaaan. Biar aku aja. Biar aku aja. Jangan kakakkuuuu." pekiknya. Sungguh tragisss.
"Jangan teriak Kayla. Kamu harus diam." Gabriel mendekat dan merapatkan tubuhnya di samping Kayla. Ketika penculik itu mencambuk dan menampar serta menyiksa begitu keji membuat Gabriel langsung berusaha menutup mata Kayla dengan tangannya yang terikat. Setidaknya, Kayla tidak menyimpan moment tragis ini.
"Ku mohon tutup mata kamu, Kayla. Tutup!"
"Gabrieeell, kakakkkkkkkkk!"
"Nggak! Nggak, jangaaan. Tolong tolong!!!!!!" pekiknya di dalam kamar. Ia terbangun tengah malam karena mimpi buruk yang lagi-lagi membuatnya kembali teringat di masalalu. Jujur, ia tak sanggup jika harus seperti ini.
Gabriel beranjak dari ranjang menuju balkon. Duduk di sofa mengingat kejadian tragis masa kecilnya. Wajahnya nampak begitu pucat, matanya seperti berkaca-kaca. Apalagi ketika mengingat bagaimana Layla di siksa sampai kehilangan nyawa.
Teringat jelas dan tidak bisa dilupakan untuk sekarang ini. Apakah akan selamanya? Ku mohon tidak.
Tok Tok.
Pintu terketuk. Pasti Mommy dan Daddy mendengar pekikan dari kamarnya. Gabriel kembali ke kamar menuju pintu, kemudian membuka lalu melihat kedua orangtuanya yang cemas. Meski tidak tahu apa yang terjadi saat itu. Pasti mereka yakin kalau Gabriel sangat trauma.
"Kamu mimpi buruk lagi, ya sayang?" tanya Mommy seraya memeluk Gabriel. Anak itu berkeringat serta wajahnya nampak murung.
"Minum dulu, kamu harus tenangkan pikiran kamu." ujar Daddy.
Gabriel melerai pelukannya, kemudian menatap kosong ke arah Mommy Nya.
"Kamu bisa ceritakan semuanya yang belum kamu ceritakan sama kami sayang. Mommy nggak mau kamu menderita seperti ini." wanita itu membendung airmatanya. Melihat Gabriel seperti ini sama saja ia juga tersiksa. "Mommy sama Daddy akan bantu kamu sayang. Kamu jangan pendam sendiri nak."sambung Lisya tidak bisa menahan air matanya lagi.
"Aku nggakpapa Mommy, aku cuma kecapekan aja. Jadi mimpi buruk."
"Mimpi buruk tentang penculik itu kan? Cerita sama Mommy apa yang terjadi saat itu nak. Apa kamu melihat semuanya saat pencul--" Lisya tidak sanggup melanjutkan perkatannya. Jika benar, sungguh ini menyakitkan. Bertahun-tahun Gabriel memendam luka itu sendirian. Ia tidak menceritakan kejadian yang membuatnya trauma.
"Mom, jangan nangis. Gabriel nggakpapa kok. Aku bisa menyelesaikannya sendiri."
"Kamu itu anak Daddy sama Mommy. Jangan tertutup nak. Kasihan Mommy yang sudah lama ingin tahu semuanya yang kamu sembunyikan."
"Daddy, jangan khawatir." sarkas Gabriel. Biarkan luka ini ia yang menjadi tebusan atas menghilangnya anak dari Galang dan Angel.
Kedua Orang tuanya tidak bisa berbuat banyak. Anak itu sangatlah kekeh dan tidak mau menceritakan apapun. Kenapa Gabriel melakukan ini sampai membuatnya tersiksa sendiri?
****
Kayla menyiapkan sarapan pagi untuk kedua orang tuanya. Teh hangat dan roti berselai coklat serta strowberry. Biasanya tidak ada makanan seperti ini. Kulkas kosong dan tidak ada sarapan pagi untuknya. Ketika semuanya selesai, Aleta datang seraya mengingkat rambutnya.
Kemudian mendekatkan jaraknya pada Kayla. Wanita itu menatap tajam lalu mengancam Kayla agar tidak mengatakan apapun pada Papanya. "Jaga mulut lo! Kalau masih mau hidup! Inget! Awas kalau papa tahu yang lo tahu, ngerti?!" kasarnya, seraya mencengkram leher Kayla.
Kayla memejamkan matanya serta menahan cengkraman kuat di lehernya. Cewek itu hanya mengangguk sembari menangis. Andai saja ia bisa mengatakannya, aaah tidak. Keluarganya pasti akan hancur. Kayla tidak mau itu terjadi.
"Bagus!" hempassan itu.
Mendengar suara langkah kaki suaminya. Aleta memasang wajah yang memelas dan sebaik mungkin. Wanita itu mengelus rambut Kayla yang rapi habis di catok 2 kali. Sok kelihatan menjadi ibu paling baik di dunia ini. Cih, "Hapus air mata lo yang terbuang sia-sia itu, njing!sebelum suami gue tau!" Aleta menipiskan bibirnya ketus.
"Selamat pagi semua. Wahhh udah siap nih." ujar Marcel yang rapi memakai pakaian santai. Karena hari ini dan besok masih cuti bekerja.
"Pagi pa, ia tadi kita siapin sarapan. Ayo pa minum teh hangatnya ya." ujar Aleta dengan lemah lembut.
"Iya pa. Makan ya. Kayaknya Kayla harus berangkat duluan deh. Udah mau telat ini." dusta Kayla.
"Loh, kamu nggak sarapan dulu sayang?" tanya Marcel.
"Nggak pa, udah keburu nih."
"Padahalkan masih jam 7 kurang sayang. Kenapa buru-buru sih? Nanti papa mau antar kamu loh." sambung Aleta yang mencoba ramah dengan Kayla.
"Gabriel udah nunggu juga. Nggak enak lama-lama. Kayla bisa sarapan di sekolah."
"Dahh, pa, ma. Kayla berangkat dulu."
Kedua orang tuanya hanya mengangguk. Marcel melirik ke arah Aleta yang responnya biasa-biasa saja. Apa mungkin benar Aleta sudah berubah menjadi penyayang pada Kayla? Atau mungkin hanya alibi saja?
Marcel mencoba untuk positif thingking saja. Tapi, terlihat dari beberapa tubuh Lisya yang ada lebam dan bekas luka.
Marcel harap dugaannya salah, tidak mungkin Aleta melakukan itu lagi pada Kayla.
"Aleta," panggil Marcel.
"Apa mas?" responnya.
"Apa kamu sudah menerima Kayla dengan sepenuh hati? Atau hanya alibi?"
Pertanyaan itu membuatnya teringat kembali di masalalu. Rasanya ia ingin meleparkan piring itu jauh-jauh. Namun, Marcel adalah harta satu-satunya di sini. Bagaimana ia akan menyambung hidup jika berpisah dengan Marcel.
???
****
Sepanjang jalan ia hanya kepikiran dengan perasaan papanya jika tahu bagaimana kelakuan istrinya selama ini. Apa mungkin lebih baik bercerai? Ahh, Kayla tidak mau memikiraknnya terlalu jauh. Pasti ada cara lain menemukan jalan keluarnya. Huft.
Andai Kak Andrei pulang. Pasti pria itu akan menuntaskan semuanya.
Serumit itukah hidupnya.
7 menitan Kayla menunggu Gabriel yang lama sekali menjemputnya. Sudah 10 meter ia berjalan kaki seraya menelfon cowok itu. Tapi, tidak ada jawaban sama sekali. Huft. Mana sih manusia es itu?
"Eh, sayang. Ehh maksudnya Kayla. Jalan kaki lo? Kasian amet. Sini ikut mobik kece gue!" goda Rexsa seraya menawarkan cewek itu agar bergabung dengannya.
"Dih, siapa lo? Kenal?" ledek Kayla seraya menipiskan bibirnya tak suka pada Rexsa.
"Anjir, untung cantik! Gue pacarin mau lo! Ha?!" teriak Rexsa
"Wleeee." ejek Kayla.
Tanpa ia sadari Gabriel mengikutinya dari belakang memakai motor hitam kesayangan. "Ganjen!" cibir Gabriel.
Kayla menoleh ketika mendengar cibiran itu. Ia langsung tersenyum ceria di depan manusia paling ganteng sejagad. "Kamu cemburu?" goda Kayla.
Sedangkan Gabriel menatap tanpa ekspressi ke arahnya. Kek mayat idup gitu. Namun, ketika melihat senyum di wajah cantik Kayla. Benar-benar mirip dengan gadis yang ia sukai. Kenapa Gabriel menyamakannya? Padahal sangatlah berbeda.
"Apaan si lo? Naik buruan!" perintah Gabriel dengan nada ketusnya.
"Siap bos, ehe!" Kayla langsung menangkring di atas motor. Kemudian memeluk erat tubuh kekar Gabriel.
Mata Gabriel memandang ke arah spion motor. Melihat wajah cantik Kayla yang semakin hari semakin bertambah cantik. Arhghhh Gabriel sadarlahhhhh!
"Yang ih, napa diem. Ayok keburu telat loh." cerocos Kayla menyadarkannya untuk menghidupkan motor.
Gabriel langsung menghidupkan mobilnya menuju sekolah. Ia kembali fokus pada tujuannya. Ketika melihat anak kecil yang sedang berlari mengejar kelinci. Kepalanya mendadak sakit. Hiks, gadis itu.
Brakkkk!!
Motor Gabriel oleng sampai keduanya mengalami kecelakaan kecil. Kehilangan kendali saat mengendarai motor, menambrak trotoar yang tidak bersalah. Tapi, Kayla mengalami luka yang cukup di bagian kaki dan sikunya. Melihat darah yang keluar membuat Gabriel langsung membopong Kayla.
Cewek itu terkejut, Gabriel sekhawatir ini padanya. Banyak orang yang membantu mereka berdua. Kepala Gabriel semakin sakit, Gadis kecil yang mengejar kelinci tadi sudah tidak ada. Apa hanya halusinasi Gabriel saja?
To be countinue.
Iseng update😁
Next part lebih uwuw😍