Gabriel mengamati pintu gerbang yang sudah tertutup rapat. Sejak tadi gadis itu belum muncul-muncul. Kenapa Gabriel merasa resah dan bingung harusnya bodo amat kali ah. Ketika akan masuk ke dalam kelas, ia mendengar suara gadis dan pak satpam sedang beradu mulut. Iya, itu Kayla, Gabriel kembali membalikkan badannya memandang Kayla yang berusaha untuk masuk.
Tapi cewek itu mendapatkan hukuman lari memutari lapangan. Gabriel mengernyitkan alisnya sembari tangan yang sejak tadi masuk ke dalam saku celana. Wajah cool dan tatapan tajamnya tidak lepas memandang Kayla yang berlari sendirian. Kasian, hem batin Gabriel menaruh perhatian pada Kayla. Heee tapi cowok kaku itu menolaknya.
Guru sudah masuk, akhirnya Gabriel kembali ke dalam kelas. Cowok itu memang dingin ya super jutek sama cewek. Tapi, aslinya ia perhatian hanya saja Gabriel terlalu gengsi. Iya, kegedean ego! Kesel deh ama Gabriel. Pengen tak hiiiihh,
Semua murid di dalam kelas mengikuti pelajaran dengan baik, tapi tidak dengan Haru sang ketua kelas. Ya, dia sekelas dengan Gabriel serta Airin. Tidak jauh-jauh pikirannya pada Kayla yang sejak tadi ia tunggu di depan gerbang. Sampai ia sengaja melewati kelas 10 hanya demi melihat Kayla. Tapi cewek itu tidak ada, dimana ya?
Setelah istirahat nanti, Haru berencana akan menemui gadis itu. Demi apa, rasa penasaran kepada Kayla semakin memuncak. Apa sih, arti dari nama Kayla sampai-sampai Haru cowok most wanted yang memiliki banyak fans menyukai gadis bawel dan bersisik seperti sosok Kayla Aurellia Thabita hehe. Haru belum tau nama Kayla coy!
"Btw, gua tadi liat cewek kelas 10 lari-lari ngejer bus deh," ujar Zidan teman sebangku Haru,
"Terus?" Haru sembari mengangkat satu alisnya,
"Ya, lo pepet aja, lagian dia cantik, manis senyum emm pokoknya gue juga mau,"
"Mau lo gimana? Hm?"
"Eeeh, selow bro bercanda doang."
Haru hanya tersenyum tipis, lalu melanjutkan mengerjakan tugas. Sebagai ketua kelas harus rajin dong, udah ganteng pinter lagi.
****
"Kayla, pipi lo kenapa?" Elina bertanya sembari berbisik, rasanya gelisah melihat Kayla hanya diam dari tadi. Bukannya mengerjakan tugas tapi gadis itu hanya melamun.
"Nggak papa kok Lin." jawab Kayla.
"Kay, lo dipukul lagi, ya?" Elina mengatakannya dengan nada selirih mungkin. Gadis itu tahu bagaimana kasarnya ibu-nya Kayla. Elina sering menyuruh Kayla untuk tinggal di rumahnya. Tapi apalah daya, Kayla selalu menolaknya.
Kayla hanya menggelengkan kepalanya pelan, kemudian mengalihkannya dengan melanjutkan tugas yang belum selesai. Gadis itu tidak mau membuat Elina khawatir dan kasihan padanya. Kayla harus kuat, Kayla tidak boleh sedih dan terlihat sengsara. Gadis itu menegakkan bahunya kembali semangat. Lalu menerbitkan senyuman manis di bibirnya.
Pelajaran berlangsung begitu cepat, bel istirahat membuat para murid bersorak gembira sembari berlari keluar kelas. Ketika Kayla akan pergi ke kantin, ia di cegah oleh ketua kelas. Elina yang menyukai cowok manis yang bernama Rexsa kemudian maju.
"Etts, gue mau ngomong sama Kayla, kenapa jadi lo yang dihadapan gue?" protes Rexsa, sembari menatap malas ke arah Elina. Sepertinya bau-bau cinta bertepuk sebelah tangan.
"Kayla lagi mau ke kantin, katanya laper. Jadi ama gue aja ya?" Elina menyolek-nyolek tangan Kayla dari belakang. Karena Kayla adalah sahabat yang penuh pengertian. Jadi, ia langsung keluar kelas menuju kantin.
"Eeeh, eeh, Kayla lo mau kemana?" tanya Rexsa.
"Lo sama Elina aja dulu, gue buru-buru." jawab Kayla.
Kayla menuju kelas Gabriel, menelusuri koridor yang ramai siswa sliweran. Serta cowok yang memandang ke arah Kayla tanpa kedip. Cewek cantik, kalem, tapi nggak sekalem tingkahnya. Kayla bertemu dengan Haru. Cowok jangkung itu tepat di hadapan Kayla. Mereka saling bertatapan sebentar, karena Kayla takut Gabriel salah faham. Gadis itu langsung pergi meninggalkan Haru.
"Kenapa dia?" gumam Haru.
Cowok itu mengikuti Kayla yang berjalan dengan buru-buru. Sesampainya di depan kelas Gabriel. Kayla melihat dari celah pintu yang terbuka, Gabriel bersama Airin sedang duduk sebangku. Rasanya sesak, tapi Kayla bisa apa? Matanya berlinang, mencoba menahan sesak yang ada di dalam dada. "Huft," Helaaan nafas pendek sembari membalikkan badannya.
Ia terkejut melihat Haru di hadapannya. "Astaga, bikin kaget aja." sesakkan dada seketika berkurang,"Oh, iya buat waktu lo nolongin gue. Makasih ya," ujar Kayla.
Haru mengulum senyum,"Ok, sama-sama, tapi gue bukan menagih itu." mata Haru sembari melirik ke name tag. "Kayla Aurellia Thabita."
"Lo, mau ke kantin?" belum menjawab pertanyaan awal, Haru langsung bertanya lagi.
"Iy--iya tapi itu..emm."
"Gue tlaktir, tenang aja."
"Serius?" betapa sembringahnya wajah Kayla.
"Iya,"
Keduanya langsung pergi ke kantin, tanpa mereka sadari sepasang netra pekat mengarah pada mereka sejak tadi. Gabriel geram, kenapa Haru berani-beraninya mendekati Kayla. Bajingan itu, sangat kurang ajar sekali. Etss, cemburu bos?
****
Melihat kehadiran Gabriel di kantin, Kayla merasa tidak enak. Dia pergi bersama cowok, sedangkan tunangannya sendirian. Tapi peringatan waktu itu kan, Kayla tidak boleh dekat-dekat dengan Gabriel waktu disekolah. Hemm, pas pulang dan berangkat saja mereka selalu bareng.
"Har, lo dipanggil sama pak Cahyo. Pada kumpul tuh, di ruang osis." ujar teman Haru,
"Oh, oke. Makasih ye." ujar Haru.
"Kayla, gue duluan ya. Udah di bayar juga kok."
"Sip, makasih yak!" ucap Kayla tersenyum ramah.
Setelah kepergian Haru, gadis itu fokus memandang ke arah Gabriel yang tengah meneguk minuman mizone. Ingin rasanya duduk berdua sama tunangan, terus suap-suapan eh, enggak gitu juga kali.
****
Kayla berlari-lari keluar kelas menuju parkiran, ia berharap Gabriel masih menunggunya. Gadis itu tidak peduli menabrak murid yang sedang berjalan. Setelah sampai di luar, ternyata Gabriel sudah pulang lebih dulu. "Yaah, ditinggal."
"Huft, mana nggak ada ongkos." gumam gadis itu sembari berjalan lesu,
"Kaylaaaa, bareng gue yuk!" Elina menghampiri lalu menggandeng lengan sahabatnya.
"Naik bus, biar gue yang bayarin."
"Gue kira naik mobil, jalan kaki aja yuk!"
"Gundulmu amblas, bengek kalau jalan ih, udah yuk ke halte nanti malah ketinggalan."
Kayla tertawa mendengarnya, kalau berjalan kaki sampai rumah yang ada kaki mereka jadi gempor. Berkilo-kilo meter jarak tempuhnya. Setelah sampai Halte bus, Kayla melihat Gabriel sedang membonceng Airin. Ya mungkin mereka akan bekerja kelompok lagi. Huft! Kayla tidak bisa menahannya lagi!
"Gabriel! Stooppp nggak!"
"Gabrielll!!!"
Pekikan Kayla yang super cempreng, tentu membuat gendang telinga para manusia bberdenging. Gadis itu berlari menyegat Gabriel yang sudah nenjauh. "Kayla udah deh, biarin aja. Kita balap mereka naik bus, ayo!"
"Bangsat!!!!!" umpatnya sembari menginjakkan kakinya kasar-kasar.
Perasaan hati Kayla sangatlah dongkol, dongkol sekali. Seharusnya ia yang dibonceng, bukannya airin genit itu. Kalau Gabriel dingin kepadanya, ia juga harus cuek pada Airin. "Arggghhh, kepala gue jadi sakittt!"
Ketika Kayla memejamkan matanya, bayangan samar-samar itu kembali muncul. Tidak tahu apa yang sebenarnya, sepertinya sangat mengerikan! Kayla membuka matanya kembali, jantungnya berdegup kencang sampai hampir copot. "Itu tadi bayangan apa?" gumamnya sendiri, membuat Elina bertanya. "Kay, lo kenapa?"
"Nggak kok, kesel aja gitu. Huft,"
"Hooft! Gabriel minta disunat!" Elina ikut mendengus kesal,
"Astagfirulloh, jangan dong. Nanti kalau abis, gimana sama gue it-u..emm, anuannya."
"Pikiran gue langsung traveling kay, sumpah deh!"
"Ahhaha, lagian lo mau nyunatin Gabriel?"
"Jangan ogeb jadi orang, cuk!"
Kayla malah jadi tertawa, Elina merasa senang kalau sahabatnya tidak terlihat sedih. Namun, dibalik tertawanya yang bahagia dan menular. Gadis itu menyimpan banyak masalah dan beban. Tidak ada yang bisa mengeluarkannya dari masalah itu. Kecuali, Gabriel!
To be countinued❤