- H A P P Y R E A D I N G -
Sepulang sekolah Kayla berlari meninggalkan kelas karena takut ditinggal pulang oleh Gabriel. Benar, cowok jangkung itu sudah berada di parkiran. Tapi tidak sendirian, sedang mengobrol bersama seorang gadis, ya Kayla tahu siapa cewek itu. Kakak kelas judes, yang hari pertama MOS marah-marah padanya.
Kayla tidak tahu apa yang menjadi topik pembicaraan mereka. Kayla langsung duduk di boncengan motor seraya memeluk Gabriel. Tidak peduli reaksi cowok itu yang terkejut. "Ayo, pulang." rengek Kayla, dengan nada manja. Gabriel menahan rahangnya yang mengeras dengan kepalan tangan.
Airin terkejut melihat gadis bar-bar itu terlihat dekat dengan Gabriel. Apa mereka memiliki hubungan? Airin mencoba tidak kepo, lagi pula percuma saja bertanya dengan Gabriel. Cowok dingin itu akan menjawab "Nggak ada urusannya sama lo." khas gaya judesnya. Meskipun begitu Airin tetap menyukai Gabriel.
"Kalo gitu, kita sambung di Wa aja ya." ujar Airin seraya tersenyum ramah ke arah Gabriel. Cowok itu hanya mengangguk tanpa senyum sedikitpun.
Kayla berfikir kalau Airin mempunyai nomor Wa Gabriel. Ha? Jadi mereka sering chattingan? Hisss, menyebalkan! Kayla cemburu sampai ubun-ubun, masa iya tunangannya berhubungan dengan gadis lain. Baru akan bertanya, Gabriel mengegaskan motornya menuju pulang.
Saat di perjalanan pulang Kayla tertidur dipunggung Gabriel. Sungguh meresahkan sekali gadis ini, pelukannya seakan melonggar. Kalau lepas, Kayla akan terjatuh ke jalan. Gabriel memperlambat kecepatan motornya, cowok itu memiliki perasaan sedikit peduli. Tangan Kayla ia pegang agar tidak lepas memeluknya.
"Nyusahin," gumam Gabriel,
****
Sesampainya di perempatan jalan Kayla terbangun. Pelukannya kembali erat, Gabriel menyadarinya langsung melepaskan tangan Kayla. "Lo megangin tangan gue, ya. Ihh soswet banget deh tunangan gue." Kayla kegeeran bukan main.
"Kalau lo jatuh di jalan, yang ada gue bisa jadi tersangka. Mikir," cetusnya.
"Soswet pokoknya mah,"
"Najis!"
"Pamali beb, nggak boleh najisin orang cantik."
Gabriel mendengus kasar, cowok itu mengebutkan motornya agar cepat sampai di rumah Kayla. Hari ini akan tidur nyenyak tanpa gangguan Kayla.
Setelah sampai dipekarangan rumah, Kayla buru-buru turun. Kemudian tersenyum memperlihatkan gigi rapihnya serta raut ceria ke arah Gabriel. Cowok itu hanya memandangnya tanpa ekspresi. Tidak ada niatan untuk tersenyum ke arah Kayla. Tidak masalah, Kayla mengerti.
"Makasih beb, Hati-hati di jalan yah. Dadahhh. Aku masuk dulu." belum selesai Kayla mengatakannya, Gabriel sudah mutar balik untuk pulang ke rumah. Kayla mendengus sabar, bagaimana pun ia harus sabar. Sikap Gabriel memang seperti itu, berharap kalau suatu saat nanti Gabriel akan menerimanya. Tapi kapan?
"Huft,"
Kayla masuk ke dalam rumah, lagi-lagi ia melihat ibu-nya sedang meminum minuman keras serta bingkisan sampah yang berantakan. Kaki diangkat ke atas meja, wanita itu mengisap rokok dengan bar-bar. Kayla merasa sedih melihat ibu kandungnya seperti ini.
"Kenapa lo liat-liat, nggak suka? Cepet masuk ke kamar sana!!" suruh Aleta seraya menatap sinis ke arah Kayla, jujur saja setiap papanya pergi keluar negri. Pasti aleta akan melakukan hal yang buruk. Kadang seorang laki-laki muda sering ke rumahnya. Itu selingkuhan Aleta, Kayla tidak bisa melakukan apapun selain diam.
Cewek itu langsung naik ke kamar atas, belum lagi nanti ia akan di suruh-suruh oleh Aleta. Kayla anak yang baik, ia tidak mau membantah orang tua. Setelah Kayla masuk ke kamar tempat ternyaman-nya. Gadis itu mengunci pintu lalu merebahkan tubuhnya di ranjang empuknya. Bercorak pink dengan seprei kuda poni.
Air matanya lolos jatuh dengan sendirinya, hatinya berdenyut nyeri. Kenapa ia tidak bisa mencegah perbuatan ibunya. Kayla terlalu takut untuk mengatakannya. Jangankan untuk itu, dia makan saja harus membersihkan rumah dulu. Aleta sangat kasar, bahkan kerap sering memukul Kayla.
"Papa, kapan pulang hikss."
"Kak andrei, papa, aku butuh kalian."
Isakkan Gadis itu membuatnya memeluk erat guling, rasanya ingin cepat-cepat dewasa agar bisa seperti Andrei, sang kakak yang sudah kuliah di korea. Alasan Kayla seperti itu agar bisa keluar dari rumah ini. Rumah yang ia anggap sebagai Neraka.
Ketika gedoran pintu terdengar kasar, Kayla buru-buru mengganti baju seragamnya dengan pakaian santai. Aleta sang ibu menyuruhnya untuk membersihkan rumah. "Keluar lo, beresin rumah sampe bersih! Baru lo makan. Ngerti?"
Kayla menjawab dari kamar seraya memakai celana pendek, "Iya ma,"
Kayla membuka pintu kamar, terdapat Aleta yang bersidakep menatap tidak suka ke arahnya. Tatapan itu seperti jijik, padahal Kayla adalah anaknya. "Cepetan turun, awas kalau nggak bersih!" tegasnya seraya menarik tangan Kayla dengan kasar. Gadis itu mengikuti mamanya turun, cekalan itu membuatnya meringis kesakitan. Luka 2 minggu lalu yang terkena pukulan dari Aleta masih belum pulih.
"Ma, pelan-pelan. Sakit banget tangan Kayla." desisnya tanpa di gubris oleh Aleta.
Sesampainya di bawah, Kayla di dorong sampai tersungkur. Gadis itu menahan sakit lagi, kemudian membereskan sampah-sampah yang memenuhi ruang keluarga. "Jangan sampe lo bilang ke papa soal ini, kalau lo berani nggak ada ampun buat Lo!" betapa kasarnya wanita itu memperlakukan Kayla.
"Iya ma," jawabnya sembari menunduk, tak mau menatap mata kejam itu.
Aleta pergi meninggalkan Kayla, entah kemana perginya wanita itu Kayla tidak tahu. Cewek itu meneruskan membersihkan rumah. Banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. Seperti biasa, tidak ada pembantu atau pengurus rumah. Bahkan sopir pun tidak punya, perusahaan papanya sedang dalam masalah. Jadi, keuangan mereka terbelit.
****
Gabriel memijit kepalanya yang sedang pusing, bayangan-bayangan kejadian itu di ingatannya. Kapan semuanya akan berakhir, Gabriel kembali merasa bersalah kepada Kayla masa kecil. Coba saja waktu itu ia tidak membiarkan Kayla kabur sendiri. Pasti sekarang mereka masih bersama dan bersahabat.
Lisa memanggil anak bujangnya untuk makan malam. Gabriel langsung bangkit sembari mengambil ponsel di atas nakas. Ketika sampai di meja makan, ponselnya bergetar karena mendapatkan pesan dari Kayla. Cowok itu hanya mengernyitkan alisnya, tidak ada niatan untuk membalas.
Kayla
[Gabriel, jangan kangen aku ya. Lopyou. See you.]
Kayla
[Jangan lupa makan banyak-banyak, biar sehat. Besok bangun pagi, jemput aku ya:* byee,]
Kayla
[Meski di baca doang, gue udah seneng kok. Muuuachh.]
Gabriel meletakkan ponselnya di atas meja, membiarkan pesan spam Kayla. Ia melanjutkan untuk makan malam. Gabriel terlihat berkeringat. Memang seperti itu ia setelah mengingat kejadian tragis. Lisa melihat putranya gelisah, langsung duduk mengelus punggung Gabriel.
"Bayangan itu muncul lagi?" tanya Lisa lembut. Anak itu menoleh ke arah mamanya dengan tatapan redup. Gabriel mengulum senyum "Udah berkurang kok, Mommy tenang aja." Gabriel tidak mau membuat Lisya kepikiran lagi. Sudah cukup dia saja yang merasakannya.
"Daddy harap, setelah kamu mengenal Kayla lebih jauh. Kamu bisa ngelupain masa-masa itu Gabriel. Kayla memberikan warna serta kekuatan untuk kamu." sahut Devano, ia rasa memang benar kalau Kayla adalah pasangan yang cocok untuk Gabriel. Cewek itu sangat berusaha keras untuk melunakkan hati serta sikap dingin Gabriel.
"Apa yang daddy kamu bilang, itu bener. Kayla bisa membuat kamu ngelupain semuanya." ujar Lisya.
Gabriel mulai berfikir, setiap berada di samping Kayla ia merasakan sesuatu yang membuatnya aneh. Bukan nyaman, tapi kayak ada sesuatu gitu. Hemm apa itu?
To be continued❤
Heeee semoga suka.
Banyak nanti yang akan aku ceritain di partnya Kayla. Hoho jangan lupa komen komen komen😒