Hanya saja, beberapa kali mencoba pun, Jenie tetap gagal membuka pintu tersebut. Si gadis terlihat sedikit kesal.
Indra tertawa halus menanggapi sikap gadis yang satu itu.
"Cukup, Jen, cukup…" Indra menyentuh bahu Jenie. "Nanti kau malah memperparah kondisi pintu, Jen. Bisa-bisa pintu ini malah tidak bisa terbuka sama sekali."
"Kenapa kita tidak tahu soal pintu ini sebelumnya?" Jenie masih terlihat cukup kesal.
"Well," jawab Indra. Lalu, menatap ke dalam kedua bola mata Jenie. "Karena selama ini kita gak benar-benar memeriksa sampai ke ruangan kedua ini, Jenie."
"Yaah," Jenie mengangguk lemah. "Kau benar, kawan. Kita kebanyakan menghabiskan waktu di depan layar saja. Menyebalkan!"
"Sudahlah," Indra tersenyum pada Jenie. "Tenang dulu."
Lalu, laki-laki tersebut memandang pintu berdaun ganda tersebut sekali lagi, memandang ke langit-langit ruangan. Lalu mengoperasikan C-Pad di tangannya.
"Hyker," laki-laki tersebut mnenyeru satu nama. "Woiii, Hyker, kau bisa mendengar aku?"