Teh hangat menemani keduanya dalam canggung, baru kali ini Azalea ada di dalam rumah laki-laki, hanya berdua pula. Dulu meski ia menyandang sebagai kekasih Romeo, jangan kalian pikir ia bebas berduaan. Selain Romeo orang yang sangat deawas Azalea juga masih tinggal dengan kedua orang tuanya.
Romeo adalah sahabat dari kecil, keduanya tumbuh dalam lingkungan yang sama. Sangking dekatnya kedua orang tua mereka sepakat mendekatkan. Azalea pun belum pernah dekat dengan laki-laki lain jadilah orang pertama yang dekat dengannya adalah Romeo, dari awal sekolah sampai ia lulus, barulah setelah itu ada perencanaan pernikahan.
"Lea, aku akan memberikan tugas untukmu" Dhruv menjeda ucapannya.
"Kau harus berusaha membuat aku jatuh cinta padamu, dalam waktu tiga bulan!"
Uhukk!
Teh yang ada dalam mulut Azalea menyembur begitu saja tanpa terkendali. Ia tidak salah dengar kan? Tugas yang bosnya ini berikan.
Azalea menyamping dengan perlahan takut Dhruv hanya mengerjainya saja. "Maksud Bos?" Azalea menggeleng tidak mnegerti.
Dhruv membenarkan posisi duduknya sampai Azalea benar-benar menghadapnya, lalu mencekal tangan Azalea seakan takut ia lari.
"Kamu! harus buat aku jatuh cinta, dalam waktu tiga bulan, kalo kamu gagal. Ya tidak masalah, kita anggap permainan ini selesai!"
Azalea makin tidak paham otaknya tidak mampuh mencerna kepintaran Dhruv. Dhruv terpejam sekali lagi ia katakan, "Akan aku ulang, simpa baik-baik di dalam sini!" Dhruv menyentuh pinggiran kepala Azalea.
"Kita buat permainan, kamu harus membuat aku jatuh cinta dalam waktu tiga bulan, kalau dalam waktu itu tidak ada getaran dalam hatiku permainan selesai!"
Azalea mengangguk. "Apa yang harus aku lakukan agar kau jatuh cinta padaku? Bos. Tugas ini aneh, setelah aku berhasil membuat jatuh cinta, lalu apa yang kau lakukan?"
"Lakukan saja! Aku ngantuk nanti pagi kau harus buatkan aku makanan!" Dhruv pergi masuk kedalam kamarnya meninggalkan Azalea yang masih bingung, bagai mana cara agar orang lain jauh cinta padanya. Sedangkan ia saja tidak mengeri bagaimana Romeo menyukainya.
Dhruv membaringkan tubunya di ranjang, lalu menguap, "Lega sekali, sekarang aku ingin tidur."
Berbeda dengan Azalea, terlentang di atas ranjang namun matanya enggan terpecam, mencoba memahami pekerjaan barunya membuat bos jatu cinta padanya. Azalea berpikir di ranjang dengan Dhruv di bawahnya dan ia di atasnya menggoda, mengedipkan mata.
"AAAA..." Ia mengacak rambutnya sendiri.
"Hera, bagaimana cara agar membuat orang lain menyukai kita?" Azalea mengirimkan pesan pada Hera.
"Kau sedang jatuh cinta? Pada siapa?" balas Hera kemudian.
"Tidak aku tidak mencintai dia. Dia yang memintaku untuk membuat ia mencintaiku. Kau mengerti? Ahh... aku bingung jadinya," Dengan stiker sedih Azalea mengungkapkan isi hatinya.
Hera mengirim stiker tertawa.
''Mungkin kau harus menarik perhatiannya dengan hal-hal yang ia suka!"
Azalea kembli membalas Hera, "Ia suka dengan kue buatan ku," Klik kirim.
Hera kembali membalas.
"Kau buatkan setiap hari!" balas Hera.
"Baiklah, terimakasih," Hera memberikan stiker hati.
Esok paginya Azalea sudah sibuk di dapur saat Dhruv belum bangun.
"Alatnya tidak ada," gumamnya mencari alat-alat untuk membuat kue.
Dhruv baru keluar dari kamarnya, dengan dada terbuka hanya menggunakan bokser ia berjalan ke arah lemari es, lantas membukanya, meneguk air dingin itu tanpa gelas.
Azalea berbalik. Melihat Dhruv hanya memakai celana pendek, Azalea langsung berteriak menutup wajahnya.
Sedangkan Dhruv melepaskan botol yang menempel pada bibirnya.
"Ada apa?"
"Bos. Bos, kau telanjang mana bajumu?"
Dhruv melihat tubuhnya lalu bagian bawahnya.
"Kau tidak melihat bagian bawahnya!" goda Dhruv.
"Tentu saja tidak, kau harus ingat ada aku!" keluh Azalea lagi, msih menutup wajahnya.
Dhruv malah maju, lantas membuka tangan Azalea paksa. "Aku memakai celana Lea!" Dhruv pergi dengan mata Azalea yang masih tertutup. Terserahlah pakai celana atau tidak, untuk Azalea melihat laki-laki tidak memakai baju sama saja dengan telanjang.
Dhruv keluar dari kamarnya dengan stelan jas rapih tapi dengan dasi yang msih belum terpasang.
"Lea!" Azalea menoleh.
"Bantu aku!" Ia mendekat ke rah Azalea yang masih di dapur dengan nasi goreng di atas mini bar telah tersaji, Dhruv menyerahkan lehernya agar Azalea mengikatkan dasi.
"Aku ingin membuat kue, tapi tidak ada alatnya?" keluh Azalea. Dhruv mendengarkan.
Dengtan cekatan Azalea mengikat dasinya.
"Dulu aku selalu meminta pada Ayah agar aku yang mengiktkan dasi padanya. setelah terikat ia akan berkata. 'terimaksih anak ayah. Lalu mencium keningku," Azalea selesai dengan dasi Dhruv namun ia masih tenggelam dalam masa itu. Ibunya akan di dapur saat ini dengan tangan penuh tepung membuat camilan untuk mereka, saat ayahnya pulang sudah tersaji.
Tanpa Azalea duga Dhruv membingkai wajanya lalu mencium dahinya lembut. Azalea terpaku sampai pada Dhruv melepaskan bibirnya. "Hari ini kau di rumah!" Dhruv pergi dengan getaran hati.
Azalea masih diam, asing dengn perasaan barusan?
Orang-orang yang biasa datang membereskan rumah Dhruv terkejut melihat wanita keluar dari kamar tamu.
Ada barang-barang yang mereka bawa.
Azalea memperkenalkan diri, "Saya karyawan Mr. Wilson."
"Kami yang biasa membersihkan rumah, bila nona butuh sesuatu bisa kami bantu?"
Azalea menganggu.
Kedua orang itu mulai membuka barang-barang pesanan Dhruv, Azalea masih mengamati itu alat-alat untuk membuat kue. Azalea tersenyum suka ia akan membuat kue seharian ini.
Tidak tanggung-tanggung yang datang, dapur diperluas hari itu juga sampai ia tercengang melihat keadaan dapur dengan peralatan luar biasa.
Dhruv :
"Aku belum menemukan anak itu," tutur sahabat Dhruv keduanya ada di kantor saat ini.
"Aku harus menemukan lebih dulu sebelum wanita itu," tekad Dhruv, anak itu adalah kunci dari semua masalah antara ia dan Ayahnya.
"Kau yakin ia berharga?" Riko menegakan tubuhnya.
"Hanya anak itu satu-satunya harapan," Anak yang bersama ibunya malam itu, ia yakin ada suara anak kecil, mungkin sekarang ia sudah remaja.
Malam itu anak itu hilang, Dhruv berharap ia baik-baik saja saat ini.
"Sebelum kecelakaan itu, ibuku memili bukti penggelapan uang yang dilakukan wanita itu, dan malam itu ia ingin menyerahkan pada Ayahku, sial ternyata ibuku yg lebih terkejut."
"Baiklah kawan aku bantu sampai akhir," Riko keluar dari ruangan Dhruv. Ia mengangkat telpon dari seseorang.
"Tenang saja dia belum menemukan, kau harus lebih cepat. Dia yakin akan bukti itu!"
Riko terus berbicara dengan orang di sebrang sana, sesekali ia melemparkan tatapan menggoda pada para wanita.
"Iya, kau juga harus urus wanita itu jangan sampai apa yang kita lakukan sia-sia! Jangan sampai ada Wilson yang lain. Dia harus hancur sebelum mencapai tujuan."
Orang dari sebrang sana terdengar tertawa.
"Apa yang kau tertawakan? kita belum mendapatkan semuanya, kau harus cepat membuat ia lumpuh dan menandatangani wasiat itu!"