Bukannya istirahat Azalea malah datang ke kantor dengan sekeranjang kecil kue kereing bertabur cookies, ia melangkah masuk dalam kantor.
"Nona Arumy?"seseorang memanggilnya.
Azalea menoleh. Ia mengenal laki-laki ini.
"Maaf, aku yang menabrakmu," ujarnya. "apa kita bisa bicara sebentar? Aahh... tentu saja jika kau ada waktu?"
"Tidak perlu terlalu canggung, tentu saja aku ada waktu. Kita ke kafetaria?" ajaknya, kemudian.
Seakan terhipnotis suara riang Azalea, Lucas sempat terpaku sesaat namun kembali sadar lalu berjalan mengikuti langkahnya. Sampai di sana Azalea memesan susu coklat hangat sedangkan Lucas memesan kopi.
"Bagaimana dengan kakimu?" pertanyaan Lucas, mempersilahkan Azalea duduk. Ia membantu menyandarkan tongkat.
"Terimakasih, aku baik-baik saja."
Lucas ikut duduk, melepas satu kancing jasnya. "Kau, kekasih Dhruv?"tanyanya.
Azalea mendadahkan kedua tangannya. "Bukan, kami hanya berteman." ada semu merah jambu di kedua pipinya
"Kau tidak perlu canggung, aku merestui kalian!"
Azalea kebingungan, orang ini mengenal Dhruv sedekat itu.
"Kita belum berkenalan." Lucas mengulurkan tangannya disambut Azalea. "Aku, Lucas, adik Dhruv."
Azalea terperangah, adik Dhruv? Ia tidak pernah bercerita memiliki adik, atau?
"Aku, Azalea.''
"Dhruv, pasti tidak pernah cerita memiliki adik, aku adik tirinya. hubungan kami tidak begitu baik karena Dhruv masih saja membenci Ibuku," tutur Lucas sedih.
"Tadi, aku ingin menyapanya, tapi ia menolak untuk bertemu," timpalnya lagi. Menarik simpati Azalea.
"Kau mahu aku bantu? Aku akan coba bicara dengannya, masa lalu tidak perlu terus dikenang andai menyakitkan." Azalea tipe wanita yang suka ikut campur urusan orang, ia akan selalu tertarik ketika ada masahal yang membutuhkan orang ketiga.
''Kau bisa membantuku? Aku beruntung bisa menemuimu di sini."
"Dhruv itu sebetulnya sangat baik, hanya ia seperti kesepian. Kau harus sering mengajak ia makan di rumah bersama Ibu dan Ayahnya," kata Azalea dengan suara rendai. Ia tidak boleh membicarakan orang nomor satu itu sembrangan, semua informasinya penting dan tidak boleh bocor.
"Apa kau tahu, ia memiliki insomnia yang parah?" bisik Azalea lagi, kepalanya sampai mendekat, takut tidak terdengar Lucas.
Lucas smirik. "Kenapa bisa seperti itu?" tanyanya makin mengorek informasi.
Azalea kembali menjauhkan wajahnya. "Aku tidak tahu," katanya polos.
Lucas menggigit bibir dalamnya, kembali mengontrol emosinya, "lain kali aku bisa bertanya soal Dhruv padamu?''
"Tentu saja, aku juga akan membantunya kembali pada keluarga, dari pada hidup sendirian. Cukup aku saja yang merasa sendiri," keluh Azalea yang tidak dimengerti Lucas
Perbincangan keduanya berakhir, dengan Azalea naik ke lantai atas ada misi lain selain permainan bos yang aneh itu? Yaitu membuat bos kembali pada keluarganya, dan melupakan masa lalu. Masih lebih baik ia memiliki ibu dan adik tiri.
Ruangan Dhruv :
Suara ketukan menghentikan ucapan Dhruv, Azalea masuk.
"Apa aku mengganggu, Rapat kalian?" tanya Azalea. Tidak ada satupun yang menjawab, hanya melihatnya. Azalea juga terpaku. Lebih baik ia keluar!
"Tidak, kau tidak mengganggu, masuklah!" perinth Dhruv.
"Aku, bawa kue kering."
Dhruv melihat tajam, itu kuenya!
"Aku membawa banyak, cukup untuk kita semua, dan aku sisakan di rumah."
Masih tidak ada yang menjawab, lalu.
"Bawa kemari! kalian boleh sambil makan!"
Mereka langsung gaduh, mendekati Azalea lalu mengambil kue itu dan Dhruv juga mendekat, "Di rumah, kau harus menyuapiku! ini perintah!"
Glek...
Azalea menela ludahnya mendengar bisikan bosnya.
"Enak sekali Rumy," masih banyak pujian lain yang ia dengar, Azalea menyukai apa yang ia lakukan tidak sia-sia rupanya.
Rapat kembali berjalan, dengan camilan yang terus menjadi teman. Sampai rapat selesai dengan hasil yang baik. Azalea kembali duduk di tempatnya.
"Kau! sudah aku katakan untuk di rumah!" kata Dhruv di balik meja.
"Aku sudah baik-baik saja bos, aku baru saja mulai bekerja tapi sudah bolos berapa kali,'' rajuk Azalea, ia bosan jika hanya diam saja apa lagi di rumah Dhruv sudah ada asisten rumah tangga, lalu untuk apa ia di sana?
"Lalu, untuk apa kau di sini?'' tanya Dhruv kemudian.
''Menemanimu!" jari keduanya terangkat membentuk hurup v di tempelkan di kedua sisi pipi bulatnya, ditambah senyuman lebar.
Boleh tidak Dhruv mencubit pipi itu atau menciumnya? Dhruv meneguk ludahanya. Ia beranjak dari tempatnya lalu mendekati Azalea. Menangkup kedua pipi itu.
Azalea terpaku, tidak berkedip melihat lekat netra Dhruv yang melihatnya.
Lalu berubah, Dhruv mencubit pipinya gemas. "Kau, tidak mendengarkan perintahku, terus saja membantah!"
"Sakit... Bos!" pipinya dilepaskan Dhru.
Ia kembali pada Mejanya, Azalea masih mengusap kulit pipinya yang merah karena ulah Dhruv.
"Issttt..." keluhnya.
"Bos, tadi aku bertemu Lucas, harusnya masa lalu itu harus dilupakan, kau harus belajar memaafkan! Kau masih beruntung mempunyai mereka!"
Gebrakan meja membuat Azalea tersentak serta tatapan Dhruv yang menusuk penuh kebencian, "Kau bertemu dengannya? Jangan pernah ikut campur urusanku!" Bentak Dhruv. Baru kali ini Azalea melihat kemarahan Dhruv padanya.
Azalea hampir menagis, Dhruv membalikan tubuhnya. "Keluar!" Hentakan suaranya kembali mengagetkan Azalea.
Azalea meneteskan air mata, ia terlalu jauh ikut campur, ia meraih tongkatnya lantas perlahan jalan menuju pintu membukanya. Sempat melihat punggung penuh kebencian itu.
Seketika Azalea menyesali bujukannnya tadi.
Ia menangis di dalam toilet, terlalu dalam ikut campur urusan pribadi bosnya. Azalea pulang ke rumahnya, meninggalkan kue kering dan masakan untuk Dhruv makan.
Kemeja putih masih tergantung dengan noda kopi, ia menyesal tidak seharusnya ia menekan Dhruv. Tapi bukankah hidup harus saling mengerti dan memahami mungkin Ibu Lucas salah menerima lamaran Ayah Dhruv, itu sudah terlewat harusnya Dhruv bisa menerima.
Azalea merasa ia tidak bersalah mengatakan untuk menerima Lucas juga Ibunya toh, Mr. Wilson bahagian bersama mereka. Azalea menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, melihat plafon hiasan lampu origami bentuk burung angsa.
Sampai tanpa ia sadari terpejam, 'Lea' seseorang manggilnya Azalea mengikuti arah itu, "Romeo," wajah yang sudah sangat lama ia rindukan, ia hadir meski hanya dalam mimpi. Azalea sadar ia sedang bermimpi tapi ia biarkan berlama-lama memandang dalam senyuman.
"Tok...!"
"Tok..!"
"Tok...!"
Ketokan pintu menyadarkan Azalea, "berapa lama aku tidur? Iya, sebentar!" Azalea meraih tongkat, lalu berjalan perlahan menuju pintu.
Di luar seseorang yang sudah berambut putih mengetuk pintu. Azalea membukanya.
"Katanya pintunya rusak?"
"Iya, paman. Paman yang aku telpon kemarin?" Azalea menggeser tubuhnya, membiarkan orang tua ini mulai melihat slot pintu.
"Iya, aku yang kau telpon, aku sudah ke sini tapi tidak ada orang," ujarnya, mulai mencongkel pintu.
"Maaf Pama, aku di rumah sakit."
"Ini tidak bisa diperbaiki, harus mengganti dengan engselnya juga pintunya!" ujarnya, memperlihatkan slot kunci yang masih bagus.
"Jadi aku harus mengganti semuanya?" Azalea belum bisa menggantinya hari ini, uang yang ia miliki tidak cukup.
Mohon dukungannya untuk novel ini bep, review, bagikan d sosmed kalian dan hadiahnya juga jangan lupa, hehheeh... terimakasih salam sehat untuk kita semua.