MAAF TENTANG RANJAU TYPO:(
.
Sebelumnya Farhan membawa mobilnya beserta tubuh letihnya yang baru tiba dibandara langsung datang ke tempat Tika dan Fahri berada, dan sekarang laju kendaraan miliknya ia arahkan menuju rumah Tika, dia juga menelpon supir dirumah untuk datang kerumah Tara untuk membawa mobilnya pulang nanti.
Dia tidak ingin menantang maut denganmembawa mobil dikala dia benar-benar letih, apalagi perasaanya masih belum membaik setelah ditinggalkan.
Jika kalian emosi dan gemas dengan sikap abang yang, kok. Kenapa nggak langsung nyatakan aja?!.
Padahalkan jika ditilik kebelakang. Abang sudah mengenal luar dalamnya Tika bagaimana begitu juga sebaliknya, kemudian abang juga dekat dengan keluarga Tika begitu juga sebaliknya. Sangat dekat malahan. Lalu dimana kesulitannya?. Jika dilihat-lihat semuanya semuanya terlihat mudah dengan semua alasan diatas.
Yang membuat abang sulit menyatakan itu apa sebenarnya? Apa yang menghalangi abang untuk maju dari hubungan adik kaka zone, menuju ikatan berbumbu roman.
Takut ditolak?.
Mungkin alasan ini terdengar lucu dan sedikit tidak masuk akal untuk laki-laki matang berumur kepala tiga. Tapi ini benar-benar nyata, karena masa lalu abang yang membuat luka pada dirinya.
Dulu, rumah tangga orang tua abang tidak seharmonis keluarganya yang sekarang. Ibunya pernah menlak dia hadir dan mencoba membuang dan bahkan hampir membunuhnya, karena emosi sang ibu yang tidak terkontrol. Ibunya memukul punggung abang dengan tongkat kayu.
Hal itu dilakukan ibunya karena marah dengan cara ayahnya menceraikannya,abang menjadi pelampiasan emosi ibunya untuk menarik perhatian ayahnya, jika anak kesayangan miliknya akan mati ditangannya jika dia tetap menikah dan meninggalkan ibunya. Dari sini kalian paham?.
Abang menjadi cacat secara tak kasat mata, orang tidak akan mengetahui hal seperti ini jika tidak mengoreknya. Kemudian beranjak dewasa, abang dibawa oleh ayahnya dan menceraikan sang ibu yang gila.
Dengan tinggal bersama ayah serta keluarga tirinya, abang mulai pulih. Walau ketika itu abang dalam keadaan yang memprihatinkan, dengan tubuh yang mengurus dan rasa takut yang menggrogoti hatinya hari kian hari sampai bulan demi bulan.
Abang mulai dapat mengobati perasaan itu, dia dapat menjadi dirinya lagi. Menemukan jati dirinya yang dulu hilang karena luka psikis yang dia dapat, abang mulai jatuh cinta dengan seorang perempuan di masa SMAnya.
Abang bercerita pada ayahnya, karena hanya sang ayah yang dia percayai walau nyaman dia dapatkan dari keluarga tirinya. Dia masih menjaga jarak itu. Dia mendapatkan dua adik, daari pernikahan kedua ayahnya.
Ayahnya berkata dia perlu menyatakannya, jadi ketika si perempuan lebih dulu mendekat untuk bertanya soal matematika. Abang sudah kege'eran dengan sikapnya, bahasa sekarangnya mah sudah baper.
Akhirnya abang nyatain dengan ajak jalan, tapi abang tidak tau jika perempuan itu sudah punya pacar dan mengiyakan ajakan abang untuk menjadi kambing hitam meminta putus dengan pacarnya yang suka mengancam. Dengan cara mengiyakan ajakan abang biar dikira selingkuh dan yang kena imbas bukan dia, tapi pasti abang.
Dan terjadilah sesuatu yang sangat dia benci, yaitu ditolak kehadirannya sekaligus di peralat oleh orang yang dia cintai. Abang dicaci maki dan dipukuli habis-habisan sampai mendapatkan perawatan insentif dirumah sakit, namun walau begitu.
Abang masih tetap menolong perempuan yang dia cintai ketika akan di cabuli secara bergilir dihadapan abang yang sudah terkapar ketika itu. Mereka membawa tubuh abang yang sekarat dan perempuan itu ke tempat basecamp mereka dimana, sifat tercelan mereka dilakukan untuk memberi jera pada perempuan yang abang suka.
Agar tahu diri dia milik siapa dan tanpa lelaki keparat itu, dia tidak akan bisa apa-apa.
Tapi, ketika masalah ini dibawa ke meja hukum. Perempuan itu malah menusuk abang yang membelanya sampai patah tulang lengannya akibat diinjak, hidungnya yang patah karena di tendang. Dia membuat pengakuan palsu karena ancaman keluarga tersangka, jika abanglah yang ingin memperkosanya dan kekasihnya yang mencoba menyelamatkan sampai kemudian baku hantam terjadi.
Sebelumnya juga, perempuan itu berkata dengan kejam jika dia tidak mungkin mau pergi jalan dengan abang jika tidak dipaksa.
"Saya tidak mungkin mau dengan laki-laki tidak terurus seperti dia!. Tidak akan mau, jika dibandingkan dengan pacar saya yang lebih memiliki segalanya."
Penolakan keras yang mana membuat abang benar-benar terluka luar dan dalam.
Singatnya, itulah mengapa abang sulit untuk mengaku cinta walau sudah begitu dekat. Hanya lima langkah didepannya untuk mengatakan jika abang begitu sayang dan tidak ingin kehilangan Tika.
Itulah mengapa sikapnya selalu mengekang dan posesif terhadap Tika dan melakukan hal paling menyebalkan untuk menghalangi Tika berdekatan. Tapi karena itu, dia membuat Tika menangis dan momok jika Tika akan membenci lau menjauhinya.
Seperti sekarang ini, dia duduk diruang tengah rumah Tika. Menunggu sang empunya pulang namun sudah pukul tujuh belum juga pulang, sedang Tara diam menatap layar leptop tanpa repot-repot mengajaknya bicara.
"Assalamualaikum..."
"Walaikumsalamm! Kenapa jam segini baru pulang? Inikan udah malam, biasanya kamu kabarin abang deh." Cecarnya berjalan mendekati Tika yang ada diambang pintu.
"Loh emang abang nggak baca pesanku?,"
"Kapan?. Kamu gak ada tuh kirim pesan?,"
"Masa sih.." ujar Tika tak yakin dan merogoh ponselnya untuk dia lihat.
"Udahlah, biarin Tika masuk dulu. Introgasinya bisa nanti setelah kita duduk." Intrupsi Fahri sambil mendorong punggung Tika yang sedang fokus pada ponsel.
Sedang abang langsung memukul tangan Fahri yang menyentuh punggung kecil milik Tika. Dia cemburu, sangat terlihat. Tara juga ikut melirik sedang Fahri terkekeh. Tapi bagaimana jika dia sepertinya tidak bisa menahan diri dan mengatakan jika dia ikut tertarik dengan Tika, yang juga disukai oleh sahabatnya.
"Eh iya. Ternyata aku belum ngirim pesannya tapi udah ku ketik, liat deh." Tika sodorkan hpnya kedepan wajah abang yang kelam.
Abang mencebik tidak suka, dia dibuat khawatir karena tidak mendapat kabar dari simungil nan menggemaskan ini. Dia menunduk untuk menatap wajah Tika yang merasa bersalah sambil tersenyum meringis.
Sedang amarah abang baru saja luruh setelah melihat jika Tika sudah ada dihadapannya dan baik-baik saja. Dengan senyumnya yang terlihat lucu serta matanya yang berpendar polos itu, rasanya sudah cukup untuk mendinginkan dadanya yang sedari tadi panas.
"Ok, kamu ganti baju kalau begitu."
"Siap laksanakan!,"
Tika hengkang meninggalkan ketiga pria dewasa diruang tamu, Farhan yang sudah dapat merilekskan pundaknya bersandar lelah pada sofa. Tara yang melihat itu mendengus tidak suka, sudah di pancing sedimikian rupa sampai dia memperlihatkan rasa cemburunya.
Masih saja tidak sadar, bang Tara kesal bukan main. Jadi dengan jurus julid menjulid yang gennya jatuh pada Tika, bang Tara mengeluarkan suaranya.
"Sebenarnya yang abang kandung si Tika siapa sih?. Kok ya, yang lebih dihargai orang lain ketimbang abang kandung!. Pacar bukan suami bukan, tapi adek gue nurutnya sama manusia sok kegantengan ini." Tunjuk bang Tara dengan mulutnya.
Abang yang sudah lelah tidak dengarkan omongan bang Tara, habis telinganya sedang tulis karena memikirkan apa yang harus ia lakukan agar perasaannya terselamatkan dari rasa cemburu takut kehilangan wujud nyata Tika dari hidupnya.
"Fahri, kalau udah kenal Tika kaya gimana jeleknya. Mending langsung lu lamar aja ya, ta'aruf kek. Gue bisa percayain adek gue, usia adek gue udah mau kepala tiga tapi gak ada kejelasan."
Bang Tara naik pitam jadi berkata tanpa filter hp oppen, asal copas aja dari otak cerdas nan luas pemikirannya.
"Iya. Niatnya saya juga mau lamar Tika bulan depan," Fahri menjawab tanpa ragu.
Yang mana membuat abang dan bang Tara meneggakan punggung menatap Fahri terkejut.
"Lu seriusan?,"
"Minta masuk neraka jalur VIP kayanya, lu ya?." Abang bertanya sarkas tidak terima.
"Iya, emang wajah saya tidak terlihat seriusnya?."
"Yakan, baru sekarang lu jalan sama adek gue,"
Mendengar itu abang kelabakan dalam hatinya dan berdiri sambil menunjuk kearah Fahri tidak setuju.
"Gue gak akan menyetujui ini!! Tika gak bisa lu berikan sama bekasan kek dia!!. Dia pernah gagal dalam pernikahannya," abang meledak sampai membeberkan status Fahri dengan suara keras menahan emosi.
"Kalau adek gue gak boleh nikah sama Fahri, sebagai gantinya. Apa lo yang bakalan nikahin adek gue?." Bang Tara berdiri sambil menatap serius tepat pada kedua bola mata milik abang yang memerah.
Tertegun, emosinya langsung surut dan tergantikan rasa takut nan besar oleh pertanyaan bang Tara. Sebab abang tidak dapat memastikan tapi tidak ingin melepaskan Tika, sedang yang memperkenalkan Fahri pada Tika adalah dirinya.
"Enggakkan?. Ibarat kasarnya, lu cuma orang luar yang tidak dapat didengar suaranya. Jadi keputusan dia menerima lamaran Fahri itu tergantung Tika, bukan lo!!."Final bang Tara yang kesal karena abang terlihat pucat dan tidak dapat menjawab.
Jadi, abang. Mau nikahi Tika atau mau digantung saja kaya judul lagu lawas. Author menunggu jawabannya...
__
**
AUTHOR NOTE'S
Jangan lupa klik tambahkan ke perpustakaan cerita ini hehehe.
Nikmatin dulu ya, atau mungkin bisa berbagi gimana kisah kalian digantung dengan status kaka adik zone:")).