Chereads / EAT ME SIR. / Chapter 21 - MANTAN ABANG KENCENG YA,BUN!

Chapter 21 - MANTAN ABANG KENCENG YA,BUN!

Bang Tara belum tau kalau abang sudah melamar Tika dan Tika belum berani bilang. Soalnya Tika sedang menikmati bagaimana abang memanjakan dia selayaknya seorang kekasih.

Tika sekarang lagi belanja bulanan karena buah dan sayuran dikulkas sudah habis, walau sedang tinggal sendirian. Dia sudah seperti perempuan rumah tangga yang pagi-apgi memasak untuk suaminya, soalnya abang ini tamu tidak diundang yang tiap hari datang untuk makan masakan Tika.

Tidak memberikan Tika untuk membuatkan kue maupun makanan untuk orang lain, pasti diembat abang duluan sebelum Tika beri ke orang lain terutama mas Fahri.

"Mau lagi gak?,"

"Gak deh, ini aja udah kenyang."Kata Tika ketika melihat mangkuk isi es cendol durian miliknya sudah habis begitu juga dengan bakso tusuk dan orion ring milik abang.

Lagi-lagi yang tukang makan itu bukan abang, tapi Tika pemirsa. Itu sebabnya Tika semok jadi terlihat makin kerdil. Tinggi Tika itu dibawah 150 cm, anak kelas enak SD saja sudah setinggi Tika kalau berdiri bersisian.

Apalagi kalau dengan abang, di kira adiknya. Makannya abang sering marah tiap kali Tika pakai celana, karena terlihat lebih muda dan abang yang memang tua seperti kakaknya. Itu kenapa, seringnya Tika pakai rok dibawah lutut atau dress.

Jadi, jaman semasa kuliah. Tika pakai celana jeans sama kaos abu-abu longgar, rambut sebahu Tika gerai. Waktu lagi beli kandanga kucing pertama kali, Tika pernah di kira adiknya abang. Terus abang ini nggak terima, loh padahal memang benar adikkan, walau bukan kandung.

Begini kata kasir pethshopenya pas liat Tika ngadi-ngadi dengan ambil satu makanan terus nanti mengembalikannya lagi ke tempat karena mahal sambil komentar layaknya netijen tanpa adab

"Ini makanan kucing lebih mahal dari makanan gue sehari-hari, ya Allah dah."

"Yaudah beli aja, kan abang ynag bayarin."

Terus abang bayar ke kasir, eh, abangnya malah nyeletuk bikin abang misuh sambil bilang.

"Adeknya lucu ya mas,"

Tapi abang misuh-misuh dan bilang ke Tika buat jangan pakai celana lagi, abang nggak mau di kira bawa anak SMP. Mentang-mentang tinggi Tika nggak sampe 150 cm, abang bilang gitu.

Tapi Tika manut dan nurutin abang, dari pada nggak di jajanin lagikan.

Dari situlah asal muasal Tika lebih sering pakai dress, kecuali waktu kerja. Tika nggak mungkin pakai dress, nggak enak kemana-mana. Sedang kalau sedang deadline dan keteteran, dress selalu menghabat kinerjanya dalam bergerak.

Tika lebih suka pakai celana jeans dan kemeja, di kantornya dulu membebaskan karyawan untuk memakai pakaian sehari-hari namun sopan dan terlihat tidak kuno. Asal ketika bertemu klien kami harus tampil bagus, jangan malah terlihat tidak kompeten dengan pakaian kita.

Begitu akta bosnya dulu.

"Udah belom?,"

"Udah deh, sekarang beli buku sama jajanin anak Tika makanan banyak-banyak ya bang?"

Kedip-kedip kelilipan mata Tika menatap abang, mencoba menjadi imut tapi terlihat seperti boneka chucky berkedip. Tika tidak tau saja, jika tingkahnya membangunkan sisi ke posesifan abang yang terpendam kembali muncul ke permukaan sudah seperti larva gunung berapi.

"Ayo..."

"Yeyyyy... Rion ama Miu dapet makanan enak,"Ujar Tika mengekor bagai buntut abang.

Tika memegang lengan abang bersenandung senang, suasana hatinya sedang bermekaran.

Pas Tika masuk ke dalam mobils etelah abang persilakan kemudian berputar menuju kursi sebebelahnya, Tika membuka ponsel karena ada panggilan video masuk disana.

"Halo mbakk... Wahh Reza udah gede ajaaa."

"Iya, tanteee. Reza kalau nggak besar gak bisa bikin anak."

"Mbak, lo mah. Omongannya ih, kesean Reza masih muda."

"Kaya paham aja anak guemmhh,"

"...Aku beraangkat ya..."

"...Iya, hati-hati mas..."

Tika melongo melihatnya, tadi mata Tika di suguhi pemandangan laki-laki yang nyerobot bibir mbak Naomi yang lagi ngomong. Menganggap Tika hanyalah manekin pajangan toko, habis itu Tika teriak.

"Mbak ya Allah, jantung gue. Hampir aja,"

"Makannya nikah ih, gak usah julid. Nanti juga tau rasanya."