Chereads / EAT ME SIR. / Chapter 17 - KAWIN AJA YA?!

Chapter 17 - KAWIN AJA YA?!

MAAF TENTANG RANJAU TYPO:(

.

Pokonya abang kebakaran jenggot, karena tau kalau Tika mulai dekat secara intens sama Fahri. Sedang abang yang sering datang dirumah kadang nggak dianggap kehadirannya, Tika selalu sibuk didapur untuk membuat kue, blou apapun eksperimen untuk makanan yang dia makan.

Dia bilang, mau diberikan untuk Fahri. Sudah berjalan sebulan dan Fahri benar-benar mengabaikan ancaman abang yang tidak main-main.

Sejak itu Tika mengabaikan keberadaan abang dan memulai kegiatan baru yang dia sukai yaitu memasak. Tika memang suka masak, tapi nggak sesering ektika dia dekat dengan Fahri. Sebelum-sebelumnya Tika ketika punya gebetan paling cuma memperindah diri.

Kalau sekarang, Tika jadi lebih dewasa dan tidak merengek manja pada abang maupun bang Tara. Tika lebih banyak memberikan waktu pada Fahri dan abang mulai merasakan kehilangan, hatinya kosong.

Kan abang jadi menyesal, ikrar bodoh kemarain dia lakukan buat apasih.

Abang garuk kepalanya kasar sambil mengambil napas memandang punggung Tika yang entah membuat adonan apalagi.

Sementara Tika yang dengar suara hembusan napas abang mencebik terganggu.

"Abang kenapa sih?. Dari tadi narik napas terus kaya banteng mau nyeruduk aja!."

"Kenapa emang? kan wajar abang narik napa, artinya masih hidup."Jawab abang sekenanya.

Tika berbalik dan menatap abang dengan sinis seteah mendengar jawabannya, sedang abang menatap balik untuk lebih memperhatika wajah Tika yang takut hilang dari pandangan.

Tika berbalik dan kembali mengabaikan abang. Terus abang jadi penunggu Tika sedang Tika jadi

"Ka!! Tika!Anduk gue lu jemur dimana kemarin?!."

"Bang, bisa gak suara itu gak usah tereak-tereak kek dihutan!."

"Handuk gue dimana?."bang Tara nanya lagi sambil jalan kedapur.

Muka bang Tara baru bangun tidur itu terlihat sama kusutnya dengan benang layangan. Tidak dapat dideskripsikan apalagi dipandang. Tidak ada sedap-sedapnya, nikin ilfil.

"Lu tengok jemuran dibelakang rumah sana,"

"Kagak ada, Tika!."

"Cari dulu lapet!! Cari pakai mata kau, bukan mata kaki!. Caripun belum udah bilang gak ada."

Habis itu abang enyah dari pandangan Tika serta abai dengan kehadiran abang. Sebenanrnya nih, abang dan bang Tara sedang tidak akur setelah pertanyaan.

Apakah Farhan dapat memberikan kepastian pada adik tersayang, terunyu dan ter ter lainnya itu. Bang Tara mengambil sikap dengan meminta kepastian Farhan, bukan menunggu peka untuk memulai lebih dulu.

Karena jika ditengok, abang nih ada gila gilanya. Merasa Tika tidak pernah bertanya kepastian kedekatan mereka abang anteng-anteng aja kaya kang ojek pengkolan tunggu penumpang.

Bang Tara kasian karena dia liat, Tika ini seperti ada rasa-rasabumbu dapur gitu sama abang. Tapi abang tarik ulur terus, tapi giliran Tika cari yang lain abang tangkap lagi Tika. Buat gebetan pada menjauh jaga jarak sudah seperti sosial distancing.

"Tika,"

"Hem,"

"Tika,"

"Apanya abang!,"

"Kalau di panggil itu nengok, masa iya abang dipunggungi."

"Kebiasaan, banyak maunya."Tika turuti tuh keinginan abang, dia balik badan untuk liat wajah abang yang duduk terus dari tadi.

Nggak ada niatan mau bantuin Tika gitu buat cucui peralatan bekas masak.

"Abang boleh minta kalau udah jadikan?."Tanya abang jauh dari ekspetasi Tika.

Dikira abang nih mau bicara hal penting sampai minta perhatian Tika, eh ini. Coba kalian rasakan posisi Tika, mukanya sudah kecut seperti air cuka.

"Ya bolehlah, aku kira mau ngomong hal penting." Jawab Tika berbalik untuk menekuri pekerjaan yang tadi dia tunda.

"Abang pengin makan ayam goreng sama sayur asem deh, terus dikasih sambel sama ikan asin. Kayanya enak banget. Bikinin dong, dek." Pinta abang sambil mengubah panggilan langsung membuat kernyitan yang tidak diambil pusing oleh Tika akhirnya.

"Dikulkas gak ada ayam, abang beli dulu sana ke supermarket. Biar nanti Tika yang masakin."

"Oke,"jawab abang kegirangan entah apa.

Terus ketika di supermarket, abang ketemu sama mantan. Bukan mantan yang selingkuh kok, ini mantan yang lainnya. Abang kaget karena tiba-tiba punggungnya di pukul keras sampai terlonjak ditempat.

"Makin ganteng aja mantan,"ujarnya ketika abang mengenali wajahnya.

Biasanya suka lupa muka mantan.

"Ya makin gantenglah kalau habis ditinggalkan. The power of mantan," Jawab abang sekenanya terus mengambil sat ekor ayam dari lemari pendingin supermarket.

"Halah... yang minta putus juga kamu, toh. Gimana progres sama itu cewek? dah ada kemajuan belum?. Aku sampe relaian putus sama kamu, kalau belum juga jadian. Kutemuin itu cewek!.--"

"Udah!! Aku udah mau nikah sama dia."Jawab abang cepat ingin pergi dari hadapan mantan bar-barnya ini.

Karena mantan dia yang ini, banyak tau tentang kehidupan dan seseorang yang sangat dia cintai. Abang nggak mau dilucuti lagi dengan terus berdiam diri didekat Anisa, mantannya.

Dia juag yang pernah menemukan abang ketika sedang dalam keadaan panik, sebab abang dulu. Pernah punya gangguan mental dimana abang selalu merasa khawatir berlebihan, rasa cemas yang menggila sampai membuat abang kesulitan bernapas dan sering lupa caranya menarik napas karena cemas.

Itu lagu lama sebenarnya, karena abang sudah sembuh sejak Tika putus dengan kekasihnya dan memperhatikan abang lagi.

Tapi ketika abang sudah mau jalan ke kasir, mata Farhan melihat sesuatu yang menarik. Dia melihat cemilan yang Tika suka, snack stick yang dibuat tanpa gula.

Abang langsung ambil 5 kotak. Kemudian abang ambil ciki ukuran besar 2, popcorn juga. Sapa tau nanti Tika mau ajak abang nonton aplikasi N di rumah sambil makan popcornkan romantis. Terus hengkang dengan banyak makanan dengan mantan abang, si Anis mengekor dibelakang tidak abang hiraukan.

"Han, beli buat siapa sih. Banyak bener, itu dua plastik gede pasti." Tanya Anis yang mengantri disebelah abang.

"Buat calonlah,"

Ketika kasir bilang nominal Anis langsung bersuara kaget, sedang wajah abang biasa saja.

"Gila! Cuma beli cemilan sampe mau setengah juta, anjir!! Merdeka banget dia disukain sama lo,"Vokal Anis yang gantian membayar pembelian miliknya yang gak ada seratu ribu.

"Perasaan, pas sama gue mana ada lu beliin beginiin cuma-cuma kalau gak diminta."

"Duluan ya."Ucap abang terus pergi gitu saja.

.

.

"Abang ngarang ya?."

"Serius, abang lagi nggak mau becanda."

"Ih. apaan sih."

"Apaan gimana, abang beneran nanya. Gimana kalau abang nikahin kamu saja, kita komitmen serius dari pada nggak jelas gini. Bareng terus tapi cuma kakak-adikan."

"Jangan bilang, karena omongannya temen abang ya.? Mas Bara kan emang tukang nyinyir." Abang kamu sendiri, Tik yang ancem abang buat nerima lamaran Fahri kalau abang gak serius sama kamu.

"Sedikitnya emang iya. Banyaknya, abang nggak bisa bayangin kalau kamu nggak lagi bersandar dan curhat sama abang ketika sudah menikah begitu juga abang. Pasti harus ada hati yang kita jaga nantinya."

Abang menatap Tika yang masih dalam kebingungannya. Sedang tatapan abang turun kearah bibir Tika yang terus berbicara, bibir itu mengkilat karena lipbalm yang digunakan Tika. Abang menelan ludah karena tergiur untuk icip. Astagfirullah.

"Kalau kamu gak mau, kawin aja gapapa."gumam abang pada dirinya.

Tika yang dengar gumaman abang segera bertanya memastikan pendengarannya.

"Hah?!! Abang bilang apa?,"

"Oh... enggak, jadi gimana kamu maukan?."

"Aku gak percaya abang. Mana mungkin abang lamar Tika,"

"Terus abang harus gimana biar kamu percaya? Lagian dari pada cari yang baru kemudian memulai fase kenalan lagi, lebih baik abang jaga hati yang sudah lama ada kan?."

"Gimana-gimana? Abang terus nanti kita nikah gitu."

"Udahlah, kamu tinggal duduk manis dan tunggu aja ya. Nanti dua bulan lagi kita udah satu rumah dalam keadaan cap halal."

Terus abang hengkang pulang setelah ngomong begitu. Abang kayanya mau buat Tika jantungan beneran deh. Omongannya ngelantur banget kaya orang baru bangun tidur terus disuruh mengerjakan soal ujian SBMPTN.

Ambyar. Tika langsung senam zumba jantungnya. Kenapa abang tiba-tiba gitu ngomong mau lamar Tika.

.

.

Setelah kejadian itu, dengan cepat dan buat Tika nggak bisa bernapas dan bertanya banyak. Keluarga abang datang tanpa abang melamar Tika, kemudian tanpa babibu lagi tanggal pernikahan dibuat.

Persiapan dimulai, Tika manggut-manggut saja. Mau tanya abang banyaknya menghindar terus dengan alasan sedang ada kerjaan. Ini sebenarnya yang mau nikah Tika doang ya?.