Chereads / The Unbeatable Woman / Chapter 15 - 15. Kematian di Arena Pertarungan

Chapter 15 - 15. Kematian di Arena Pertarungan

"Shit... berani sekali kau melukai wajahku," umpat Cleo sambil meraba bekas goresan yang ada di wajahnya.

"Ahahaha … akhirnya aku bisa melukai wajahmu," teriak wanita itu tertawa terbahak-bahak. "Apa kalian melihatnya? Aku berhasil melukai wajahnya," Zea begitu gembira telah berhasil melukai wajah Cleo.

Semua orang melihat hal itu terkejut, sebelumnya tidak pernah ada yang melukai wajahnya. Mereka ingin melihat darah karena goresan yang diberikan Sea, tapi tidak ada darah sama sekali. Mereka yang tengah menonton itu, tidak melihat ada darah yang keluar dari wajah yang telah di gores itu.

Cleo menatap Zea dengan dingin, ia mengakui untuk pertama kali dalam bertarung ada yang berhasil menyentuh dirinya. Akibat goresan pisau milik Zea membuat mask yang dipakai oleh rusak karena sistem android yang ia pakai tidak boleh tergores oleh pisau.

Zea merasa ada yang aneh dengan wajah Cleo, ia tidak melihat ada darah tapi melihat kejanggalan lain seakan sesuatu yang koslet, ia yang penasaran pun ingin kembali melukai Cleo dengan menyerang.

"Tunggu! Beri aku waktu memeriksa wajahku dulu," kata Cleo meraba wajahnya membuat langkah Zea terhenti. "Sial. Kau merusak wajah yang aku suka selama bertahun-tahun ini, dan ini sangat susah membuatnya," gerutu Cleo menyalakan Zea.

"Bagaimana bisa tidak ada darah," kata Zea melihat keanehan di wajah Cleo.

"Hmm... Ini, bukan wajahku, wajah asliku tidak tergores kok, jadi tidak mengeluarkan darah," kata Cleo. "Sepertinya aku tidak cocok lagi dengan wajah ini," kata Cleo sambil melepaskan wajah palsunya itu.

Wanita yang dihadapannya tidak percaya dengan apa yang dilihat, seorang wanita buruk rupa kini berubah menjadi seorang wanita cantik. Hal itu membuatnya bertambah kesal. Ia tidak tahu jika seorang Shadow menyembunyikan kecantikannya.

Semua orang terkejut, ketika Cleo melepaskan wajah palsunya itu. Wajah yang mereka tahu, memiliki bekas luka, kini berubah menjadi wajah gadis yang cantik. Hidung mancung, wajah bersih, seperti tidak memiliki pori serta warna rambut perpudauan abu-abu putih, dengan bola mata biru itu begitu indah dipandang. Beberapa senior laki-laki, seketika mengagumi kecantikan itu.

"Dia tumbuh menjadi bunga mawar putih berduri racun," kata Nathan sambil tersenyum "Kini membuat mereka yang mengejeknya malah memujanya," tambah Nathan lagi.

Arena pertarungan menjadi heboh dengan wajah asli seorang Cleo. Melihat hal itu, Zea yang merasa jika ia yang sejak awal di dukung menjadi cemburu. Semua perhatian teralih pada Cleo.

"Aku tidak tahu, jika Shadow adalah gadis cantik," imbuh seseorang.

"Benar-benar cantik,"

"Dia menyembunyikan kecantikannya selama ini... Dia bukan si Buruk Rupa, tapi... seorang wanita cantik,"

Zea yang melihat itu menjadi geram karena dia membuat Cleo melepaskan wajah palsu yang jelek itu, emosi menggebu, Zea ingin mengores wajah gadis itu sekali lagi. Zea kembali menyerang Cleo terburu-buru, tanpa mengetahui jika Cleo telah mengeluarkan pisaunya sejak tadi saat ia menyerang lawannya, sang lawan telah menyayat paha miliknya.

"Aku sedang tidak dalam keadaan hati kurang baik, dan kau mengajakku bertarung, bahkan setelah aku memperingatimu kau tidak mendengarkanku," ucap Cleo penuh emosi.

Zea meringis karena sayatan di pahanya.

"Sialan kau, Shadow …" umpat Zea membuat wajah Shadow tersenyum.

"Kau baru merasakan pisauku, 'kan?" tanya Cleo memperlihatkan pisau miliknya. "Kerahkan semua kekuatan yang kau punya untuk mengalahkanku. Aku tahu, kau meremehanku karena itu tidak menggunakan seluruh kemampuan yang kau miliki," ucap Cleo membuat Zea cekikikan.

"Ahahahaha … luar biasa, kau bahkan tahu, jika aku hanya mengerahkan sedikit kemampuanku," ucap Zea.

"Jika kau tidak mengerahkan seluruh kemampuanmu, kau akan mati," ucap Cleo membuat arena pertarungan saat ini menjadi begitu mencengkam.

Ketika Cleo mengucapkan 'kau akan mati' semua orang tahu jika apa yang wanita itu katakan akan benar-benar dia lakukan. Sebuah kesalahan dari Zea ketika melawan Cleo adalah mengunakan emosi daripada mengunakan kemampuannya dalam berpikir, hal itu yang membuat lawan-lawan Cleo bisa ia kalahkan.

Emosi yang memenuhi pikiran Zea serta keinginan untuk melenyap Cleo membuatnya melakukan serangan demi serangan, tapi ia selalu gagal dalam menyerang. Pertarungan mereka cukup sengit, di mana lawan Cleo menyerangnya dengan membabi buta, tapi Cleo terus saja menghindar.

"Berhenti menghindar seperti orang bodoh," geram Zea. "Lawan dan perlihatkan padaku, kemampuan yang kau miliki, apa kemampuan yang kau miliki hanya menghindar?" Zea menantang Cleo membuat darah wanita yang ditantangnya menjadi mendidih.

Pisau berada di tangan Cleo yang sejak dipegangnya dengan santai, kini ia pererat pegangnnya, tatapannya intens ke arah Zea. Ketika lawannya berada di hadapannya, Cleo pun memberikan satu sayatan di lengan miliki Zea.

Kini Cleo balik menyerang Zea tanpa ampun. Jengkal demi jengkal tubuh lawannya kini dipenuhi oleh luka sayatan.

"Bukankah aku sudah katakan, jika kau tidak akan pernah menang melawanku? Aku telah lama bertarung sebelum dirimu, pengalamanku jauh dari apa yang kau pikirkan," kata Cleo berhenti menyerang ketika melihat Zea tidak bisa mengimbanginya bertarung.

Semua orang yang berada di sana merasa melihat apa yang dilakukan oleh Cleo membuat bulu kuduk mereka merinding. Nathan tidak percaya jika kemampuan yang dimiliki oleh Cleo telah berkembang pesat, begitu pula dengan Charles yang melihat hal itu.

Saat Cleo tengah menatap ke arah sekitarnya hal itu dimanfaatkan oleh Zea untuk menyerang Cleo. Namun, apa yang dia harapkan tidak terjadi, pisau miliknya tengah diayunkan untuk menyerang Cleo tapi sang lawan begitu gesit menghindar kea rah samping kanan dan menarik lengan Zea, apa yang dilakukan oleh Cleo membuat Zea menyayat lehernya sendiri.

Darah mencuat keluar dari leher Zea mengenai wajah Cleo yang tengah berdiri memenangkan pertarungan itu. Sedangkan wanita yang melawannya kini tergeletak tak berdaya di lantai arena dengan lupa sayatan tepat dilehernya.

Melihat begitu mengenaskan wanita yang kalah bertarung darinya membuat Cleo memberikan penghormatan terakhir dengan melepaskan mantel miliknya dan menutupi wajah Zea.

"Hmm. Sudah aku katakan kau bukan lawanku, tapi kau masih saja ingin melawanku," ucap Cleo memperhatikan mayat Zea dengan perasaan menyesal.

Sejak dulu, mereka selalu diajarkan untuk menang dalam pertarungan apapun, yang kalah tidak akan bertahan hidup karena menjadi mangsa dari yang kuat. Namun, seiiring berjalannya waktu peraturan itu telah dihapuskan.

Cleo menghela napasnya panjang, rambut yang sejak tadi tergerai kini diikatnya membuatnya memperlihatkan leher jenjang miliknya. Semua orang yang melihatnya terpesona, tapi ketika mengingat jika wanita itu adalah iblis membuat mereka mengurungkan niatnya.

Ketika ada beberapa orang membuka pintu arena, ia pun keluar dengan anggunnya memperlihatkan wajah yang anggun penuh kelemah-lembutan tapi harus dihindari oleh orang-orang.

"Jika kalian ingin menantangku, jadilah gantel jangan menjadikan orang lain sebagai tumbal," ucap Cleo membuat semua orang yang berada di sana saling bertatapan satu sama lain.

Bersambung …