"Syukur jika seperti itu, Tuan," tersenyum, "maaf karena membuatmu menunggu terlalu lama," lanjut gadis berambut merah kecokelatan.
"Itu tidak apa-apa, bukankah sudah menjadi hal yang biasa jika seorang Lady bersiap dengan penampilannya?"
"Haha, itu memang benar."
"Tapi bolehkah aku mengatakan sesuatu, Nona?"
"Ya, katakan saja," jawabnya dengan santai.
"Maaf jika ini menyinggung perasaanmu. Akan tetapi aku agak tertekan oleh pelayan di Mansion ini, mereka menatapku tajam sekali, hahaha."
"Astaga bernarkah?" merasa tidak enak, "pelayan Mansion Duke jelas tidak akan tinggal diam jika mengetahui Ophelia bertemu dengan pria selain Putera Mahkota," dalam hati berkata, "sebentar lagi pasti akan tersebar gosip yang tidak enak."
"Aku minta maaf atas kelancangan mereka, Tuan Loukas. Pelayan disini memang sensitif terhadap orang baru," jawabnya dengan sopan.
Pria berambut putih perak, dan gadis berambut merah kecokelatan mulai mengobrol, diawali dengan kecanggungan karena ini adalah pertama kalinya mereka bertemu dengan benar.
"Jadi, Nona. Bagaimana kabar tentang pertunanganmu?" bertanya.
"Aku berhasil, hahaha. Sebentar lagi aku akan bebas dari pertunangan menyebalkan itu."
"Kalau begitu syukurlah, Nona. Aku ikut senang mendengarnya."
"Aku akan menempuh pendidikan di Gardenia--"
Pria ini sedikit terkejut, Puteri Bungsu Duke akan masuk Sekolah Tinggi Gardenia? Seperti tidak di sangka-sangka, kebetulan macam apa yang menghampiri dirinya kali ini.
"5 hari lagi," lanjut gadis berambut merah kecokelatan itu menyelesaikan kalimatnya.
Agak merasa bingung, gadis ini sedikit curiga, "tapi... Tuan. Kenapa ekspresimu seperti itu?"
Tercekat, "apa? Ah, tidak.... Itu luar biasa! Selamat karena Nona telah berhasil."
Angin berhembus terlalu ringan, suara gesekan ranting dipepohonan menyentuh jendela ruangan tunggu Mansion Duke Asclepias ditengah keheningan, karena sudah tidak ada lagi yang bicara diruangan itu, sedikit awkward.
"Ngomong-ngomong..." gadis berambut merah kecokelatan memulai percakapan kembali.
"Apakah Tuan juga di undang ke acara pesta dansa yang akan diadakan dalam 10 hari lagi?"
Pria berambut putih perak itu mulai berpikir, dirinya mencoba untuk mengingat apakah ada undangan yang sampai belum lama ini, karena undangan yang ia terima tak hanya satu, jadi sedikit sulit untuk mengingatnya.
"Maaf, Nona... apakah boleh jika aku memeriksanya terlebih dulu?" meminta izin.
"Baiklah, maaf juga karena aku telah bertanya," jadi merasa tidak enak.
Pria itu tersenyum, "tidak apa-apa, Nona."
"Sial, lagi-lagi dia terlalu tampan saat tersenyum... Aku bisa terkena penyakit gula jika seperti ini," batin gadis berambut merah kecokelatan itu karena gemas, hatinya terombang ambing karena telah menerima banyak senyuman manis dari pria, dan pria itu adalah kedua Kakaknya sendiri, di tambah lagi dengan senyuman Loukas, membuatnya ketar-ketir.
"Jantungku tidak aman jika ada di dunia ini..."
Tiba-tiba sebuah cahaya terang tak asing muncul di hadapan mata emerald milik gadis berambut merah kecokelatan itu, dirinya tertegun. Pria berambut putih perak itu telah mengeluarkan sihir miliknya untuk memeriksa catatan undangan siapa saja yang telah ia terima sebelumnya.
Berkedip beberapa kali, "astaga, aku tidak tahu kalau dirinya akan menggunakan sihir, kupikir dia akan memeriksanya secara manual," batin Violet.
Lingkaran sihir itu memang tak asing, itu benar-benar milik Serigala yang ia temui saat pertama kali sampai di dunia ini.
"Apakah aku juga bisa menggunakannya?" bergumam.
Loukas menatap gadis berambut merah kecokelatan yang duduk di kursi sebelah kanannya, "Nona bisa, jika serius ingin mempelajarinya," ucap pria berambut putih perak ini menanggapi gumaman dari Puteri Bungsu Duke.
"???" malu, "aku pikir dia tidak dengar tadi, astaga ceroboh sekali."
"B-benarkah? Aku tadi hanya bercanda, ahaha."
"Tentu saja, Nona. Kau bisa," tersenyum lagi.
"Cih, Lihat siapa yang sedang tersenyum disana," sinis.
"Kau membawaku kemari hanya untuk memperlihatkan ini padaku?" geleng-geleng kepala.
"Astaga! Tuan ini bagaimana? Lihatlah dia!! Malah bersenang-senang bersama seorang gadis, seorang Puteri Duke pula."
"Bilang saja kau iri, Tristan," menahan tawa.
"Jika saja kau bukan Pamannya Loukas," menghela napas dalam, "ingin sekali aku mencakar wajahmu."
"Uuh, aku takut," mengganti wajahnya menjadi serius dalam waktu sangat singkat.
Pria-pria ini sedang berada di atas pohon yang terletak sangat dekat dengan jendela Mansion Duke. Tristan Mort dengan menggunakan wujud Kucing Orange-nya, dan Paman Loukas yang terseret ikut nangkring di atas pohon.
"Kapan dia akan selesai, dia harus membawa gadis itu ke hadapanku," serius.
Tak percaya, "apa? Jangan bilang Tuan juga ada urusan dengan Puteri Bungsu Duke."
"Kalau aku tidak salah, dia melihatku sedang memanggil Fiary saat sedang berada di Danau."
"Apa katamu, kenapa Puteri Bungsu Duke bisa sampai kesana?!"
"Aku juga tidak tahu."
***
"Ah, benar. Aku menemukannya," setelah mencari beberapa undangan, pria berambut putih perak itu bisa menjawab pertanyaan dari Ophelia.
"Aku juga diundang ke acara pesta dansa 10 hari lagi namun, jika boleh tahu, kenapa Nona menanyakan ini padaku?"
"Bagaimana aku memulai?" berpikir, "sebenarnya, aku juga di undang, dan tidak tahu harus berpasangan dengan siapa... Jadi..."
Pria ini langsung mengetahui maksud dibalik pertanyaan yang dilontarkan padanya, tertawa, "entah kenapa Anda sedikit menggemaskan."
"Ap--" dalam hati, wajah Ophelia langsung memerah seperti tomat.
"Kebetulan aku juga tidak punya seseorang untuk menjadi partnerku nanti. Jika boleh, apakah aku bisa menjadi pasanganmu?"
Jantung Violet tidak terkontrol, "t-tentu saja."
"Bagus."
"Apakah Nona Violetta ada acara setelah ini?" bertanya balik.
"Iya, aku akan pergi setelah ini. Ada apa, Tuan Loukas?"
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, jika Nona tidak keberatan..."
Berpikir, "apakah aku bisa mempercayainya?" terdiam sebentar, gadis berambut merah kecokelatan sedang mempertimbangkan pilihannya.
"Nona tidak perlu khawatir, aku yakin tujuan kita sama."
"Bagaimana bisa Tuan Loukas bicara seperti itu?" ragu-ragu.
"Kau akan tahu setelah sampai ditujuan nanti," pria berambut putih perak ini kemudian berdiri.
Sedikit menbungkuk sambil mengulurkan tangan kanannya, berharap Puteri Bungsu Duke meraihnya dengan segera, "maukah Nona pergi bersamaku?"
"Ugh..." bimbang, "apakah aku boleh membawa pelayan pribadi?" bertanya.
"Maafkan aku, Nona. Anda harus pergi sendiri."
Perasaannya semakin ragu, ingin sekali dirinya meraih tangan pria berambut putih perak itu, "t-tetapi aku ada janji dengan seseorang."
"Dan seseorang itu memintaku untuk membawamu," serius, "Nona tidak diberi tahu bukan? Kalian akan bertemu dimana?"
Diam berarti iya, "mari, Nona. Aku akan menunggumu di luar, bersiap-siaplah."
***
Kini, pria berambut putih perak bersama dengan gadis berambut merah kecokelatan berada di halaman Mansion Duke.
"Jadi, kapan kita akan berangkat, Tuan Loukas?" bertanya, karena sedari tadi tidak ada satupun kereta kuda di sana yang akan mengantar mereka ke tempat tujuan.
"Sebentar lagi," menjawab.
Tak lama, seseorang masuk ke pintu gerbang utama Mansion dengan membawakan dua ekor kuda, dan menghampiri keduanya.
"Jangan bilang kita akan berangkat menggunakan ini?" gadis berambut merah kecokelatan itu langsung berkomentar.
"Anda benar, Nona. Apakah Nona Violetta pernah mengendarai kuda?"
".... Aku... tidak bisa..." menjawab dengan sangat jujur dan pasrah.
"Sepertinya aku tidak jadi ikut denganmu, maafkan aku," mencoba untuk mengelak.
"Dia gilaa?! Aku belum pernah menunggang kuda, bagaimana kalau aku nanti terjatuh?" batin Violet.
"Kalau begitu, perlukah aku mengajarimu, Nona?"