"Aku... Hanya ingin bebas saja."
Kaget juga terheran-heran, "bebas...? Tetapi sekolah itu sangat ketat, bahkan ada yang tidak tahan karena terkekang oleh peraturan, bagaimana bisa Tuan Puteri ingin merasakan 'bebas'," alis kusir keluarga Duke itu sampai berkerut karena mendengar jawaban sepele dari Puteri Bungsu Tuan Duke.
"Benarkah?" menoleh ke arah kusir, "aku tidak tau jika ada hal seperti itu di sini," dalam hatinya, "ternyata hal detail seperti ini tidak di tulis dalam Novel, ya?" bergumam.
"Maksud Nona, apa?"
Gumam-an itu sepertinya terdengar sampai ketelinga pria berambut putih perak yang sedang mengendarai kuda di samping kereta kuda milik keluarga Duke.
Sontak Ophelia terkejut dan sadar dari lamunannya, pupil mata emeraldnya yang bersinar terang karena terkena sinar matahari pagi itu membesar, "T-tuan Loukas?!"
"Hallo~" tersenyum cerah.
"K-kenapa dia ada di sini?!" dalam hati Violet bergetar bertemu pria tampan pagi-pagi.
"Nona Violetta, sedang menuju Gardenia, ya?" mata kuning ke emasan itu menyipit menatap lembut seorang gadis yang berada di dalam kereta kuda.
"... Itu benar, Tuan..."
"Hati-hati di jalan, sampai bertemu nanti," pria berjubah biru pekat itu melambaikan tangannya pada Ophelia, gadis itu berharap kusir menutup mulutnya karena telah menyaksikan pemandangan yang janggal.
Pria berambut putih perak yang tak lain adalah manusia setengah Serigala memacu kuda pribadi miliknya, melaju cepat mendahului kereta kuda milik keluarga Duke setelah lambaian tangan itu dilakukan.
Tak selang beberapa lama, "Puteri, sebentar lagi kita akan segera sampai," ucap kusir kepada gadis berambut merah kecokelatan.
Kereta kuda milik keluarga Duke Asclepias kini memasuki gerbang besar utama Gardenia, sudah banyak sekali kereta kuda dari keluarga lain juga yang berjejer mengantri untuk menurunkan Tuan Muda dan Puteri Bangsawan mereka.
"Wow, ini menakjubkan!" mata bulat bak kelereng yang sempurna berwarna kuning cerah itu berbinar-binar, "aku sampai di Gardenia untuk pertama kalinya," nada suara yang ceria seperti bunga matahari yang merekah.
"Merepotkan sekali aku harus bersekolah di sini, cih," ucap seorang Tuan Muda yang turun dari kereta kuda keluarga Earl Camsoon.
"Hah... Apapun untuk keinginan Tuan Count dan Nyonya Countess. Aku tidak bisa menentang Ayah dan Ibuku sendiri," rambut berwarna hijau pekat itu menyibak bergemulai ketika seorang Puteri Count Pariiesa keluar dari kereta kuda keluarganya.
Dan sekarang tiba giliran dari Ophelia, semua orang yang berada di luar sangat penasaran akan wujud rupa dari calon tunangan pilihan yang menolak Putera Mahkota itu.
"Sstt, Puteri Duke bersekolah kemari! Bukan main, padahal ini sekolah keras. Puteri yang lemah lembut itu menantang takdir rupanya, ya?!" kasak kusuk.
Seekor Burung Hantu yang tak seharusnya keluar pada pagi hari terbang mengepak-kan sayapnya, dirinya bertengger di atas patung khusus di depan bangunan Gardenia.
Satu kaki kanan keluar dari balik pintu kereta kuda, menampakkan gaun seragam sekolahnya yang setinggi lutut itu. Jujur saja, gadis berambut merah kecokelatan ini kurang nyaman dengan seragam yang diberikan oleh Gardenia.
Geram di dalam hati, "apakah tidak ada celana?!" dirinya lupa, kalau ini bukan jaman modern, tapi apakah benar jika bangsawan mengenakan pakaian sampai lutut walaupun masih di pakaikan kaos kaki panjang sekalipun. Tak habis pikir.
Sekarang gadis berambut merah kecokelatan itu benar-benar sudah turun, "aku akan kembali ke Mansion, Puteri. Jaga diri Anda dengan baik di sini, aku akan kembali jika kelas Anda telah selesai."
Hiyaa!! Kereta kuda keluarga Duke kembali berjalan setelah berhenti sejenak di depan gedung Gardenia yang megah.
Gadis itu berjalan dibarengi dengan tatapan yang datangnya dari arah Puteri-puteri keluarga lain, "ck, apa-apaan ini, aku sangat terganggu jika begini," Violet sangat tidak suka dengan tatapan mata yang intens menusuk ke arahnya, dia tidak suka menjadi pusat perhatian publik.
"Salam, Puteri..." seorang gadis berseri-seri menghampiri Ophelia.
"Salam, panggil biasa saja, Lady..." jawab gadis berambut merah kecokelatan itu pada gadis bermata kuning yang cerah.
"Bolehkah aku?" masih bertanya karena kurang yakin dengan perkataan Puteri Bungsu Duke ini.
"Tentu saja, panggil aku Nona."
"Baiklah, kau sangat baik!" gadis itu tersenyum sangat lebar di hadapan Ophelia.
"Apakah aku boleh bergabung dengan kalian?" Puteri keluarga Count Pariiesa ikut nimbrung dalam percakapan ini.
Tersenyum, "tentu saja, kau boleh!" keduanya tersenyum bersamaan.
Burung hantu yang bertengger di patung khusus tadi kembali mengepakkan sayapnya, saat itu juga pintu bangunan dibuka selebar-lebarnya agar semua murid baru bisa masuk.
Seluruh murid lama telah menunggu di dalam, para calon penerus keluarga yang lebih senior datang untuk melihat murid baru yang bargabung ke Gardenia, tentu saja Theresia Fanny ada di sana juga.
Puteri Sulung Count Marion itu juga baru memasuki Gardenia belum lama ini, tetapi karena sifatnya itu, dirinya juga tak mau kalah dengan senior-senior yang berada diatasnya.
"Puteri Bungsu Duke hanya mencari muka, untuk apa dia kemari padahal sudah dijamin akan mendapatkan tempat yang sangat layak," Theresia merasa kesal, "seharusnya posisi itu kau ambil saja, padahal aku sangat menginginkan posisi itu, tetapi kau malah membuangnya dengan sangat gampang!" gigi atas dan bawahnya berhimpitan satu sama lain karena geram.
Mata Puteri Sulung Count Marion itu dipenuhi kebencian, "aku juga sudah mencoba merebut Putera Mahkota darimu, Ophelia! Tetapi kenapa kau tidak merasa kesal seperti dulu, kenapa kau tidak tersiksa? Sungguh memuakkan," perkataan di dalam hatinya penuh dengan tanda tanya serta amarah yang membakar.
***
"Apa katamu?" tanya seorang pria yang sedang memegang pedang berlambang keluarganya.
"Itu benar, Tuan Muda Duke Pertama," jawab prajurit sekaligus pelayan pribadinya.
"Kenapa mendadak? Dia bahkan tidak mengucapkan perpisahan dulu denganku!" dia merasa agak tersinggung.
Pelayan pribadinya itu tertawa ringan, "Tuan, Nona Ophelia tidak akan tinggal di sekolah itu, dia hanya akan pergi pagi lalu kembali sore hari, seperti yang Tuan Muda lakukan dulu sewaktu di akademi."
"Astaga... Tetap saja dia harus berpamitan pada Kakaknya secara resmi, apakah Lyon mengetahui hal ini?" bertanya lagi.
"Sepertinya tidak, Tuan. Karena Tuan Muda Lyon sedang ada tugas di istana, kemungkinan yang mengetahui informasi ini pastilah Putera Mahkota, jika beruntung pasti Tuan Muda Kedua akan diberi tahu," Audrey menjawab dengan sopan.
"..... Semoga dia baik-baik saja di hari akademinya yang pertama..."
***
Prok! Seorang laki-laki tinggi berjubah cokelat mengeluarkan sihirnya untuk menutup pintu gerbang Gardenia yang teramat besar. Sehingga tidak akan ada lagi celah-celah diantara pintu itu yang dapat membocorkan informasi tentang sekolah ini.
"Baiklah, sekarang semuanya telah berkumpul!" teriak lelaki itu dari atas.
Semua murid baru berada di posisi paling bawah, berkumpul membentuk sebuah lingkaran sesuai dengan bentuk aula yang ada di sana. Senior berada ditingkatan ke dua dan ke tiga, sedangkan untuk para guru dan pembimbing, serta pengawas berada di posisi paling tinggi.
Percikan cahaya muncul dari arah timur, membuat seisi aula paling bawah bersinar dengan sangat terang. Pandangan semua orang menjadi kabur, cahayanya sangat menyilaukan mata, tetapi itu tidak berlaku untuk gadis berambut merah kecokelatan. Di saat semua orang menutupi matanya dengan tangan, mata hijau emeraldnya itu ikut menyala sehingga mengagetkan pengawas yang ada di sana.
"Astaga, aku bisa melihat apa yang terjadi di tengah-tengah sihir menyilaukan ini..." matanya terbuka lebar dengan badan yang tegap, Violet tercengang karena kejadian itu hanya menimpa dirinya, padahal semua senior di tingkatan nomor dua dan tiga juga tak tahan dengan cahaya yang dahsyat itu.
"Puteri Bungsu Duke Asclepias, matamu bukan mata sembarangan," ucap pria berjubah biru pekat dengan suara lirih.