Ophelia pergi tanpa mendapat ciuman di punggung tangannya, ia juga tak di tuntun oleh pria berambut hitam itu saat turun dari kereta kuda.
Sekarang hanya tersisa Putera Mahkota. Pria itu tiba-tiba merasa hampa, ia kemudian menghela napas pendek dan tersenyum tipis karena masih tak percaya dengan kejadian tadi.
"Aku jadi ingin berburu ke hutan," ucapnya.
Kusir kerajaan menjawab kata-kata Putera Mahkota, "maafkan aku karena telah lancang, Yang Mulia. Sebaiknya Anda beristirahat, ini sudah gelap..."
"Iyakah? Tetapi bukankan bagus berburu di malam hari? Hahaha," tertawa, kusir Istana tak tau apa maksudnya, "ayo kita pergi. Tidak ada baiknya berlama-lama di luar sini."
***
"Aku ingin pulang," batin Violet, "aku merasa tidak nyaman di sini," gadis itu berjalan dan dilihat oleh para pelayan Mansion karena pulang malam.
"Nona Ophelia baru pulang, kasian sekali. Dia pulang bersama siapa?" bisik-bisik dimulai.
"Wow, kusir keluarga tidak menjemputnya? Aku ingin tertawa," bisik pelayan lain.
"Hihihi, Nona yang malang," pelayan tak mengetahui bahwa Ophelia Violetta pulang diantar oleh Putera Mahkota.
Padahal gadis berambut merah kecokelatan itu telah masuk ke Mansion utama, tetapi para pelayan masih tetap menggunjingkan dirinya. Di tengah ketawa ketiwinya pelayan, se-ekor hewan buas tak diundang muncul di halaman taman, para pelayan terkejut, mereka ketakutan.
Sapu yang dibawanya terjatuh, "a-apa itu?!" siluet besar mendekat ke arah mereka.
"S-serigala!" kaki mereka semua menjadi lemas.
"Dari mana asalnya?!" K-kenapa ada Serigala di sini!!!"
"T-tolongg!!" teriak pelayan wanita, berharap ada yang menyelamatkan mereka. Para tukang kebun sudah kabur duluan ketika melihat sosok menyeramkan itu, tetapi tidak untuk pelayan wanita, tidak mendapat pertolongan, mereka justru hanya diam membeku di tempat.
Pelayan ini sudah kehilangan akal sehatnya, wajah yang ia tampakkan sangat ketakutan, dan jadi gila, dengan spontan dirinya bicara, "N-nona! Nona Ophelia pasti yang membawanya kemari! Dia sendirian pulang dari akademi, kan?! Serigala ini pasti ingin memakannya! Jangan khawatir kawan-kawan! Hahahahh" menuduh gadis berambut merah kecokelatan yang tidak mengetahui apapun.
"Jaga mulutmu!" suara melengking itu datang dari arah yang berlawanan, Sherly tidak terima Nona yang ia asuh terus-menerus disalahkan.
"Nona tidak melakukan apapun! Kenapa kalian selalu membicarakan dirinya?!" lanjutnya.
"Kau sudah buta, Sherly! Kenapa membela Nona sampai seperti itu?" terjadilah keributan di taman, dan tidak ada satu orang Mansion pun yang tahu. Ophelia mungkin sedang membersihkan dirinya di bak mandi, sedangkan Tuan Duke, dan Nyonya Duchess sedang pergi keluar Mansion.
"Nona tidak pulang sendiri! Aku melihatnya turun dari kereta kuda Istana tadi di gerbang!" teriak, seluruh pelayan tersentak.
Ophelia yang ada di dalam Mansion mendengar bunyi samar-samar, tetapi dirinya tak tau pasti dari mana asalnya, "suara apa itu?" dalam batinnya.
Lanjut ke keributan yang terjadi, Sherly masih bersikeras meyakinkan seluruh pelayan yang menggunjingkan Ophelia bahwa dia tidak mungkin membawa Serigala itu kemari.
"Dirinya pulang menggunakan kereta kuda Istana! Apakah kalian puas?" dadanya naik turun, wajahnya menjadi merah seperti tomat.
"A-aku masih tidak percaya," jawab pelayan lain yang ngeyel.
"Hah..." kehabisan kata-kata, "terserah kalian!" Sherly kemudian menatap mata berwarna kuning emas milik Serigala itu dan berkata, "tidak apa kau terkam mereka semua, tidak akan ada lagi pelayan yang besar mulutnya di Mansion ini."
Dengan santai dirinya berbalik meninggalan yang lainnya masuk ke dalam Mansion. Pelayan Pribadi Ophelia seakan tidak takut jika hewan buas itu nanti mencabik-cabik seluruh rekan kerjanya, dia sudah terlanjur marah, dan kecewa.
"Kabur," hewan buas itu mulai mengeluarkan suaranya.
Seluruh pelayan semakin takut, "d-dia bisa bicara!"
"Kubilang kabur, atau kalian memilih mati sia-sia di tempat ini?"
"H-hei! Dengarkan dia. A-ayo cepat pergi dari sini!"
Seluruh pelayan di taman Mansion Asclapias berlarian menjauhi Serigala itu, namun, ada satu pelayan yang tidak sanggup mengangkat tubuhnya untuk berlari.
"Sedang apa kau!" teriak rekan kerjanya.
"A-aku.... Tak bisa berjalan."
"Dasar bodoh!" mau tak mau ia harus menuntun rekannya itu, sembari ketakutan, hewan buas yang tak lain adalah Serigala mulai mendekat... Membuat dua pelayan yang tertinggal ini semakin ikin cepat-cepat kabur dari taman Mansion.
"Astaga... Masih saja ada pelayan yang kurang ajar seperti itu? Tetapi kenapa Nona Violetta hanya diam?" batin hewan buas itu, "ingin sekali aku membunuh salah satu diantara mereka, tetapi jika itu kulakukan, akan terjadi keributan yang tidak di inginkan..."
***
Suara pintu kamar di buka dengan kasar, gadis berambut merah kecokelatan terkejut, "Sherly, ada apa? Kau tidak sopan masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu."
"Aku sedang kesal, Nona."
Alisnya naik sebelah, "kesal karena alasan apa?"
"Kenapa Anda tidak menguhukum para pelayan?! Mereka sudah keterlaluan pada Anda!" matanya berkaca-kaca.
"Sherly...." gadis berambut merah kecokelatan itu langsung menghentikan aktivitasnya di kamar.
"Mereka selalu berbuat jahat pada Nona semenjak dulu, sekarang pun mereka tidak berubah...!" gemetar.
"Ada apa, Sherly...? Kenapa kau datang-datang seperti ini? Coba cerita padaku sedikit," Ophelia menghampiri pelayan pribadinya.
Gadis berambut merah kecokelatan itupun mengajaknya untuk duduk di kursi sofa, "Anda sedang apa... Nona?" menolak untuk duduk.
"Tak apa, duduklah di sini."
"Nona, apa yang Anda lakukan...?" pelayan pribadinya merasa tak enak dengan perlakuan yang diberikan oleh Puteri Bungsu Duke.
"Sst... Coba kau cerita. Apa yang terjadi padamu, kenapa kau marah?"
Hiks.... "Para pelayan menggunjingkanmu tadi..."
"Dan kau marah? Hanya karena hal itu?" sambung Ophelia.
"Nona...!"
"Memang wajar kalau dia marah, dialah yang telah mengasuh Ophelia Violetta sejak dirinya mulai berusia 10 tahun..." batin Violet tak tega melihat pelayan pribadi pemeran utama wanita menangis karena perlakuan pelayan lain.
"Dengarkan aku, coba kau lihat aku sekarang," pelayan pribadinya itu mengangguk, "benar, apa yang kau lihat?"
"Nona sedang berdiri di depanku yang tengah duduk di kursi sofa..." matanya mulai berkaca-kaca lagi.
"Sherly, jangan merasa bersalah..." ucapnya menenangkan, "tidak apa-apa kau duduk di situ. Bukan itu yang ku maksud, coba kau tebak lagi," memintanya untuk menjawab pertanyaan sekali lagi.
"Nona mengenakan gaun pemberian Tuan Muda Duke Kedua."
"Tidak, salah."
"Apa ya... Nona terlihat cantik?"
"Bukan."
"Nona sedang menenangkanku?" jawabnya salah lagi.
"Apa yang Nona maksudkan...? Aku tidak mengerti..." lelah hayati karena jawabannya salah terus.
"Coba sekali lagi," tersenyum dengan lembut.
Tiba-tiba wanita itu merasa lega, dan berkata pada Ophelia, "Anda sudah berkembang lebih baik... Tidak seperti dulu yang kerap sekali terlihat murung, Anda lebih ceria, Nona," ia mengucapkan itu dengan tenang, pelayan pribadi Puteri Bungsu Duke tak lagi mengeluarkan air mata.
"Itu benar, tidak masalah mereka memperlakukanku seperti apa, selama aku tidak terluka, aku baik-baik saja... Jadi, kau tidak perlu khawatir berlebihan, Oke?"
Mengangguk pelan, "terima kasih, Nona."
"Bukan apa-apa," jawabnya.
"Ada yang harus aku katakan padamu, Nona..." Sherly beranjak dari kursi sofa, dirinya memohon pada Puteri Bungsu Duke, "aku hendak pergi, Kakak-ku sedang sakit," ucapnya, "bolehkah aku ijin sebentar untuk pulang merawatnya...?"
"Pergilah, ku beri kau cuti semala 3 hari. Uruslah Kakakmu sampai dia merasa lebih baik."
Kaget, "t-terima kasih..! Nona, Anda sangat baik... Terima kasih banyak...!"
"Jangan bilang kau akan menangis lagi," ucap Ophelia meledek Sherly.
"Apa? T-tidak! Aku hanya merasa senang..." mengusap matanya menggunakan kedua lengan, "setelah ini Anda harus makan malam, tetapi bukan aku yang menyiapkannya... Nona harus segera tidur untuk beristirahat jika sudah selesai makan, oke?"
"Oke," tersenyum ramah, pelayan pribadinya lantas pergi meninggalkan kamar Ophelia.
"Huuft.... Tinggal aku sendirian di Mansion?" batin gadis itu, "seluruh keluarga sedang berada di luar, ku harap malam ini Ophelia baik-baik saja."