"Pergilah, ku beri kau cuti semala 3 hari. Uruslah Kakakmu sampai dia merasa lebih baik."
Kaget, "t-terima kasih..! Nona, Anda sangat baik... Terima kasih banyak...!"
"Jangan bilang kau akan menangis lagi," ucap Ophelia meledek Sherly.
"Apa? T-tidak! Aku hanya merasa senang..." mengusap matanya menggunakan kedua lengan, "setelah ini Anda harus makan malam, tetapi bukan aku yang menyiapkannya... Nona harus segera tidur untuk beristirahat jika sudah selesai makan, oke?"
"Oke," tersenyum ramah, pelayan pribadinya lantas pergi meninggalkan kamar Ophelia.
"Huuft.... Tinggal aku sendirian di Mansion?" batin gadis itu, "seluruh keluarga sedang berada di luar, ku harap malam ini Ophelia baik-baik saja."
Gadis berambut merah kecokelatan itu merasakan bosan, karena seluruh keluarganya tak ada di rumah. Dirinya pun berdiri dari ranjangnya dan berjalan mendekati meja baca. Sembari menunggu pelayan di Mansion Duke menyiapkan makan malamnya, ia memilih untuk membaca buku sembari bersantai sebentar.
Tak lama setelah Ophelia melakukan aktivitasnya itu, seseorang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Gadis berambut merah kecokelatan itu berpikir yang masuk adalah Kakak Keduanya, Lyon. Tetapi dugaannya salah.
"Nona, ini makan malammu," ucap seorang pelayan secara tiba-tiba sudah berada di dalam ruangan Puteri Bungsu Duke. Pintu Kamar Ophelia tidak terkunci.
Ophelia terkejut, rupanya makan malamnya sudah siap namun, "apa ini, dia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu?" batinnya merasa tak nyaman, dahi gadis itu tanpa sadar sedikit berkerut.
Bola mata gadis berambut merah kecokelatan ini mengalihkan fokusnya dari buku menuju meja dorong yang di bawa oleh sang pelayan.
"Ini, makanlah makananmu," pelayan itu tidak membawakannya langsung kehadapan Ophelia, tetapi menyuruhnya untuk berdiri menghampiri meja dorong yang berisi makanan di depannya.
"Kau menyuruhku untuk menghampirimu? Bawa makanan itu kemari," ucap Ophelia tegas, mau tak mau pelayan itu harus mendekat untuk memberikan makan malam majikannya.
"Baiklah, Nona."
"Dia pelayan baru, ya? aku baru melihatnya" gadis berambut merah kecokelatan itu memperhatikan dari bawah sampai ke atas, "sikpanya kurang sopan, sepertinya dia masih belum tau adab di rumah seorang bangsawan," batin Violet.
Gadis berambut merah kecokelatan itu membuka satu persatu hidangan yang telah di sajikan untuknya, berniat untuk memeriksa apakah makanan yang di berikan ada yang aneh atau tidak.
Setelah di buka, rupanya tak ada yang mencurigakan, seluruh makanan bersih dan hangat. Segar, serta baru saja di masak, "syukurlah mereka tak memberikan Ophelia makanan basi," ucap Violet dalam hati.
"Nona, biarkan aku menuangkan teh untukmu," tiba-tiba memberikan tawaran. Tentu saja gadis berambut merah kecokelatan itu tidak menolak.
Akan tetapi ada sedikit kejanggalan, pikiran pelayan itu penuh dengan kegelisahan, tangannya bergemetar.
***
"Kita harus membuatnya tak berdaya!" ucap pelayan lain di dapur Mansion Duke.
Seluruh pelayan yang tidak menyukai Ophelia Violetta berkumpul membuat rencana, termasuk pelayan baru yang tidak tau apa-apa ini.
"Sebentar lagi makan malam. Kau saja yang siapkan makanannya," ketua pelayan itu menyuruh rekan kerjanya.
"Ah merepotkan! Kenapa tidak kau saja yang buat?" mengeluh.
"Masakanmu jauh lebih mendingan daripada masakanku. Jika kita memberikannya makanan kurang enak, itu akan terlihat mencurigakan."
"Hah... Baiklah. Terserah kau sajalah," memberikan ekspresi masam.
"Kau, kemari!" ketua komplotan pelayan itu memanggil si pelayan baru.
"Heh, dia akan memasak makan malam untuk Nona Ophelia, tugasmu adalah memberikan makanan itu untuknya!" menarik kerah pelayan baru itu dengan paksa, "kau harus membuatnya terluka bagaimanapun caranya!"
"Dia sudah membawa Serigala buas itu kemari dan menakut-nakuti seluruh pelayan yang ada di Mansion ini, tidak bisa di maafkan!"
"Ya, kau harus melakukannya dengan benar! Jika tidak kau akan di hukum," sahut pelayan lain.
"B-baiklah..." tak berdaya, pelayan baru itu tidak bisa melawan ketua komplotan yang membenci Puteri Bungsu Duke.
***
"H-hanya harus melukainya saja, kan?" gemetar, pelayan baru itu mulai mengambil teko yang berisikan air teh mendidih.
"Hm...? Tangannya gemetaran, apakah dia sedang sakit?" gadis berambut merah kecokelatan menyadari hal tersebut, tetapi tetap melanjutkan makan malamnya.
Ketika gadis itu mulai memotong daging untuk suapan yang ke empat, air teh yang sangat panas menumpahi pergelangan tangannya.
"Akh!!" krompyang.
Pisau dan garpu yang di pegang Ophelia Violetta terjatuh ke lantai, air mendidih itu tak hanya mengenai pergelangan tangan kanan saja, tetapi juga tumpah membasahi gaun yang tengah dikenakan oleh gadis itu.
Pelayan baru langsung merasakan panik, dan berpura-pura tidak sengaja melakukan hal tersebut.
"N-nona! Anda tidak apa-apa??" menghampiri, mencoba untuk menolong Puteri Bungsu Duke yang sudah terluka.
"Tetap diam di situ," gadis berambut merah kecokelatan menghentikannya.
"T-tapi, Nona!" tangannya masih gemetar, dirinya tak percaya berhasil melakukan hal itu tadi.
".... Siapa yang menyuruhmu?" gadis berambut merah kecokelatan menundukan kepalanya, menahan rasa sakit.
"A-apa... yang Anda katakan...?"
"Kau memang tak tau atau pura-pura tuli?"
Pelayan baru tersentak mendengar ucapan Puteri Bungsu Duke, "k-kupikir dia hanya akan diam saja seperti yang di katakan pelayan lain...! K-kenapa dia bisa menjawab?" batinnya.
"Cepat katakan siapa yang menyuruhmu melakukan itu padaku?" Ophelia Violetta bertanya baik-baik, tetapi tak kunjung mendapatkan jawaban.
Brak! Pintu kamar Puteri Bungsu Duke tiba-tiba di buka dengan keras, dengan arogan dan lancang seorang pelayan masuk, "aku yang menyuruhnya!!" berteriak kencang.
Tepat di belakangnya juga terdapat beberapa pelayan yang ikut bergabung bersamanya, mereka menunjukan ekspresi benci terhadap Puteri Bungsu Duke yang tidak melakukan apapun.
Gadis berambut merah kecokelatan itu merasakan sakit di hatinya, "apakah ini yang di terima Ophelia setiap hari dulu?" perlahan dirinya menoleh, melihat siapa pelayan yang berani menampakkan wujudnya itu.
"Apakah kalian sebenci itu padaku?"
"Pffttt...!" tertawa, "lihatlah siapa yang bertanya!" ucap ketua pelayan yang membenci Ophelia. Pelayan lain yang mendengar pertanyaan itu kemudian ikut tertawa merendahkan majikan mereka sendiri.
"Dia terkuka seperti itu tapi masih bisa bicara?! Heh, kau! Seharusnya tadi kau tuangkan saja teh panas itu ke mulutnya agar tidak bisa bicara lagi," ucap ketua pelayan pada pelayan baru.
"Kenapa kalian berbuat sampai seperti itu?"
"Ck, pakai bertanya! Tentu saja kami sangat membencimu!"
"Kau sangat bodoh Nona, Bodoh! Naif, lugu, kau itu konyol!" ucapnya, "kau juga terlalu baik, dan juga terlalu memanjakan Sherly!"
"Apakah dia... iri?" dalam hati gadis berambut merah kecokelatan.
"Kau bahkan memberikannya cuti! Dia juga selalu bersamamu kemanapun kau pergi, hahaha..." tertawa, "dia makan makanan yang sama dengamu setiap hari! Dirinya juga selalu pergi ke pergaulan kelas atas yang selalu diadakan para bangsawan di Oriana!"
"Itu karena dia adalah pelayan pribadiku," jawab Ophelia dengan enteng.
"Hah.... apa katamu?" tersenyum kecut mendengar jawaban dari majikannya itu. Pelayan tersebut kemudian menghampiri meja dorong yang berisikan makan malam Puteri Bungsu Duke.
"Coba ku lihat sebentar... Aku juga mau merasakan bagaimana rasanya makan makanan mewah seperti ini," sambil menatap ke arah Ophelia, pelayan itu mengambil satu cuil daging yang tak jadi dimakan gadis itu tadi karena tersiram air teh panas.
"Emm... ini sangat lezat!!! Ya tuhan... jadi ini yang di makan para bangsawan?" dengan wajah tidak bersalah dia memakan daging itu tepat di hadapan Ophelia yang sedang terluka pergelangan tangannya.
"Kau tadi juga membiarkannya duduk di kursi yang empuk," setelah melakukan hal tidak beradab itu, pelayan tersebut beralih menghampiri kursi sofa yang berada di ruangan Puteri Bungsu Duke.
"Hahahaha, aku juga ingin coba mencobanya!" dengan berani pelayan itu duduk dengan arogan di kursi sofa milik Puteri Bungsu Duke. Menyilangkan kakinya dengan bangga, "astaga, nyaman sekali. Seharusnya pelayan lain juga bisa seperti ini!" lanjutnya.
Pelayan itu kemudian berdiri untuk menghampiri Ophelia Violetta, "Nona... kau seharusnya mati saja...? Kenapa kau harus hidup menjadi Puteri Bungsu Duke?" seluruh pelayan yang ada di ruangan itu tertawa kencang terbahak-bahak, kecuali satu pelayan baru yang merasa kebingungan dengan situasi yang sedang terjadi.
"Penjaga, apakah kau bisa mendengarku?" panggil Ophelia secara tiba-tiba, semua ocehan yang dikeluarkan pelayan itu tak di gubris olehnya.
"Heh, Nona! Aku ini sedang bicara padamu! Jangan mengalihkan perhatian dengan bicara pada penjaga di luar!" ketua pelayan itu lagi-lagi tak sopan, berani menempeleng kepala Puteri Bungsu Duke.
"Aku bisa mendengarmu, Nona..." jawab penjaga pintu kamar Ophelia dari luar.
Ophelia telah menahan rasa amarahnya sedari tadi, "Bagus, tutup pintunya rapat-rapat. Tidak ada yang boleh masuk sampai aku menyuruhmu untuk membukakannya."
"Hei! Bagaimana ini? sepertinya akan terjadi keributan besar...!" ucap penjaga kepada rekan di sampingnya.
"Apakah kau berpikir Nona Ophelia akan melakukan sesuatu seperti itu? Dia tidak mungkin melakukannya, hahaha," positif thinking.
"Firasatku tidak enak... Apakah tidak apa-apa kita hanya diam? Sebaiknya kita beritahukan pada Tuan Besar... Para pelayan sudah keterlaluan."
"Kita tidak boleh ikut campur urusan majikan, biarkan Nona sendiri yang mengurusnya."