Sedang apa di sini? Kak Lyon membuntutiku, ya?"
Makin terkejut, "darimana kau belajar kata-kata seperti itu...? Adik Kakak yang paling cantik, lucu, dan menggemaskan ini mana mungkin berkata seperti itu, kan?" lagi-lagi Lyon membuat ekspresi menggemaskan, bibirnya monyong lagi tak karuan.
"Ugh... Kakak, hentikan. Sebaiknya Kakak kembali ke Istana," alis Ophelia berkerut.
"Adik-ku sudah besar, ya? Sepertinya saat ini dia tidak bisa diajak bercanda... Waktu di jalanan Ibu kota juga..." dalam hatinya.
"Yah... Baiklah... Aku akan kembali," pria berambut merah darah itu sedikit membungkukkan badannya menyesuaikan tinggi badan Ophelia, "yang kau lakukan hari ini cukup membuatku terkejut, sepertinya aku tidak perlu khawatir. Adik-ku ini bisa mengatasi masalah dengan baik," sembari mengelus kepala gadis berambut merah kecokelatan.
Ophelia tak mengucapkan sepatah katapun setelah Kakak Keduanya melakukan hal itu, "jaga dirimu baik-baik, Opheli."
Garis matanya serius, "tentu saja, pasti," gadis berambut merah kecokelatan itu menjawab perkataan Kakaknya di dalam hati.
Menghampiri, "Lady Pariiesa... Sebaiknya kita pindahkan saja Lady Solana ke tempat yang tidak bising. Di sini terlalu ramai," Puteri Bungsu Duke menepuk pundak gadis berambut hijau pekat itu.
Tiga pengawas berwujud Falcon kembali merubah bentuknya menjadi manusia, "Lady Asclepias benar, ayo ikuti aku, petugas medis sudah menunggu untuk mengobati lukanya."
Sudah ada tandu yang di bawa oleh dua pengawas lain, sesegera mungkin Puteri Earl Solana di baringkan di sana.
"Kalian boleh ikut bersama kami," ucap pengawas pada dua orang Puteri Bangsawan juga satu Putera Bangsawan di depannya.
"Terima kasih."
Sementara itu,
Kepakan sayap terbentang, Burung Hantu berukuran tak wajar berputar mengelilingi aula di siang bolong, "kepada seluruh murid Akademi Gardenia! Dengarkan aku baik-baik!"
Suasana semakin ricuh, "siapa yang berbicara?" seluruh murid baru tak ada yang tau bahwa suara itu berasal dari Burung Hantu yang sedang terbang berputar di atas mereka.
"Karena telah terjadi kecelakaan yang tidak di inginkan, maka untuk sementara kegiatan ini diberhentikan! Kalian boleh istirahat selama 30 menit, dan akan di lanjutkan lagi nanti pukul satu siang!"
Gaduh, "Apa? Diberhentikan? Tidak asik sekali."
"Ini hanya sementara, kita punya waktu untuk istirahat. Di sini sangat panas, ayo kita pergi."
"Hei! Tadi itu apa?! Putera Baron menembakkan sihir secara sembarangan!"
"Berisik! Ayo pergi dari sini!" bising.
***
"Uh...." kesakitan.
Perlahan, kesadaran Puteri Earl Solana kembali. Dirinya mencoba untuk membuka kelopak mata, dan menahan rasa sakit yang cukup dalam, "aku ada dimana...?" yang pertama kali di lihatnya hanyalah langit-langit ruang kesehatan Akademi Gardenia.
Tiba-tiba saja sehelai rambut merah kecokelatan ada di samping tempat dirinya berbaring disana.
"P-puteri Asclepias...?" terkejut, dirinya langsung mencoba untuk bangkit dari ranjang, "k-kenapa... Anda kemari...? Saya baik-baik saja, ugh..." rasa sakitnya kembali lagi.
Gadis berambut merah kecokelatan yang tak lain adalah Ophelia langsung menahan badan gadis berambut kuning cerah itu agar dirinya tidak jadi bangun, "Lady diam saja. Jangan banyak bergerak."
"T-tapi..." tiba-tiba Lady Pariieasa masuk karena mendengar suara gadis berambut kuning cerah itu sudah sadar.
"Lady Solana!" berlari menghampiri dua orang gadis yang berada di dalam ruangan kesehatan.
"Pelan-pelan, Lady Pariiesa. Anda bisa terjatuh," ucap Ophelia.
"M-maafkan aku, Puteri Asclepias... Tetapi aku sangat khawatir."
Geleng-geleng kepala, "panggil aku dengan Lady saja, aku sudah bukan lagi calon tunangannya Putera Mahkota."
"A-apa maksud Anda, Puteri--?" Puteri Count Pariiesa merasa bingung.
Gadis berambut kuning cerah tertawa kecil, "aku tidak apa-apa... Lady..." sembari tersenyum ke arah gadis berambut hijau pekat itu, "maaf karena sudah membuatmu khawatir..." lanjutnya.
***
Di tempat lain,
"Sudah lama sekali, salam Yang Mulia Duke," memberi hormat.
"Benar, kenapa kau jarang kemari?" bertanya pada pria bermata merah jambu yang ada dihadapannya dengan aura seram.
"Karena banyak sekali tugas yang harus aku urus di Negeri Dazeland... Oleh karena itu aku jadi tidak punya waktu, hahaha," tertawa canggung.
"Sudahlah, Ayah. Jangan menanyainya terus. Biarkan dia istirahat, setelah perjalanan panjang dia pasti merasa sangat lelah," ikut nimbrung karena tak enak sahabat dekatnya serasa sedang di introgasi.
"Ahahah, aku kan hanya bercanda. Jangan di bawa serius."
"Apanya yang sedang bercanda? Lihatlah, Didce ketakutan bertemu dengan Ayah."
"Anak ini, kenapa mulutnya tidak punya rem?" alis kiri juga bibir milik Didce Longrest Gramdrid berkedut menahan emosi.
"Ahahaha, itu tidak jadi masalah..." menginjak kaki milik pria berambut merah menyala yang tak lain adalah Orion.
"Akh, hei?" menatap tajam manik merah jambu di sampingnya.
Dibalas lagi tatapan dendam dari Didce, "kau ini bisa diam tidak?!" bisik-bisik.
Keduanya bergelut di hadapan Tuan Duke Asclepias, tersenyum, "aku akan kembali ke ruangan kerjaku, kalian lanjutkan saja temu kangennya di sini."
"Entah kenapa ini tidak bisa di sebut dengan temu kangen _-" batin Dicde.
Didce Longrest Gramdrid. Pria asal Nageri Dazeland ini baru saja sampai di Negeri Oriana. Niatnya setelah sampai, dirinya akan singgah di sebuah penginapan. Akan tetapi niatnya itu gagal karena Orion memintanya untuk menginap saja di Mansion Duke.
***
"Baiklah! Semuanya berkumpul kembali ke aula!" teriak pengawas di Akademi Gardenia pada seluruh murid baru.
Hanya murid baru saja yang disuruh berkumpul kembali, para senior tingkat dua dan tiga harus kembali ke kelas mereka masing-masing.
"Aku selaku pengawas, dan seluruh rekan-rekanku meminta maaf pada kalian semua yang ada di sini," ucapan serius, seluruh aula terdiam sunyi, "karena acara penyambutan murid baru hari ini terjadi insiden yang tak terduga. Oleh karena itu, aku akan langsung ke intinya saja."
Pengawas yang tadinya menatap seluruh murid baru sekarang berbalik menatap 4 kotak besar yang ada di tengah-tengah aula Akademi Gardenia.
Percikan cahaya tiba-tiba muncul, dan membuat kotak yang semula berjumlah 4 itu bertambah menjadi genap 10. Semuanya bingung, apa maksud pengawas di hari pertama mereka masuk Akademi?
"Tolong masing² dari kalian masuk ke dalam, dan lihat siapa yang akan menjadi anggota tim kalian," memerintah seluruh murid baru yang ada.
Satu persatu dari mereka masuk ke tiap-tiap kotak yang ada, tentu saja Ophelia juga ke sana. Setelah keluar, seragam semua orang berubah sesuai tim, mereka juga mendapatkan satu hewan magis yang akan menjadi teman mereka nanti saat melaksanakan tugas yang di berikan oleh akademi.
"Astaga! Ini hebat, akademi macam apa ini?? Tidak salah memang aku menuruti kedua orang tuaku! Hahahahah," tertawa kencang.
Semua orang mulai memuji-muji Gardenia, padahal sebelumnya mereka sangat tidak mau masuk ke sana.
"Ah... Tuan Put-- tidak, maksudku... Lady Asclepias... Kita satu tim?"
"Huh?" gadis berambut merah kecokelatan itu menoleh, "siapa? benarkah?" ia melihat seorang pria berambut kopi susu itu berjalan menghampiri dirinya.