"Lompat, Nona!"
"Masa bodoh!" screaming inside.
Hap! Mata Ophelia terpejam tak berani melihat ke bawah, dan saat dirinya mulai membuka mata, pria berambut putih perak itu sudah menangkap tubuhnya agar tidak terjatuh menyentuh tanah.
Gadis itu mulai membuka matanya perlahan, "t-terima kasih, Tuan Loukas," awkward.
"Terima kasih kembali," tersenyum sampai kerutan di dekat matanya itu terlihat jelas. Heart attack combo!
"Uhuk! Ehemm... Aku pikir aku sedang tersedak nyamuk di sekitar sini."
Dengan spontan pria berambut putih perak itu melepaskan tangannya hingga Ophelia terjatuh.
"Akh," agaknya tulang belakang milik Puteri Bungsu Duke telah terbentur, namun tidak sampai menyebabkan kecelakaan.
Melotot, "m-maafkan aku, Nona!" langsung membantu gadis rambut merah kecokelatan itu untuk berdiri.
"Sakit... Ini sih sama saja, lebih baik kau tadi tidak usah menangkap Ophelia dasar pria Serigala," dalam hati Violet merasa kesakitan, area belakangnya sekarang terasa sredut senut.
"Ooo, bagus, kau membawanya dengan sempurna!" ucap Tristan Mort pada Loukas.
"Siapa? Sepertinya aku, dan dia pernah bertemu?" dalam hati Ophelia.
"Tidak ada orang yang melihatmu, kan?" tanya Paman Loukas.
"Tidak, kami berdua aman diperjalanan tanpa menggunakan sihir agar tak nampak."
"Senang bisa bertemu denganmu lagi, Puteri... Hihi," Kucing Orange itu berjalan ke arah gadis berambut merah kecokelatan dan merubah wujudnya menjadi manusia, tentu saja itu membuat Ophelia tak bisa berkata-kata.
"Kau ingat aku?" bertanya sembari menyodorkan wajahnya ke arah Puteri Bungsu Duke itu.
Ophelia mundur karena waspada, dirinya terdiam sebentar karena sedang mengamati, siapa sebenarnya pria berambut orange ini.
"Tunggu, kau tampak familiar."
"Coba tebak!" antusias, Paman Loukas hanya bisa menghela napas melihat tingkah teman keponakannya itu.
"Tuan misterius yang ada di tenda pertambangan, bukan?" hatinya tak nyaman.
"Hihihihi, yups! Kau pintar sekali, Lady!" tertawa bangga.
"Sedang apa dia di sini?!" dalam hati Violet, dirinya merasa tidak aman.
"Em.. Tuan Loukas, apa yang akan kita lakukan di sini...?" bertanya karena curiga ada yang tidak beres karena pria misterius yang ia temui di tenda pertambangan itu sepertinya akan ikut dalam pertemuan ini.
"Anda kenapa, Nona Violetta?" Loukas mulai menyadari Puteri Bungsu Duke itu merasa tak nyaman.
"Aku bertanya kenapa mereka ada di sini? Siapa orang² ini? Sebenarnya apa tujuanmu membawaku kemari?"
"Nona tidak perlu khawatir, ada--" terpotong.
"Aku akan pergi, terima kasih karena telah membawaku masuk ke dalam hutan, Tuan Loukas," Ophelia berbalik, Paman Loukas tanpa basa-basi lagi langsung menghentikan langkahnya.
"Tunggu, Puteri. Aku tadi yang menyuruhmu untuk pergi menemuiku saat sedang berada di kediaman Count Marion."
Matanya terbuka, "apa?"
"Aku ingin bicara sesuatu dengan Puteri, di sini," nada suaranya terdengar serius, membuat gadis berambut merah kecokelatan itu membatalkan niatnya untuk pergi dari sana.
Berbalik, "maafkan sikapku yang tadi, Tuan, Anda boleh berbicara padaku," bow.
"Terima kasih karena mau meluangkan waktumu untukku, Puteri. Tetapi sebelum itu, aku ingin kalian berdua pergi dari sini," menyuruh Loukas dan Tristan pergi dari area situ.
"Jadi, ini rahasia, yaa? Aku pikir aku bisa ikut mendengarkannya juga," mengeluh.
"Diam saja kau Kucing Orange, ayo kita keluar dari area ini," pria berambut putih perak itu mulai menyeret Tristan Mort untuk ikut dengan dirinya.
"Arghh ini tidak asik!"
Sekarang hanya tersisa Ophelia dan juga Pamannya Loukas di hutan itu.
"Aku akan memulai percakapan... Salam Puteri Ophelia..." memberi hormat.
"Salam, Tuan... Silahkan mulai percakapanmu."
"Kau ingat yang terjadi di hutan ini sebulan lalu?"
"Aku tidak terlalu ingat."
"Disebelah sana ada danau rahasia yang hanya diketahui oleh orang-orang spesial saja," menunjuk ke arah belakang-nya gadis berambut merah kecokelatan itu.
Gadis itupun menoleh ke arah yang telah di tunjuk oleh Lelaki berpedang armor tersebut, "aaa... Aku mulai mengingatnya sekarang," ucap Ophelia dalam hati.
"Puteri dulu pernah kesana, bukan? Apa yang puteri lihat?"
"Aku melihat Tuan sedang berada di pinggir danau, aku tidak berniat mengintipmu, Tuan! Aku hanya penasaran saja saat itu, siapa yang ada sana."
"Aku mengerti itu. Anda tidak melihat sesuatu yang lain?" Paman Loukas bertanya lagi.
"Ugh... Aku tidak yakin," merasa terintrogasi, akan tetapi memang itulah yang sedang dilakukan oleh Lelaki berpedang armor tinggi ini.
Ophelia lantas bertanya balik, "apa yang akan kau lakukan jika aku melihatnya?"
"Aku hanya akan memberimu beberapa saran yang amat penting, dan sedikit peringatan, Puteri," jawabnya tegas namun menghormati.
"Baiklah," gadis berambut merah kecokelatan itu berjalan menuju danau yang di tunjuk oleh lelaki tersebut, dan berkata, "aku melihatmu di sini sedang memanggil sesuatu, aku tidak tahu apa itu... Jadi, kau tidak perlu khawatir berlebihan, Tuan."
"Walau Anda tidak tahu apa itu pun, aku akan tetap merasa khawatir," menyibak rambutnya, "aku akan memberi tahumu, aku memanggil Fairy."
Mata gadis berambut merah kecokelatan itu terbelalak, "astaga, di hutan ini ada Fairy?!" hatinya merasa tergelitik karena senang.
"Sudah ku duga, Anda sangat antusias sekali, Puteri," mengomentari, karena wajah Ophelia terlihat sedang tak terkontrol mengetahui hal yang tak terduga.
"M-maafkan aku, silahkan lanjutkan bicaramu, Tuan."
"Mereka sangat anti sekali dengan manusia di Ibu Kota, saat mendengar suaramu terjatuh waktu itu, mereka langsung bubar karena ketakutan. Jadi, aku harap, Anda tidak menyebarkan berita bahwa di hutan Meadow terdapat Fairy, dan makhluk-makhluk lain jika Anda melihatnya."
"Memang benar banyak tersebar gosip bahwa Fairy sangat berbahaya, harga jualnya juga relatif tinggi jika ada di pasar gelap, tetapi orang-orang itu kebanyakan belum mengetahui secara langsung bagaimana wujud Fairy, hanya orang-orang jahat, dan tidak punya hati yang menangkap, dan memperjual-beli-kan mereka," lanjutnya, "karena itu aku memohon pada Anda untuk merahasiakan hal ini, Puteri."
".... Aku mengerti, mereka sangat pemalu, ya? Aku tidak akan berbuat macam-macam... Aku bukan tipe orang yang akan melakukan kegiatan mengerikan seperti itu," menjawab peringatan dari lelaki berpedang armor yang ada didekatnya.
"Syukurlah jika Anda berpikir begitu, aku akan memegang kata-kata Anda, Puteri. Jika ada pelanggaran yang terjadi, kami warga Meadow tidak akan segan-segan bertindak."
"Wow... Cukup mengerikan..." dalam hati Violet, "aku benar-benar harus berhati-hati saat bertindak di dunia ini," lanjutnya.
"Tentu, Tuan," gadis itu lantas memegang kata-kata sendiri, "sebelumnya, bolehkah kau perkenalkan dirimu?"
"Ah... Aku sampai lupa, perkenalkan namaku Jason Blair Avery, aku adalah Panglima tertinggi pasukan perang istana, sekaligus pengawas kesehatan keluarga istana, juga Paman Angkatnya Loukas, maaf karena tidak memperkenalkan diri terlebih dulu," menunduk.
"Aku sangat kagum sekarang, hahaha," ucap Ophelia setelah mendengar perkenalan diri dari lelaki berpedang armor itu.
"Karena apa, Puteri?" bertanya karena penasaran.
"Orang penting seperti dirimu ada di sini, bukankah itu mengagumkan?" memuji.
"Puteri terlalu baik hati."
"Kau salah, aku tidak sebaik yang kau kira."