".... Aku... tidak bisa..." menjawab dengan sangat jujur, dan pasrah.
"Sepertinya aku tidak jadi ikut denganmu, maafkan aku," mencoba mengelak.
"Dia gilaa?! Aku belum pernah menunggang kuda, bagaimana kalau aku nanti terjatuh?" batin Violet.
"Kalau begitu, perlukah aku mengajarimu, Nona?"
"Tetapi... Tuan Loukas, bukankah akan memakan waktu jika kau harus mengahariku lebih dulu?"
Itu benar, kata hati Loukas mengatakan memang benar. Tak ada cara lain selain melakukan ini, dia juga baru pertama kali jadi harus berhati-hati.
"Nona Violetta, pegang tanganku," mengulurkan tangan.
Tanpa pikir panjang gadis berambut merah kecokelatan itu meraih tangan pria berambut putih perak yang sudah menunggangi kuda, dirinya tak tau apa yang akan terjadi setelah dia meraih tangan Loukas.
"Aah," hatinya berdegup kencang, sedikit mengalami shock yang agak familiar.
"Kau terkejut, ya Nona?" tawa kecil turut mengikutinya.
Ophelia hanya diam dalam posisi sudah duduk di bagian depan Loukas, sedikit mengkerucutkan bibirnya tanda bahwa dia merasa agak kesal pada pria berambut putih perak ini. Pria itu mengetahui reaksi Puteri Bungsu Duke, dirinya hanya bisa menahan tawa karena tingkah lucu gadis berambut merah kecokelatan ini.
"Kau sudah siap, Nona?" bertanya.
"Siap untuk apa? Apakah Tuan Loukas benar-benar akan mengajariku?" bertanya balik.
"Haha, tentu saja... Berpeganglah yang erat pada tali, jangan sampai kau melepaskan genggamanmu, mengerti?" mengingatkan agar tidak terjadi kejutan untuk yang kedua kali.
"Ugh... Baiklah."
"Hiaa!!!" Kuda di pacu, sudah diberi peringatan pun, gadis berambut merah kecokelatan ini masih saja terkejut, dirinya berteriak sambil menggenggam erat tali yang terpasang di leher kuda berwarna cokelat yang ia tunggangi bersama dengan pria Serigala ini.
Lagi-lagi kejutan terjadi, tubuh pria berambut putih perak itu mendekat ke punggung Ophelia, karena jika tidak maka akan terjadi celah yang memungkinkan Puteri Bungsu Duke akan terjatuh.
"Aaa apa-apaan inii?! Jantungku tidak sehat! Tolong selamatkan jantungku, Tuhan!" mata gadis 19 tahun itu terpejam, ingin sekali dirinya menyematkan sedikit sumpah serapah ke dalam kata-kata hatinya.
"Nona, Nona masih memejamkan mata?" pria berambut putih perak itu bertanya.
"Apa katamu, Tuan Loukas?" tak jelas, denyut jantung Ophelia belum normal karena ketakutan.
"Bukalah matamu, Nona. Sudah tidak apa-apa," pria ini mencoba untuk menenangkan Puteri Bungsu Duke.
"B-benarkah? Aku tidak bisa percaya ini begitu saja," masih ragu-ragu.
"Hahaha. Nona, percayalah padaku, coba buka matamu sedikit saja."
Ophelia Violetta mengumpulkan niatnya dan perlahan-lahan mulai membuka kelopak matanya, mencoba melawan rasa takut yang berlebihan sebelumnya.
"Bagaimana menurutmu?" tersenyum.
Ngebug sebentar, "Ini... Sangat menyenangkan," sedikit melegakan.
Violet baru sadar jika kedua tangan Loukas menggenggam erat kedua tangan milik Ophelia, hawa-hawa panas kembali terjadi. Wajah Puteri Bungsu Duke itu memerah lagi, tetapi untungnya tidak ketahuan oleh pria yang sedang duduk bersama dengannya di belakang.
"Fyuh... Astaga. Bersyukur ini adalah kuda, bagaimana kalau ini terjadi di masa depan? Jika kami berdua mengendarai mobil atau motor, pasti wajahku yang merah akan terlihat dari kaca jelas sekali," dalam hati gadis berambut merah kecokelatan ini.
"Beginilah cara menunggang kuda, Nona."
"M-menurutku sedikit sulit," gugup.
"Memang di awal akan terasa sulit, namun jika terus menerus di lakukan, Nona akan terbiasa nanti. Nona bilang akan menempuh pendidikan di Gardenia, bukan?"
"Itu memang benar..." menjawab.
"Di sana Nona pasti juga akan mendapatkan pelajaran seperti ini," tersenyum, "berterima kasihlah padaku karena sudah mendapatkan pelajaran lebih dulu," bercanda.
"Cih..."
Loukas sedikit terkejut, barusan apa yang dia dengar dari Puteri Bungsu Duke?
"Haha, kau ini bisa saja Tuan Loukas, terima kasih banyak. Suatu kehormatan bagiku bisa diajari olehmu."
"Tidak masalah, aku tadi hanya bercanda, ahaha," agak canggung.
Keduanya sudah cukup berjalan terlalu lama melewati kota, Puteri Bungsu Duke mengenakan jubah hitam polos bersama pria berambut putih perak. Dengan begitu tidak akan ada satupun orang yang tau, bahwasannya yang baru saja lewat itu adalah Puteri Bungsu Duke Asclepias.
Jalanan mulai terlihat sepi, tak ada orang sama sekali yang berlalu lalang di sekitar sini. Rasa ingin tahu gadis berambut merah kecokelatan itu muncul, kepala yang awalnya terus menunduk fokus pada jalan, kini sedikit di angkat.
Ophelia mulai melihat pepohonan di depannya, dirinya sudah punya firasat bahwa mereka berdua sudah berada di ujung kota, dan sebentar lagi akan memasuki hutan terlarang Meadow.
"Tuan Loukas, apakah aku boleh bertanya?"
"Silahkan, Nona."
"Kapan kita akan segera sampai?"
"Sebentar lagi," menjawab.
***
"Aargh kapan si kamvret Loukas itu akan datang?!" menggerutu.
"Kau bisa sabar sedikit tidak? Sedari tadi mulutmu hanya bicara tanpa berhenti," Paman Loukas tertekan terus mendengarkan celotehan Tristan Mort.
"Dia sedang apa bersama Puteri Bungsu Duke?! Ini sudah hampir sore hari tetapi mereka belum juga datang!" mondar mandir dengan wujud kucing orange.
Kepala pria berpedang armor ini sedikit cenat-cenut karena kelakuan teman Loukas, "bisakah kau diam? Sebentar lagi mereka pasti akan segera sampai."
"Apakah Athena tau, kalau cucu angkatnya itu sedang dekat dengan seorang Puteri Duke?"
"Paling tidak."
"Hah... Sudahlah, kenapa tidak ada ikan di sini?"
"Mereka kabur karena kau terus saja mengoceh tidak jelas, coba saja kalau kau tidak berisik, mungkin ikannya tidak akan lari."
"Cih."
Dari arah kejauhan terlihat sama-samar dua orang sedang menunggangi kuda. Ya, benar. Loukas, dan Ophelia telah sampai di tempat tujuan mereka. Gadis berambut merah kecokelatan itu mulai mengangkat wajahnya, satu orang lelaki, dan juga kucing orange yang ia temui dulu ada di depan mata kepalanya.
"Tempat ini tak asing... Aku pernah kesini sebelumnya?" gadis itu mulai menoleh kesana kemari untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada dibenaknya saat ini.
"Ada apa, Nona?" Loukas bertanya karena merasa Puteri Bungsu Duke tengah terlihat kebingungan.
"T-tidak, bukan apa-apa..." gadis berambut merah kecokelatan itu mulai berhenti menolah-noleh, "apakah kita sudah sampai?"
"Ya, Nona..." kuda yang mereka tunggangi sudah berhenti berjalan, "apakah Nona bisa turun sendiri?"
"Tentu saja aku tidak bisa, Tuan Loukas..." tertekan.
"Ah... Benar juga, maafkan aku," pria berambut putih perak itu mulai membantu Puteri Bungsu Duke.
"Bagaimana caraku turun dari sini?" bingung harus turun dari mana.
"Melompatlah, Nona."
"Apa katamu, Tuan Loukas?" kaget.
"Aku bilang, melompatlah."
"Hah.... Yang benar saja!" dalam hati gadis berambut merah kecokelatan itu, dirinya tak kunjung melompat, dan hanya terdiam di atas kuda sambil menatap mata tajam berwarna emas milik pria yang sudah menginjakkan kakinya lebih dulu ke tanah.
"Lompat, Nona!"
"Masa bodoh!" screaming inside.
Hap! Mata Ophelia terpejam tak berani melihat ke bawah, dan saat dirinya mulai membuka mata, pria berambut putih perak itu sudah menangkap tubuhnya agar tidak terjatuh menyentuh tanah.
"T-terima kasih, Tuan Loukas," awkward.
"Terima kasih kembali," tersenyum sampai kerutan di dekat matanya itu terlihat jelas. Heart attack combo!
"Uhuk! Ehemm..." aku pikir aku sedang tersedak nyamuk di sekitar sini.