Chereads / Lady's De Light / Chapter 30 - LUPA

Chapter 30 - LUPA

Sikap senang yang disembunyikan Ilona kepada semua orang di taman itu sudah ketahuan oleh Ophelia. Di tambah sodoran buket bunga cantik yang di berikan oleh pria berambut merah menyala menambah mood seorang Lady yang pemberani ini.

"Syukurlah jika Lady Ilona suka," ceplos gadis berambut merah kecokelatan, matanya menyipit dengan senyum bahagianya.

Ilona Joshepine kemudian spontan berhenti menatap pedang yang masih baru itu, ia tertegun karena kata-kata Ophelia barusan.

"Apa katamu?" sahutnya, ia merasa bahwa perasaannya mulai tak enak setelah adik dari calon tunangannya itu menanggapi reaksinya.

"Wah... Ini adalah kali kedua aku kemari, senang bisa berkunjung bersama dengan Kakak Pertamaku," mengalihkan pembicaraan dengan topik yang lain.

Kedua mata Ilona menyipit, merasa curiga namun, sepertinya dia harus menahan rasa kecurigaannya itu dengan cepat-cepat menyuruh kedua tamu di tamannya untuk segera duduk di kursi jamuan.

"Maaf jika kami terlalu lama," ucap Orion karena sadar sudah memakan banyak waktu ketika diperjalanan.

Gadis berambut hitam yang tengah duduk menikmati secangkir teh menjawab dengan santai, "tak apa, lagi pula aku jadi punya waktu untuk membaca beberapa buku."

"Syukurlah kalau seperti itu," setelah kalimat ini, sudah tak ada lagi percakapan diantara keduanya.

Violet yang sudah menjadi Ophelia ini merasakan aura yang sangat tidak enak ditengah-tengah keheningan, sampai kapan keduanya hanya akan diam? Rasanya dia sudah tak tahan.

"Apa yang harus aku lakukan?" dalan hati gadis berumur 19 tahun.

Ia pun teringat sesuatu, menurutnya saat ini adalah kesempatan yang bagus untuk membahas hal yang ada di pikirannya sekarang, kapan lagi dirinya bertemu dengan Puteri Kedua Count Marion? Pertemuan yang sedang berlangsung juga tidak direncanakan sebelumnya.

"Lady Illona, oh tidak... atau aku panggil Kakak Ipar saja?" celetuk Ophelia memecah keheningan yang canggung.

"Ya? Kakak Ipar? Itu terlalu... Panggil saja aku Ilona," ekspresinya itu sungguh tak bisa di sembunyikan dari gadis berambut merah kecokelatan.

"Ouh... Padahal aku ingin sekali memanggilmu Kakak Ipar," sedikit tersenyum sambil melirik Kakak Pertamanya, Orion.

Nampak di raut wajahnya itu dipenuhi dengan tanda tanya, mungkin sekarang pria berambut merah kecokelatan ini mengatakan, "kenapa kau menatap ke arahku?"

Yah... Jadi, "kalau kau sangat ingin, tak apa memanggilku dengan kata itu," memejamkan mata sambil menyruput teh.

Aha berhasil, "terima kasih banyak, Kakak Ipar..."

"Xixi okey, panggilan Kakak Ipar sudah aku selesaikan, mari kita pikir rencara selanjutnya," dalam hati Violet terasa sedang mendapat hadiah istimewa, entah apa yang dia pikirkan.

Sesudahnya mereka berbincang walau agak sedikit canggung, dan di tengah perbincangan itu, dari sudut jalan di taman megah milik Count Marion seorang pria berambut hitam tengah berjalan di ikuti dua orang di belakangnya.

Gadis berambut merah kecokelatan itu belum merasakan kehadiran Putera Mahkota di dalam bangunan Mansion. Akan tetapi, Putera Mahkota lah yang mengetahui lebih dulu, kalau calon tunangannya itu sedang berbincang-bincang bersama dengan adik kedua Theresia Fanny.

Dari jarak yang lumayan bisa dibilang jauh, mata elang Putera Mahkota dapat melihat siapa yang duduk diantara bunga-bunga cantik disana.

"Lihatlah, gadis yang katanya sebentar lagi akan segera membatalkan pertunangannya dengan Putera dari Kerajaan Oriana ini. Nampaknya dia terlihat sedikit bahagia dari biasanya," ucap Putera Mahkota tiba-tiba membuat dua orang dibelakangnya bertanya-tanya, memangnya Puteri Ophelia ada di sekitar sini?

Sorot mata pria itu teralihkan ke arah taman, Rouvin, sang tangan kanan yang selalu berada di sisi pria itu mengetahui, jika yang di lihatnya sekarang adalah gadis berambut merah kecokelatan dengan warna mata hijau emerald dari keluarga bangsawan ternama, Asclepias.

"Itu adalah Tuan Puteri Ophelia bersama dengan Tuan Orion Victory, mereka kemari sepertinya karena sedang mengunjungi Lady Ilona," Rouvin berkata tanpa ada yang bertanya padanya, itu karena dia sengaja memberi tahu seorang lelaki yang tengah berada di sampingnya saat ini.

Dan bersamaan dengan saat itu, Violet sadar, bahwa sekarang ini ada yang sedang memperhatikan dirinya (Ophelia) dari jarak yang cukup jauh.

"Pria yang sudah membuat Ophelia jadi bodoh karena cinta itu ada di sini?" ucapnya dalam hati, "apakah dia baru saja bertukar rindu dengan si cabai kriting? Ugh, bertukar rindu, haha."

Tetapi tunggu, itu belum selesai. Gadis berambut merah kecokelatan ini secara tidak langsung bertatapan mata dengan lelaki yang berada di samping tangan kanan Putera Mahkota.

Matanya terbelalak langsung ketika melihat lelaki itu sedang berjalan dengan Putera Mahkota di belakangnya, "astaga, apakah riwayatku akan tamat ke-esokan harinya?"

"Dugaanku salah, jika Putera Mahkota bertemu dengan Theresia, mengapa dia membawa orang lain bersamanya?" merasa bodoh, "aargh payah, kurang-kurangi lah pikiran negatifmu itu, dasar," dan seperti biasa, Violet akan memukul kepalanya sendiri jika sudah seperti itu, seperti orang gila.

Sosok lelaki yang dilihatnya saat ini sama persis dengan yang ia lihat di danau rahasia waktu itu, bahkan ketika dirinya melihat detail pedang armor yang lelaki itu bawa saja, gadis berambut merah kecokelatan ini langsung terlihat sedikit kepanikan.

"Ada apa, Lia?" ikatan Adik-Kakak yang selalu dibicarakan orang-orang memanglah benar, cukup kuat untuk menarik perhatian Kakak Pertama tokoh utama wanita. Orion tahu jika adiknya sedang merasakan gelisah.

Melirik pria berambut merah menyala di sampingnya, "t-tidak apa-apa, Kakak," mencoba untuk meyakinkan Orion kalau dia baik-baik saja.

"Aku harus bagaimana jika seperti ini?" gadis berambut merah kecokelatan tengah berpikir.

Setelah memukul kepalanya dengan tangan sendiri, kini gadis yang tak lain adalah Ophelia mencoba untuk melihat lagi sosok lelaki itu, kini mata kedua orang ini saling bertatapan lagi, dan gadis berambut merah kecokelatan itu tau, lelaki berpedang armor sekarang sedang memberikan pesan melalui kode di matanya yang jika diisyaratkan menjadi, "temui aku setelah ini." Ophelia pun kaget, apa yang salah? Kenapa dia ingin bertemu dengannya.

Pertemuan itu akhirnya rampung. Ophelia dan Kakak Pertamanya, Orion, diantar keluar bersama pelayan pribadi Ilona Josephine untuk pulang. Akan tetapi sebelum itu terjadi, gadis berambut merah kecokelatan ini memberi tahu Puteri Kedua Count Marion, bahwa dirinya akan mengirim sebuah pesan ketika sudah sampai di Mansion Duke.

Di tengah perjalanan, Ophelia meminta izin kepada Orion, tentang sesuatu yang ingin sekali dia cari tahu kebenarannya namun, sampai sekarang belum terlaksana, "Kakak, bolehkah aku minta tolong sesuatu?"

"Apa itu?" jawabnya.

Ophelia pun menjawab, "bisakah Kakak carikan aku sebuah data, tentang siapa-siapa saja yang terakhir kali terbunuh di Ibu Kota Oriana? Mulai dari dua minggu yang lalu."

"Apa katamu?" Orion pikir pendengarannya sedang bermasalah.

"Apakah Kakak bersedia mencarikanku data itu...? Aku mohon..."

"Untuk apa kau meminta hal seperti itu padaku?"

"Ah bener juga... Tentu saja Kakak Ophelia akan menanyakan hal ini, harus ku jawab bagaimana agar dia tidak curiga?" ucapnya dalam hati.