Telah tiba kedua anak bangsawan Tuan Duke Asclepias di kediaman Count Marion yang letak Mansionnya berada di paling pojok kawasan Ibu Kota Oriana.
***
Sebelumnya,
"Apa yang Lady Ilona suka?" Ophelia bertanya pada Orion, Kakak Pertamanya.
"Nona, Tuan Muda Pertama tidak mengetahui fakta apapun mengenai calon tunangannya..." Audrey berbisik pada Ophelia.
"Jangan bercanda," tidak percaya perkataan pelayan pribadi Kakak Pertamanya.
"Aku tidak bercanda... Ini serius, Nona."
Gadis berambut merah kecokelatan dengan warna mata hijau emerald kini keluar dari kereta kuda untuk segera turun, dan mencari toko yang dapat menemukan hadiah yang cocok untuk Puteri kedua Count Marion.
"Kakak, apakah Kakak tidak memiliki satu fakta saja mengenai Lady Ilona?" gadis berumur sembilan belas tahun bertanya pada pria bermata moonstone. Sebenarnya Violet sudah mengetahui apa saja yang di sukai, dan yang tidak di sukai oleh Ilona Joshepine, tetapi dia mencoba mencoba untuk memancing Kakak Pertamanya itu agar mau membuka mulutnya.
"..... Ada satu fakta yang aku ketahui.... Lady Ilona suka sekali melakukan aktivitas berat, aktivitas yang di lakukan oleh pria?" menjawab.
"Hm... Kalau begitu apa yang akan Kakak berikan kepada Puteri kedua Count Marion?"
"Baju besi?" langsung menimpali tanpa berpikir terlebih dahulu.
Audrey bersamaan dengan Ophelia keduanya menepuk jidat mereka dengan keras, "ini benar-benar ide yang buruk..."
***
Di tempat lain, pria berambut seperti surai singa tengah menghadap Putera Mahkota. Ada keperluan penting yang harus ia jalankan di tengah-tengah kesibukan yang melanda.
"Bagaimana kabar adikmu?" Putera Mahkota bertanya pada Lyon dengan santai.
"Dia baik-baik saja."
"Itu bagus. Kau akan ku tugaskan menjaga perbatasan, banyak sekali orang asing yang masuk, dan mencuri hasil pertambangan. Jika di biarkan seperti ini Negara akan mengalami kerugian besar."
Pria bersurai singa itu mengangguk, dan siap melaksanakan tugasnya dimulai pada esok hari, namun sebelum itu dirinya akan menemui Adik Bungsu kesayangannya untuk berpamitan, karena di tugaskan di daerah perbatasan adalah hal yang lumayan sulit.
Lyon Lethington pergi meninggalkan istana Oriana. Pria berambut hitam pekat yang tak lain adalah Putera Mahkota mengistirahatkan tubuhnya di hadapan tumpukan berkas yang menumpuk.
"Aku lelah sekali, tidak bisakah kau bawakan aku segelas bir untuk di minum?" mengkode pelayannya.
"Coba kita lihat..." membuka berkas pengajuan kasus pembunuhan yang terjadi di daerah gang gelap nan sempit di sekitar jalanan Ibu Kota Oriana.
Di berkas itu tertulis kasus terjadi baru tiga hari yang lalu, Putera Mahkota menyeringai kesal, "kenapa kasus orang mati seperti ini selalu saja menyulitkan pekerjaanku?"
***
"Apakah tidak ada hal bagus selain baju besi?" protes Audrey pelayan pribadi Kakak Pertama Puteri Bungsu Duke, "bagaimana Tuan bisa membayangkan Lady Ilona memakai itu?" rasanya seperti ingin menangis saja namun, tak bisa.
"Aku tidak tau harus memberikan apa, yang aku tau gadis bangsawan itu sangat menyukai kue manis," jawab Orion kepada pelayan pribadinya.
Pria dingin ini sekarang sedang belajar memberikan hadiah yang baik bersama Adik Bungsunya, tak terpikiran sesuatu yang feminim sama sekali selain bunga, pria bermata moonstone ini malah menyebutkan sesuatu yang lain, "bagaimana jika aku berikan satu buah pedang?"
Masih kurang bagus, tetapi itu bukan ide yang terlalu buruk juga, gadis berambut merah kecokelatan yang tak lain adalah Ophelia meringis sambil memberikan dukungan kepada Kakak Pertamanya, "hahaha, not bad... Semangat Kakak!"
Sekarang waktunya untuk anak-anak Tuan Duke Asclepias mencari toko khusus alat-alat bertarung, mereka pun menemukannya, dan langsung melihat-lihat mana yang cocok untuk Puteri kedua Count Marion itu.
Di tengah semuanya sedang sibuk mencari pedang untuk hadiah, Ophelia secara tidak sengaja menabrak seseorang di sampingnya karena terlalu fokus melihat detail barang-barang di toko yang ia singgahi bersama Kakak Pertamanya itu.
Bruk, spontan terkejut, gadis berambut merah kecokelatan ini langsung meminta maaf dengan menundukan kepalanya karena rasa bersalah tidak melihat ada orang di sampingnya. Tak kunjung mendapatkan balasan dari permintaan maafnya, gadis ini merasa penasaran siapakah orang yang ia tabrak.
Baru saja akan mengangkat kepalanya, suara tawa seorang pria menggelegar di telinganya, gadis bernama Ophelia ini langsung tidak bisa berkata apa-apa setelah melihat sosok seseorang yang di tabraknya.
"T-tuan Loukas...?!" melongo, "maafkan aku karena telah menabrakmu untuk yang ke dua kali, maaf atas kecerobohanku."
Pria berambut putih perak ini masih tertawa, "astaga Nona... Aku pikir siapa tadi yang sudah tidak sopan denganku, ternyata itu kau, ya?"
Gadis berambut merah kecokelatan ini merasa malu, "ku pikir pertemuan kita sangat unik, lho?" lanjut pria setengah Serigala ini.
"Unik?" dalam hati Ophelia, gadis berambut merah kecokelatan ini menatap langsung ke arah mata pria di depannya, sehingga membuat Loukas merasa kepanikan, "Nona tau? Setiap kali kita bertemu kau selalu saja menabrakku, atau jika tidak, dulu sewaktu kita pertama kali bertemu, kau terkejut karena melihat wujud Serigalaku, hahahaha."
"Unik katamu? Itu konyol!!!" lagi-lagi Ophelia masih berbicara di dalam hati untuk menahan rasa malunya, "aku selalu melakukan hal konyol setiap kali bertemu dengamu! Astaga itu bukan hal yang baik."
"Apa yang membuat Nona Ophelia ada di tempat seperti ini? Dengan tatapan serius seperti itu melihat detail barang, apakah ada sesuatu yang bagus?" pria ini bertanya pada gadis berambut merah kecokelatan di depannya.
"Aku sedang mencari pedang yang cocok untuk diberikan kepada calon tunangan Kakak Pertamaku, karena tidak mau melewatkan kesempatan bagus jadi aku berkeliling untuk melihat barang-barang lain yang terpajang," tersenyum.
"Pasti calon tunangan Kakak Pertama Nona Ophelia sangat menyukai bela diri, ya?"
"Iya itu benar," menjawab dengan nada yang bersemangat, "akan tetapi maafkan aku Tuan Loukas... Bolehkah aku mengingatkanmu sesuatu?"
"Tentu saja kau boleh, Nona. Apa yang akan kau katakan padaku?" jawab Loukas.
"Aku hanya akan mengingatkanmu sekali ini saja, kau bisa panggil aku dengan nama Violet... Hehe," gadis ini merasa tidak enak telah mengatur orang untuk memanggil namanya dengan nama asli.
"Oh, aku melupakannya, maafkan aku, Nona," merasa bersalah.
"Ahaha... Tidak apa Tuan Louaks, aku yang seharusnya meminta maaf..."
"Haha tidak, aku minta maaf," kini suasana canggung mulai terasa.
Namun, sepertinya sebentar lagi akan segera sirna, "apa...?" humor Violet sebelum menjadi Ophelia dulu sangatlah tinggi, jadi hanya karena hal seperti ini saja dia bisa tertawa lepas, "sebaiknya tidak usah di teruskan. Kita berdua sepertinya sama-sama salah," tertawa, "jangan saling meminta maaf, jika ini berlanjut tidak akan selesai, bukan?"
"Kau memang benar, Nona. Hahaha, sebaiknya kita hentikan saja," terlihat sangat akrab.
Di balik ke akrab-an haha hihi Puteri Bungsu Duke dengan pria dari Ras Serigala itu, tak disangka pria berambut merah menyala yang tak lain adalah Orion Victory tengah memantau Adik Bungsunya dari kejauhan sedari tadi.
Pria ini melihat Adik Bungsu Kesayangannya sangat bahagia sekali bersama pria yang tak asing di matanya jika di lihat dari sudut belakangnya itu, hanya nampak bahu yang lebar, dan sosok tinggi berambut putih perak yang sampurna.
"Siapa pria itu sampai-sampai membuat Ophelia melupakan Kakaknya yang ada di sini?" Orion menyipitkan kedua matanya, sinis.